Gaji bisa bermasalah lagi

Sabtu, 22 September 2012 - 22:04 WIB
Gaji bisa bermasalah...
Gaji bisa bermasalah lagi
A A A
Sindonews.com - Pertemuan Joint committee (JC) di Kuala Lumpur memang memunculkan sejumlah solusi terkait kondisi sepakbola Indonesia, walaupun belum mencakup semua persoalan. Salah satu yang belum menjadi perhatian adalah profesionalisme klub dalam aspek finansial.

Masalah ini sebenarnya cukup serius dalam semusim terakhir, di mana banyak klub menyisakan hutang gaji beberapa bulan kepada pemain. Malah ada opsi terminasi kontrak karena penyandang dana klub tidak mampu membayar semua tunggakan untuk pemain.

Situasi ini otomatis menjadikan klub-klub jauh dari kesan profesional dan diperkirakan bakal terus terjadi musim depan. Salah satu yang memprediksi itu adalah mantan pelatih Persema Malang Timo Scheunemann. Dia melihat pemain tak bergaji masih menjadi persoalan krusial sepakbola Indonesia.

Sejak tidak lagi didukung pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) klub tidak mampu menghidupi dirinya sendiri. Bantuan darei sponsor sama sekali tidak mencukupi untuk operasional klub, baik gaji maupun semua kebutuhan selama satu musim penuh.

“Harusnya persoalan ini yang dibicarakan, termasuk dalam rapat Joint Committee. Nyatanya tidak ada pembahasan tentang itu dan musim depan potensi pemain tak menerima gaji sangat mungkin terjadi lagi. Lagi-lagi klub di Indonesia akan kesulitan mencari dana,” papar Timo.

Hingga menjelang musim baru, tidak ada solusi jitu menangani persoalan finansial klub . Aspek bisnis sama sekali tidak berjalan walaupun sempar digembar-gemborkan sejak Liga Primer Indonesia (LPI) berdiri. Di Jawa Timur, hampir semua klub tengah mengalami masalah keuangan.

Tidak hanya klub Indonesian Premier League (IPL) seperti Persema Malang, Persibo Bojonegoro, Persik Kediri, atau klub lainnya, namun juga klub Indonesia Super League (ISL) seperti Persela Lamongan maupun Arema ISL. Bahkan Persik Kediri sempat terbersit mengikuti kompetisi amatir karena pesimistis dengan keuangan musim depan.

Langkah Persik seperti itu dinilai Timo bukan sebuah kesalahan. Dengan menjadi tim amatir, klub bisa mendapatkan pendanaan dari APBD, paling tidak klub tidak akan menelantarkan pemainnya. Namun harus dengan konsep matang, misalnya berorientasi pada pembibitan pemain.

“Tidak masalah ikut kompetisi amatir. Malah klub bisa mendapatkan bantuan dana dari APBD walau tak banyak. Tidak perlu memaksakan ikut profesional kalau memang tidak mampu. Asalkan konsepnya positif, misalnya konsen dalam pembinaan pemain-pemain muda,” lanjut pelatih berdarah Jerman-Jawa ini.

Dia menggambarkan, klub yang memaksakan profesional namun tidak mempunyai dana, efeknya bisa sangat negatif bagi klub. Selain tidak bisa menghidupi pemain karena persoalan pembayaran gaji, klub juga terancam tidak bisa menjalankan akademinya secara maksimal.

Logikanya, jika mengurusi tim profesional saja tidak mampu, akademi hampir dipastikan bakal terlantar. Timo melihat selama ini pengaruh kondisi keuangan terhadap eksistensi akademi sangat terpaut erat. Akademi tidak lagi sebagai prioritas dalam menjalankan roda klub.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7485 seconds (0.1#10.140)