Sukses setelah menyeberang
A
A
A
Sindonews.com -- Arema FC dan Persema Malang adalah tim sekota yang selalu menjadi rival berat di kompetisi nasional. Walau tidak selalu berada di kompetisi yang sama, kedua klub selalu terlibat dalam persaingan sarat gengsi. Tapi persaingan itu tak berlaku jika berbicara arus pemain di antara kedua klub.
Sentimen antara keduanya tidak sampai berpengaruh pada proses transfer. Pemain Arema FC bisa meloncat ke Persema, demikian pula sebaliknya. Namun ada fakta unik yang terjadi di Malang dalam satu dekade terakhir terkait perpindahan pemain di bursa transfer.
Pemain Persema yang menyeberang ke Arema FC hampir selalu merengkuh sukses. Kebintangan mereka seakan ditakdirkan di klub pesaing dibanding berada di kandang Persema Stadion Gajayana. Satu dekade terakhir, tidak banyak pemain yang meninggalkan Gajayana menuju markas Arema yakni Stadion Kanjuruhan.
Namun pilihan menyeberang ke klub tetangga yang diambil pemain Persema terbukti sangat brilian. Paling tidak karir sekaligus pamor mereka langsung terang benderang setelah bergelut di Singo Edan, julukan Arema FC. Siapa saja mereka?
1. Arif Suyono.
Pemain kelahiran Kota Batu ini menyeberang ke Arema FC pada musim 2004-2005 setelah sebelumnya menjadi skuad Persema. Arema yang kala itu dilatih Benny Dolo mencium bakat pemain berjuluk Keceng itu saat usianya baru 21 tahun. Terbukti, setelah semusim berada di Arema, karir Keceng meroket dengan mempersembahkan trofi Piala Indonesia 2005 dan dipanggil tim nasional (timnas) senior. Pemain berposisi winger maupun gelandang serang ini juga menjelma menjadi pemain kelas atas hingga tim bertabur bintang Sriwijaya FC pun memboyongnya pada 2009. Selanjutnya, Keceng menjadi langganan timnas dan incaran tim-tim papan atas hingga kini.
2. Rasmoyo.
Seakan terinspirasi kesuksesan Arif Suyono, pemain sayap Persema Rasmoyo akhirnya juga ikut-ikutan berkostum Arema pada 2006. Pemain kelahiran Magelang itu direkrut kala Singo Edan masih dikelola PT Bentoel Prima. Rasmoyo memang tidak secemerlang Arif Suyono dalam menapaki karir di Arema FC. Walau begitu, dia memberikan kontribusi cukup bagus dan permainannya lebih matang dibanding di Persema.
3. Ahmad Bustomi.
Inilah perpindahan pemain paling fenomenal dari Persema ke Arema. Ahmad Bustomi memilih meneruskan karirnya di Stadion Kanjuruhan setelah beberapa musim di Stadion Gajayana. Keputusan yang sangat cerdas, karena Bustomi kemudian menjadi salah satu gelandang terbaik di penjuru negeri. Klimaksnya kala Arema ditangani Robert Rene Albert, pemain yang akrab disapa Cimot ini merajalela dan mempersembahkan gelar juara ISL untuk Arema musim 2009-2010. Arema saat itu juga sukses menjadi runner up Piala Indonesia.
4. Munhar.
Pemain berusia 25 tahun ini cukup mengejutkan kala bergabung Singo Edan musim 2011-2012 lalu, karena dia tergolong pemain yang tidak terpakai di Persema Malang. Kepindahannya ke Stadion Kanjuruhan menjadi titik balik bagi pemain kelahiran Sidoarjo ini. Dianggap pemain lokal dengan penampilan terbaik musim lalu, Munhar disodori kontrak anyar oleh manajemen Arema ISL. Melihat usianya yang belum begitu tua untuk seukuran pemain bola, diprediksi karirnya bakal gemilang di Arema.
5. Reza Mustofa.
Persema yang sering terlihat sebagai feeder club bagi saudara mudanya terus berlanjut. Pada bursa transfer musim ini giliran pemain muda Reza Mustofa yang meninggalkan Gajayana menuju Kanjuruhan. Di usianya yang masih 22 tahun, Reza dalam dua musim terakhir menjadi bagian penting tim utama Laskar Ken Arok di posisi striker maupun winger. Musim depan, mendapat sentuhan pelatih Paulo Camargo yang cerdas melihat talenta berkualitas, Reza diprediksi bakal menjadi bintang sekelas Arif Suyono maupun Ahmad Bustomi.
Sementara, selain pemain yang sukses setelah menyeberang ke Arema, ada pula pemain Arema yang 'nekat' bergabung Persema. Dalam satu dasawarsa terakhir, ada setidaknya empat pemain penting yang menyeberang langsung dari Singo Edan ke Laskar Ken Arok.
Mereka di antaranya pemain asing Rodrigo Araya (2004), Suroso (2009), Tomi Pranata (2011), serta Leonard Tupamahu (2012). Tidak ada yang mencatat prestasi memuaskan setelah penyeberangan mereka ke Stadion Gajayana.
Sentimen antara keduanya tidak sampai berpengaruh pada proses transfer. Pemain Arema FC bisa meloncat ke Persema, demikian pula sebaliknya. Namun ada fakta unik yang terjadi di Malang dalam satu dekade terakhir terkait perpindahan pemain di bursa transfer.
Pemain Persema yang menyeberang ke Arema FC hampir selalu merengkuh sukses. Kebintangan mereka seakan ditakdirkan di klub pesaing dibanding berada di kandang Persema Stadion Gajayana. Satu dekade terakhir, tidak banyak pemain yang meninggalkan Gajayana menuju markas Arema yakni Stadion Kanjuruhan.
Namun pilihan menyeberang ke klub tetangga yang diambil pemain Persema terbukti sangat brilian. Paling tidak karir sekaligus pamor mereka langsung terang benderang setelah bergelut di Singo Edan, julukan Arema FC. Siapa saja mereka?
1. Arif Suyono.
Pemain kelahiran Kota Batu ini menyeberang ke Arema FC pada musim 2004-2005 setelah sebelumnya menjadi skuad Persema. Arema yang kala itu dilatih Benny Dolo mencium bakat pemain berjuluk Keceng itu saat usianya baru 21 tahun. Terbukti, setelah semusim berada di Arema, karir Keceng meroket dengan mempersembahkan trofi Piala Indonesia 2005 dan dipanggil tim nasional (timnas) senior. Pemain berposisi winger maupun gelandang serang ini juga menjelma menjadi pemain kelas atas hingga tim bertabur bintang Sriwijaya FC pun memboyongnya pada 2009. Selanjutnya, Keceng menjadi langganan timnas dan incaran tim-tim papan atas hingga kini.
2. Rasmoyo.
Seakan terinspirasi kesuksesan Arif Suyono, pemain sayap Persema Rasmoyo akhirnya juga ikut-ikutan berkostum Arema pada 2006. Pemain kelahiran Magelang itu direkrut kala Singo Edan masih dikelola PT Bentoel Prima. Rasmoyo memang tidak secemerlang Arif Suyono dalam menapaki karir di Arema FC. Walau begitu, dia memberikan kontribusi cukup bagus dan permainannya lebih matang dibanding di Persema.
3. Ahmad Bustomi.
Inilah perpindahan pemain paling fenomenal dari Persema ke Arema. Ahmad Bustomi memilih meneruskan karirnya di Stadion Kanjuruhan setelah beberapa musim di Stadion Gajayana. Keputusan yang sangat cerdas, karena Bustomi kemudian menjadi salah satu gelandang terbaik di penjuru negeri. Klimaksnya kala Arema ditangani Robert Rene Albert, pemain yang akrab disapa Cimot ini merajalela dan mempersembahkan gelar juara ISL untuk Arema musim 2009-2010. Arema saat itu juga sukses menjadi runner up Piala Indonesia.
4. Munhar.
Pemain berusia 25 tahun ini cukup mengejutkan kala bergabung Singo Edan musim 2011-2012 lalu, karena dia tergolong pemain yang tidak terpakai di Persema Malang. Kepindahannya ke Stadion Kanjuruhan menjadi titik balik bagi pemain kelahiran Sidoarjo ini. Dianggap pemain lokal dengan penampilan terbaik musim lalu, Munhar disodori kontrak anyar oleh manajemen Arema ISL. Melihat usianya yang belum begitu tua untuk seukuran pemain bola, diprediksi karirnya bakal gemilang di Arema.
5. Reza Mustofa.
Persema yang sering terlihat sebagai feeder club bagi saudara mudanya terus berlanjut. Pada bursa transfer musim ini giliran pemain muda Reza Mustofa yang meninggalkan Gajayana menuju Kanjuruhan. Di usianya yang masih 22 tahun, Reza dalam dua musim terakhir menjadi bagian penting tim utama Laskar Ken Arok di posisi striker maupun winger. Musim depan, mendapat sentuhan pelatih Paulo Camargo yang cerdas melihat talenta berkualitas, Reza diprediksi bakal menjadi bintang sekelas Arif Suyono maupun Ahmad Bustomi.
Sementara, selain pemain yang sukses setelah menyeberang ke Arema, ada pula pemain Arema yang 'nekat' bergabung Persema. Dalam satu dasawarsa terakhir, ada setidaknya empat pemain penting yang menyeberang langsung dari Singo Edan ke Laskar Ken Arok.
Mereka di antaranya pemain asing Rodrigo Araya (2004), Suroso (2009), Tomi Pranata (2011), serta Leonard Tupamahu (2012). Tidak ada yang mencatat prestasi memuaskan setelah penyeberangan mereka ke Stadion Gajayana.
(wbs)