Format baru bawa korban?
A
A
A
Sindonews.com - Format baru kompetisi musim depan yang dibahas Joint Committee (JC), Kamis (20/9), rawan memicu kontroversi. Itu jika melihat usulan PSSI di JC yang hampir dipastikan mendapat tentangan dari sejumlah klub.
Wakil PSSI Saleh Ismail Mukadar mengatakan, PSSI sudah serius dengan usulan Red and White League. Yakni kompetisi dua wilayah yang komposisinya dari klub Indonesian Premier League (IPL) dan Indonesia Super League (ISL).
Berdasar rancangan PSSI, kata Saleh Mukadar, nantinya hanya akan diambil 10 klub teratas masing-masing liga berdasar hasil akhir musim kemarin. Praktis usulan itu akan mendegradasikan sejumlah klub, termasuk dua klub dari Jawa Timur.
Dua klub yang berpotensi menjadi korban adalah Arema FC versi Indonesia Super League (ISL) dan Persegres Gresik. Musim lalu kedua tim ini berada di posisi bawah, Arema ISL di peringkat 12 sedangkan Persegres Gresik di urutan 15.
Klub lain yang harus menghadapi rintangan berat adalah Persibo Bojonegoro dan Persebaya Surabaya. Sebab dua klub ini tidak diterima oleh pihak ISL atau dalam hal ini Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) karena dianggap tidak sah dengan belum dicabutnya sanksi.
“Format yang kami usulkan begitu. Jadi dua kompetisi tetap akan berjalan seperti musim lalu dengan peserta 10 klub. Rencananya itu hanya berlaku untuk semusim karena pada musim berikutnya tetap akan dikembalikan satu wilayah,” papar Saleh Mukadar.
Menurutnya itu menjadi solusi terbaik untuk menengahi dua kompetisi yang ngotot ingin berjalan sendiri-sendiri. Terkait kemungkinan adanya klub yang menentang karena ‘didegradasikan’, Saleh menyerahkan sepenuhnya pada kesepakatan JC.
“Jika memang sudah menjadi kesepakatan bersama, semua klub harus tunduk. Ini demi kepentingan sepakbola Indonesia, tidak hanya pihak tertentu. Kami di JC sendiri akan berupaya mencari solusi agar sepakbola nantinya lebih baik,” ujarnya.
Usulan dari PSSI ini diprediksi memang tidak akan mulus. Sebab kompetisi ISL tentunya tidak ingin ada anggotanya yang protol dengan adanya format baru. Selama ini, ISL sangat memproteksi klub-klub anggotanya dan ingin tetap solid.
Sejauh ini belum ada sikap dari klub-klub yang berpotensi menjadi ‘korban’ dengan munculnya Red and White League. Arema ISL, Persegres Gresik, Persibo Bojonegoro, masih menunggu bagaimana hasil kesepakatan JC yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia.
“Kami belum bisa berkomentar karena semua masih dibicarakan. Kalau Arema sudah jelas proyeksi kami tetap bermain di kompetisi ISL musim depan. Kalau memang ada perubahan, ya kita tunggu saja bagaimana nantinya,” ujar Direktur Utama Arema FC Ruddy Widodo.
Sementara Media Officer Persivo Bojonegoro Imam Nur Cahyo mengatakan pihaknya berharap hasil kesepakatan JC bakal menjadi solusi terbaik di sepakbola Indonesia. “Pastinya semua berharap ini menjadi babak baru bagi sepakbola dan tidak merugikan klub,” cetusnya.
Wakil PSSI Saleh Ismail Mukadar mengatakan, PSSI sudah serius dengan usulan Red and White League. Yakni kompetisi dua wilayah yang komposisinya dari klub Indonesian Premier League (IPL) dan Indonesia Super League (ISL).
Berdasar rancangan PSSI, kata Saleh Mukadar, nantinya hanya akan diambil 10 klub teratas masing-masing liga berdasar hasil akhir musim kemarin. Praktis usulan itu akan mendegradasikan sejumlah klub, termasuk dua klub dari Jawa Timur.
Dua klub yang berpotensi menjadi korban adalah Arema FC versi Indonesia Super League (ISL) dan Persegres Gresik. Musim lalu kedua tim ini berada di posisi bawah, Arema ISL di peringkat 12 sedangkan Persegres Gresik di urutan 15.
Klub lain yang harus menghadapi rintangan berat adalah Persibo Bojonegoro dan Persebaya Surabaya. Sebab dua klub ini tidak diterima oleh pihak ISL atau dalam hal ini Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) karena dianggap tidak sah dengan belum dicabutnya sanksi.
“Format yang kami usulkan begitu. Jadi dua kompetisi tetap akan berjalan seperti musim lalu dengan peserta 10 klub. Rencananya itu hanya berlaku untuk semusim karena pada musim berikutnya tetap akan dikembalikan satu wilayah,” papar Saleh Mukadar.
Menurutnya itu menjadi solusi terbaik untuk menengahi dua kompetisi yang ngotot ingin berjalan sendiri-sendiri. Terkait kemungkinan adanya klub yang menentang karena ‘didegradasikan’, Saleh menyerahkan sepenuhnya pada kesepakatan JC.
“Jika memang sudah menjadi kesepakatan bersama, semua klub harus tunduk. Ini demi kepentingan sepakbola Indonesia, tidak hanya pihak tertentu. Kami di JC sendiri akan berupaya mencari solusi agar sepakbola nantinya lebih baik,” ujarnya.
Usulan dari PSSI ini diprediksi memang tidak akan mulus. Sebab kompetisi ISL tentunya tidak ingin ada anggotanya yang protol dengan adanya format baru. Selama ini, ISL sangat memproteksi klub-klub anggotanya dan ingin tetap solid.
Sejauh ini belum ada sikap dari klub-klub yang berpotensi menjadi ‘korban’ dengan munculnya Red and White League. Arema ISL, Persegres Gresik, Persibo Bojonegoro, masih menunggu bagaimana hasil kesepakatan JC yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia.
“Kami belum bisa berkomentar karena semua masih dibicarakan. Kalau Arema sudah jelas proyeksi kami tetap bermain di kompetisi ISL musim depan. Kalau memang ada perubahan, ya kita tunggu saja bagaimana nantinya,” ujar Direktur Utama Arema FC Ruddy Widodo.
Sementara Media Officer Persivo Bojonegoro Imam Nur Cahyo mengatakan pihaknya berharap hasil kesepakatan JC bakal menjadi solusi terbaik di sepakbola Indonesia. “Pastinya semua berharap ini menjadi babak baru bagi sepakbola dan tidak merugikan klub,” cetusnya.
(wbs)