Nasionalisme ala Rahmad Darmawan

Senin, 24 Desember 2012 - 15:53 WIB
Nasionalisme ala Rahmad...
Nasionalisme ala Rahmad Darmawan
A A A
Sindonews.com -Saat membaca pernyataan pelatih Rahmad Darmawan soal penolakan menjadi pelatih Tim Nasional (Timnas) U-23, saya melihat ada secercah harapan terkait perbaikan sepakbola Indonesia. Harapan yang muncul dari sebuah sikap dalam menentukan pilihan terbaik.

Saya tidak langsung menerjemahkan pernyataan RD itu sebagai penolakan. Intinya memang menolak, dalam artian dia tidak menerima pekerjaan itu sekarang. Tapi di sana ada sebuah nilai tawar yang disodorkan dan itu menjadi fenomena baru yang selama ini jarang ditemui.

Dalam beberapa waktu terakhir, saya tidak melihat ada sikap demikian dari para pelatih. Mereka rata-rata langsung mengiyakan tawaran menjadi pelatih timnas dengan berbagai alasan. Ada yang menganggap sebagai tantangan karir sekaligus perwujudan sikap nasionalisme. Demi bangsa dan negara.

Ada juga yang alasannya tidak jelas seperti Alfred Riedl yang ngotot melatih timnas KPSI beberapa waktu lalu. Padahal dia orang 'bule' yang harusnya tak ikut campur urusan negara orang. Kesimpulannya, menjadi pelatih timnas ibaratnya sebuah kewajiban yang haram ditolak.

Saya gembira akhirnya ada penerjemahan lain arti nasionalisme dari Rahmad Darmawan. Dia tidak langsung menelan mentah-mentah bahwa nasionalisme pelatih adalah menangani timnas. Pelatih Arema ISL ini memiliki style tersendiri dalam mengungkapkan nasionalismenya.

Sebagai seorang militer, saya tidak meragukan kecintaan RD terhadap negara dan bangsanya. Sebab itulah saya merenungkan pernyataannya saat menolak posisi di tim Garuda Muda. Di sana saya menemukan nasionalisme yang lebih tinggi dari seorang pelatih, bukan lewat strategi tapi cukup melalui sikap.

Saya menilai RD sangat paham bahwa melatih timnas dalam kondisi sekarang bukan murni sebuah nasionalisme. Praktiknya memang begitu. Timnas nyatanya masih mewakili kepentingan golongan jika melihat adanya perbedaan pandangan dan keputusan antara PSSI dan KPSI.

Menolak melatih timnas sebelum kondisi sepakbola membaik adalah perjuangan besar. RD bisa saja dicap sebagai pelatih yang tidak nasionalis, tidak bekerja untuk negaranya. Namun di sisi lain dia telah memberikan contoh bagaimana bersikap dalam situasi kacau balau seperti sekarang.

Alangkah indahnya jika sikap ini bisa diikuti pelatih lain, sekaligus juga pemain. Saya rasa untuk sekarang ini nasionalis sejati adalah mereka yang berani melawan arus demi kebaikan sepakbola Indonesia. Bukan yang terlibat di timnas tapi sepakbola makin memburuk.

Mari tidak berpikir bahwa penolakan RD itu karena dia melatih di ISL -kompetisinya KPSI- sehingga haram melatih di timnas PSSI. Saya sama sekali tidak menangkap kesan itu sama sekali. Semoga saja pernyataan RD murni untuk perbaikan sepakbola Indonesia, bukan semata menyenangkan La Nyalla.

Jika diterjemahkan secara sederhana, memang rumit melatih timnas dengan masih adanya ketidaksepahaman PSSI dan KPSI. Pelatih tidak memiliki keleluasaan dalam memilih pemain karena klub yang terlanjur fanatik dengan kompetisinya tak sudi melepas pemain ke timnas.

Terlihat sepele tapi efeknya bisa sangat besar. Pelatih tak hanya mempertaruhkan kredibilitasnya, namun juga harus menerima tekanan besar. Logikanya begini, siapa sih yang bisa bekerja dengan tenang jika terus-terusan disebut pelatih timnas abal-abal?

Situasi itu sudah dirasakan Nil Maizar, pelatih bagus yang akhirnya tidak sukses di timnas karena kondisi yang tidak mendukung. Semoga Nil Maizar menjadi orang terakhir di posisi seperti itu. Posisi yang serba tidak enak dilihat dari sudut pandang mana pun. Pemain juga turut merasakan itu.

Jadi sangat layak kalau sikap Rahmad Darmawan disebut nasionalisme gaya baru yang memang diperlukan dalam situasi seperti sekarang ini. Jika tidak ada sikap ekstrim seperti itu, sulit sepakbola Indonesia dibenahi. Asalkan tetap berpikir untuk sepakbola Indonesia secara umum, bukan hanya golongan PSSI dan KPSI.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7637 seconds (0.1#10.140)