Persik Kediri sulit bicara prestasi
A
A
A
Sindonews.com - Kesulitan finansial klub-klub Divisi Utama masih terus berlarut walaupun musim kompetisi baru tak lama lagi dimulai. Dengan kesulitan yang dihadapi kini, mereka tidak lagi optimistis bisa menargetkan promosi ke kompetisi level atas pada musim berikutnya.
Permodalan menjadi aspek paling krusial menjelang musim kompetisi baru bergulir. Masalahnya, jangankan mendapat modal untuk membangun sebuah tim tangguh, tanggungan musim kemarin hingga sekarang belum dilunasi dan dilakukan secara bertahap.
Dari sejumlah klub Divisi Utama di Jawa Timur, Persik Kediri merupakan klub yang tiap musim paling getol menetapkan target promosi. Namun pada kenyataannya misi itu tidak pernah sampai pada tujuan dalam tiga musim berturut-turut. Persoalannya cukup sederhana, yakni ketersediaan dana.
Musim Divisi Utama 2011-2012 malah bertambah parah. Di awal musim Persik Kediri kehilangan pelatih Jaya Hartono, sedangkan di akhir musim dililit krisis finansial. “ Sejujurnya kami belum tahu bagaimana rupa tim ini musim depan,” terang Asisten Manajer Persik Arya Wisnu.
Pihaknya serba kebingungan, baik dalam membangun sebuah tim maupun menetapkan target. “Kalau memang tidak ada pendanaan memadai, ya kami tidak bisa bicara target promosi. Bagaimana pun butuh modal tim yang bagus untuk promosi, dan untuk membangun tim bagus juga butuh uang,” terangnya.
Bisa mempertahankan komposisi pemain musim lalu pun juga sudah dianggap bagus dengan situasi yang serba memprihatinkan. Sebab tak dimungkiri pemain sendiri merasa gelisah dan ada yang berpikir untuk berpindah klub. Apa yang dialami Persik juga dialami klub Divisi Utama lain.
Madiun Putra FC (MPFC) yang musim lalu sekadar menjadi penggembira di Divisi Utama, khawatir musim depan bernasib lebih buruk. Bagaimana tidak, klub yang baru promosi ke Divisi Utama ini membutuhkan modal besar untuk memperbaiki tim yang terseok-seok musim kemarin.
“Tampaknya berat untuk bisa membangun sebuah tim yang lebih baik. Modal untuk itu hampir tidak ada. Dengan kondisi keuangan yang seperti sekarang, saya yakin tim-tim Divisi Utama semuanya mempunyai problem sama. Musim depan akan lebih sulit, itu pasti,” tutur Hanafi, pelatih MPFC.
MPFC sendiri memang tidak terlalu muluk pada musim-musim pertamanya di pentas Divisi Utama. Asalkan bisa bertahan dan tidak terdegradasi, MPFC sudah bisa bernafas lega. Tapi, sekali lagi, selamat atau tidaknya sebuah tim tetap ditentukan seberapa mampu membangun kekuatan.
Dari sekian klub Divisi Utama di Jawa Timur, kondisi keuangan juga nyaris sama. Tidak ada satu klub pun yang mempunyai modal berarti untuk berprestasi musim depan. “Jangan ngomong prestasi dulu lah dengan kondisi seperti ini. Lihat dulu bagaimana kemampuan klub mencari pemain. Dana saja tidak ada,” kata I Putu Gede, Pelatih Persipro Bondowoso United.
Terjepit, demikian kata yang pas untuk tim Divisi Utama Jawa Timur. Tidak lagi diperbolehkan mengasuh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), tidak menarik bagi sponsor, sekaligus dana dari Konsorsium LPI sebagai pemegang saham seret bukan main
Permodalan menjadi aspek paling krusial menjelang musim kompetisi baru bergulir. Masalahnya, jangankan mendapat modal untuk membangun sebuah tim tangguh, tanggungan musim kemarin hingga sekarang belum dilunasi dan dilakukan secara bertahap.
Dari sejumlah klub Divisi Utama di Jawa Timur, Persik Kediri merupakan klub yang tiap musim paling getol menetapkan target promosi. Namun pada kenyataannya misi itu tidak pernah sampai pada tujuan dalam tiga musim berturut-turut. Persoalannya cukup sederhana, yakni ketersediaan dana.
Musim Divisi Utama 2011-2012 malah bertambah parah. Di awal musim Persik Kediri kehilangan pelatih Jaya Hartono, sedangkan di akhir musim dililit krisis finansial. “ Sejujurnya kami belum tahu bagaimana rupa tim ini musim depan,” terang Asisten Manajer Persik Arya Wisnu.
Pihaknya serba kebingungan, baik dalam membangun sebuah tim maupun menetapkan target. “Kalau memang tidak ada pendanaan memadai, ya kami tidak bisa bicara target promosi. Bagaimana pun butuh modal tim yang bagus untuk promosi, dan untuk membangun tim bagus juga butuh uang,” terangnya.
Bisa mempertahankan komposisi pemain musim lalu pun juga sudah dianggap bagus dengan situasi yang serba memprihatinkan. Sebab tak dimungkiri pemain sendiri merasa gelisah dan ada yang berpikir untuk berpindah klub. Apa yang dialami Persik juga dialami klub Divisi Utama lain.
Madiun Putra FC (MPFC) yang musim lalu sekadar menjadi penggembira di Divisi Utama, khawatir musim depan bernasib lebih buruk. Bagaimana tidak, klub yang baru promosi ke Divisi Utama ini membutuhkan modal besar untuk memperbaiki tim yang terseok-seok musim kemarin.
“Tampaknya berat untuk bisa membangun sebuah tim yang lebih baik. Modal untuk itu hampir tidak ada. Dengan kondisi keuangan yang seperti sekarang, saya yakin tim-tim Divisi Utama semuanya mempunyai problem sama. Musim depan akan lebih sulit, itu pasti,” tutur Hanafi, pelatih MPFC.
MPFC sendiri memang tidak terlalu muluk pada musim-musim pertamanya di pentas Divisi Utama. Asalkan bisa bertahan dan tidak terdegradasi, MPFC sudah bisa bernafas lega. Tapi, sekali lagi, selamat atau tidaknya sebuah tim tetap ditentukan seberapa mampu membangun kekuatan.
Dari sekian klub Divisi Utama di Jawa Timur, kondisi keuangan juga nyaris sama. Tidak ada satu klub pun yang mempunyai modal berarti untuk berprestasi musim depan. “Jangan ngomong prestasi dulu lah dengan kondisi seperti ini. Lihat dulu bagaimana kemampuan klub mencari pemain. Dana saja tidak ada,” kata I Putu Gede, Pelatih Persipro Bondowoso United.
Terjepit, demikian kata yang pas untuk tim Divisi Utama Jawa Timur. Tidak lagi diperbolehkan mengasuh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), tidak menarik bagi sponsor, sekaligus dana dari Konsorsium LPI sebagai pemegang saham seret bukan main
(wbs)