Kerjasama Arema FC dan Pelita Jaya tak beretika
A
A
A
Sindonews.com - Kerjasama yang dilakukan Arema FC versi Indonesia Super League (ISL) dan Pelita Jaya dianggap tidak beretika. Kerjasama itu tidak sesuai dengan aturan FIFA karena baik Arema ISL maupun Pelita Jaya berlaga di kompetisi yang sama. Kritikan itu dilontarkan Andi Darussalam Tabusala.
Dia mengatakan Arema-Pelita harusnya secara langsung menguak rencana merger dibanding 'bersembunyi' dibalik kata kerjasama. Pengakuan adanya rencana merger dipandang lebih elegan dan gentle dibanding menutupi, karena kedua tim terbukti sudah berlatih bersama.
“Tidak masuk akal kalau Arema dan Pelita hanya kerjasama kemudian melakukan latihan bersama. Kerjasama itu melanggar etika karena dua tim adalah rival di kompetisi yang sama. Coba cari di liga internasional, adakah yang melakukan kerjasama seperti itu?, kata Andi, mantan Ketua Badan Liga Indonesia (BLI), dihubungi Sabtu (6/10) malam.
Andi sendiri tak habis pikir rencana merger ditutp-tutupi dengan istilah kerjasama, dan itu dilakukan klub sekelas Arema ISL dan Pelita Jaya. Padahal menurutnya merger dua tim adalah fenomena yang biasa dan sah di dunia sepakbola. Jadi tidak ada salahnya Arema-Pelita langsung mengakui adanya rencana merger.
Dia yakin itu tidak akan berpengaruh terhadap supporter walau sempat terjadi kegelisahan di pihak Aremania. “Tentunya Aremania bisa mengerti. Dan mereka harus bersiap bahwa merger antara dua tim akan mengubah nama klub. Itu sudah biasa dan tidak ada yang salah,” cetusnya.
Sebagai sosok yang pernah menjadi penasehat Arema FC, Andi mengakui merger bakal memunculkan solusi finansial yang lebih mapan. Arema dan Pelita bakal saling melengkapi karena keduanya memiliki unsur yang tidak dimiliki satu sama lain. Arema kesulitan dana, Pelita tak mempunyai supporter.
“Kalau saya memprediksi, nantinya Arema dan Pelita akan terjadi merger. Tidak mungkin persiapan sebuah tim dilakukan bersama-sama dengan satu pelatih. Tentunya ada rencana yang lebih besar ke depannya, dibanding hanya sebatas kerjasama pra musim. Tapi ya itu tadi, jujur jauh lebih baik,” tambah Andi, asli Makassar.
Membungkus rencana merger dengan istilah kerjasama menurutnya akan mengurangi kewibawaan Arema dan Pelita, karena mereka sebenarnya juga paham bahwa kerjasama itu tidak profesional. “Ini sepakbola profesional dan modern. Tidak zamannya lagi menutup-nutupi seperti itu,” kritiknya.
Arema-Palita selama dua pekan terakhir telah melakukan persiapan pra musim secara bersama-sama di Stadion Gajayana. Di bawah pelatih Rahmad Darmawan, kedua tim memasukkan lagiun terbaiknya untuk digabung menjadi sebuah tim. Anehnya, manajemen masih terus membantah ada rencana merger.
Walau Rahmad Darmawan telah menguak dirinya mendapat tugas untuk mmenciptakan sebuah tim untuk ISL musim depan, pihak Arema maupun Pelita terus 'bersembunyi'. Sikap inilah yang dipandang sebagai tidak jujur dan terkesan menutupi rencana yang sudah diketahui publik.
Dia mengatakan Arema-Pelita harusnya secara langsung menguak rencana merger dibanding 'bersembunyi' dibalik kata kerjasama. Pengakuan adanya rencana merger dipandang lebih elegan dan gentle dibanding menutupi, karena kedua tim terbukti sudah berlatih bersama.
“Tidak masuk akal kalau Arema dan Pelita hanya kerjasama kemudian melakukan latihan bersama. Kerjasama itu melanggar etika karena dua tim adalah rival di kompetisi yang sama. Coba cari di liga internasional, adakah yang melakukan kerjasama seperti itu?, kata Andi, mantan Ketua Badan Liga Indonesia (BLI), dihubungi Sabtu (6/10) malam.
Andi sendiri tak habis pikir rencana merger ditutp-tutupi dengan istilah kerjasama, dan itu dilakukan klub sekelas Arema ISL dan Pelita Jaya. Padahal menurutnya merger dua tim adalah fenomena yang biasa dan sah di dunia sepakbola. Jadi tidak ada salahnya Arema-Pelita langsung mengakui adanya rencana merger.
Dia yakin itu tidak akan berpengaruh terhadap supporter walau sempat terjadi kegelisahan di pihak Aremania. “Tentunya Aremania bisa mengerti. Dan mereka harus bersiap bahwa merger antara dua tim akan mengubah nama klub. Itu sudah biasa dan tidak ada yang salah,” cetusnya.
Sebagai sosok yang pernah menjadi penasehat Arema FC, Andi mengakui merger bakal memunculkan solusi finansial yang lebih mapan. Arema dan Pelita bakal saling melengkapi karena keduanya memiliki unsur yang tidak dimiliki satu sama lain. Arema kesulitan dana, Pelita tak mempunyai supporter.
“Kalau saya memprediksi, nantinya Arema dan Pelita akan terjadi merger. Tidak mungkin persiapan sebuah tim dilakukan bersama-sama dengan satu pelatih. Tentunya ada rencana yang lebih besar ke depannya, dibanding hanya sebatas kerjasama pra musim. Tapi ya itu tadi, jujur jauh lebih baik,” tambah Andi, asli Makassar.
Membungkus rencana merger dengan istilah kerjasama menurutnya akan mengurangi kewibawaan Arema dan Pelita, karena mereka sebenarnya juga paham bahwa kerjasama itu tidak profesional. “Ini sepakbola profesional dan modern. Tidak zamannya lagi menutup-nutupi seperti itu,” kritiknya.
Arema-Palita selama dua pekan terakhir telah melakukan persiapan pra musim secara bersama-sama di Stadion Gajayana. Di bawah pelatih Rahmad Darmawan, kedua tim memasukkan lagiun terbaiknya untuk digabung menjadi sebuah tim. Anehnya, manajemen masih terus membantah ada rencana merger.
Walau Rahmad Darmawan telah menguak dirinya mendapat tugas untuk mmenciptakan sebuah tim untuk ISL musim depan, pihak Arema maupun Pelita terus 'bersembunyi'. Sikap inilah yang dipandang sebagai tidak jujur dan terkesan menutupi rencana yang sudah diketahui publik.
(wbs)