Arema FC coba sisihkan ego
A
A
A
Sindonews.com -- Kendati kompetisi baru akan digelar Januari 2013 atau tiga bulan lagi, Arema FC versi Indonesia Super League (ISL) sudah mengawali start pra musim paling dini. Di bawah arahan pelatih Rahmad Darmwan (RD), gabungan tim Arema ISL dan Pelita Jaya seakan tidak peduli kapan kompetisi dimulai.
Setelah mengawali rutinitas latihan dua pekan lalu, Arema-Pelita sudah bersiap melakukan latih tanding akhir pekan ini. Rencananya tim asuhan RD bakal berhadapan dengan tim nasional (timnas) versi Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) di Stadion Kanjuruhan pada 5 Oktober mendatang.
Arema-Pelita bersedia menerima tantangan timnas KPSI karena merasa kekuatan telah mendekati sempurna hasil gabungan kedua tim. Bisa dikata Arema-Pelita adalah tim paling instant dalam persiapan menuju Indonesia Super League (ISL) 2012-2013. Kala tim lain berjuang menyusun komposisi pemain, kekuatan Arema-Pelita sudah tersedia.
"Saya rasa tim sudah sangat siap untuk program ujicoba. Memang rencananya Oktober sudah memasuki tahapan ujicoba sekaligus latihan fisik. Boleh dibilang kekuatan tim mencapai 90%. Kalau membutuhkan tambahan atau pembenahan, kami akan lihat sambil jalan," tutur Rahmad Darmawan.
Gabungan tim ini membuat persiapan lebih sederhana jika diukur dari komposisi tim. Sebab dengan banyaknya pemain berkualitas di kedua tim, tidak banyak rekrutan baru yang dilakukan Arema-Pelita. Skuad asing pun sudah sangat menjanjikan dengan adanya nama seperti Kayamba Gumps, Safee Sali, Alberto Gonchalves, dll.
Namun RD menampik saat disebut pihaknya tidak harus bekerja keras dalam persiapan tim dengan sumber daya yang ada. Menurutnya justru banyak aspek yang harus dipersiapkan sejak dini dengan penyatuan tim Arema dan Pelita. Paling utama adalah menyisihkan ego dalam diri pemain.
RD harus mengikis kesan dalam diri pemain bahwa mereka adalah pemain Arema dan Pelita. "Begitu tim digabung, tidak ada lagi ego mereka dari klub mana. Pemain harus berkomitmen bahwa ini adalah satu tim tanpa memandang dari mana mereka berasal," jelasnya.
Itu bukan tantangan yang ringan karena bisa berimplikasi pada penentuan komposisi pemain di lapangan. Lebih banyak pemain Pelita di starting eleven bisa berpotensi menimbulkan kecemburuan, demikian pula sebaliknya. Di sinilah RD dituntut mumpuni dalam berkomunikasi pada pemain, terutama dalam mengendalikan ego pemain.
Apalagi target tinggi yang digedok manajemen bakal menuntut pelatih untuk menurunkan pemain-pemain terbaik dalam setiap pertandingan. Sebagai contoh, dengan menyumbang lima pemain asing, maka separuh tim nyata-nyata telah dihuni pemain Pelita Jaya. Hitung-hitungan sederhana, hanya ada enam tempat yang akan diperebutkan pemain dalam negeri.
"Itulah yang menjadikan penggabungan tim seperti ini bukan pekerjaan gampang. Tapi saya percaya pemain memahami situasinya dan tidak sampai mengedepankan ego. Saya bekerja untuk tim, demikian pula pemain. Kami terus menekankan itu kepada siapa pun di dalam tim," cetus mantan pelatih Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC ini.
Tak heran jika RD menyebut penggabungan tim ini menjadi pengalaman yang serba baru baginya selama menjadi pelatih. Dia tidak hanya menggabungan sisi teknis kedua tim yang sebelumnya memiliki karakter berbeda, tapi juga menyatukan visi serta ego pemain ketika berada di lapangan. Ini dinilainya jauh lebih rumit dibanding menangani satu tim.
Kendati begitu pelatih yang masih aktif di militer ini mengaku situasi relatif lancar selama menangani penggabungan tim. Belum ada kendala yang benar-benar menguras pikirannya selama hampir dua pekan bekerja di Stadion Kanjuruhan.
Setelah mengawali rutinitas latihan dua pekan lalu, Arema-Pelita sudah bersiap melakukan latih tanding akhir pekan ini. Rencananya tim asuhan RD bakal berhadapan dengan tim nasional (timnas) versi Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) di Stadion Kanjuruhan pada 5 Oktober mendatang.
Arema-Pelita bersedia menerima tantangan timnas KPSI karena merasa kekuatan telah mendekati sempurna hasil gabungan kedua tim. Bisa dikata Arema-Pelita adalah tim paling instant dalam persiapan menuju Indonesia Super League (ISL) 2012-2013. Kala tim lain berjuang menyusun komposisi pemain, kekuatan Arema-Pelita sudah tersedia.
"Saya rasa tim sudah sangat siap untuk program ujicoba. Memang rencananya Oktober sudah memasuki tahapan ujicoba sekaligus latihan fisik. Boleh dibilang kekuatan tim mencapai 90%. Kalau membutuhkan tambahan atau pembenahan, kami akan lihat sambil jalan," tutur Rahmad Darmawan.
Gabungan tim ini membuat persiapan lebih sederhana jika diukur dari komposisi tim. Sebab dengan banyaknya pemain berkualitas di kedua tim, tidak banyak rekrutan baru yang dilakukan Arema-Pelita. Skuad asing pun sudah sangat menjanjikan dengan adanya nama seperti Kayamba Gumps, Safee Sali, Alberto Gonchalves, dll.
Namun RD menampik saat disebut pihaknya tidak harus bekerja keras dalam persiapan tim dengan sumber daya yang ada. Menurutnya justru banyak aspek yang harus dipersiapkan sejak dini dengan penyatuan tim Arema dan Pelita. Paling utama adalah menyisihkan ego dalam diri pemain.
RD harus mengikis kesan dalam diri pemain bahwa mereka adalah pemain Arema dan Pelita. "Begitu tim digabung, tidak ada lagi ego mereka dari klub mana. Pemain harus berkomitmen bahwa ini adalah satu tim tanpa memandang dari mana mereka berasal," jelasnya.
Itu bukan tantangan yang ringan karena bisa berimplikasi pada penentuan komposisi pemain di lapangan. Lebih banyak pemain Pelita di starting eleven bisa berpotensi menimbulkan kecemburuan, demikian pula sebaliknya. Di sinilah RD dituntut mumpuni dalam berkomunikasi pada pemain, terutama dalam mengendalikan ego pemain.
Apalagi target tinggi yang digedok manajemen bakal menuntut pelatih untuk menurunkan pemain-pemain terbaik dalam setiap pertandingan. Sebagai contoh, dengan menyumbang lima pemain asing, maka separuh tim nyata-nyata telah dihuni pemain Pelita Jaya. Hitung-hitungan sederhana, hanya ada enam tempat yang akan diperebutkan pemain dalam negeri.
"Itulah yang menjadikan penggabungan tim seperti ini bukan pekerjaan gampang. Tapi saya percaya pemain memahami situasinya dan tidak sampai mengedepankan ego. Saya bekerja untuk tim, demikian pula pemain. Kami terus menekankan itu kepada siapa pun di dalam tim," cetus mantan pelatih Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC ini.
Tak heran jika RD menyebut penggabungan tim ini menjadi pengalaman yang serba baru baginya selama menjadi pelatih. Dia tidak hanya menggabungan sisi teknis kedua tim yang sebelumnya memiliki karakter berbeda, tapi juga menyatukan visi serta ego pemain ketika berada di lapangan. Ini dinilainya jauh lebih rumit dibanding menangani satu tim.
Kendati begitu pelatih yang masih aktif di militer ini mengaku situasi relatif lancar selama menangani penggabungan tim. Belum ada kendala yang benar-benar menguras pikirannya selama hampir dua pekan bekerja di Stadion Kanjuruhan.
(wbs)