Simolodro serang PPSM versi PT Liga
A
A
A
Sindonews.com - Dualisme PPSM Magelang membuat suporter tim Macan Tidar yang tergabung dalam Laskar Simolodro gerah. Mereka berharap agar PPSM tetap satu tim dan berlaga di bawah payung PSSI dengan operator PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS).
Mereka tidak menghendaki kelahiran PPSM yang berlaga di bawah operator PT Liga Indonesia (Liga) yang diprakarsai Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI). Presidium Suporter Simolodro Nur Sulistiawan mengatakan, suara suporter mayoritas memberikan dukungan kepada PPSM versi LPIS dibanding PPSM versi PT Liga Indonesia (Liga).
Menurut dia, tim PPSM versi LPIS merupakan tim yang tahun lalu berdarah-darah menyelamatkan PPSM di Divisi Utama selepas tidak lagi menyusul dana dari APBD. Dia menegaskan, mayoritas suporter sudah paham betul bahwa PPSM LPIS adalah tim yang diakui PSSI, AFC dan FIFA. Pihaknya juga tahu bahwa dalam sidang di Court of Arbitration of Sports (CAS), sebuah lembaga
arbitrasi olahraga internasional, sudah menolak gugatan KPSI kepada PSSI.
"Penolakan gugatan KPSI itu dituangkan dalam keputusan CAS nomor 2736. Ini artinya KPSI sudah tidak diakui di mata dunia internasional. Dengan demikian jika ada liga yang dikelola di bawahnya secara otomatis cacat di mata dunia. Silakan masyarakat menilainya," jelas Nur.
Para perangkat pejabat daerah (Muspida) setempat juga menginginkan PPSM hanya satu, tidak terpecah seperti yang terjadi sekarang ini. Muspida beranggapan dualisme tim Macan Tidar sangat mengakhawatirkan warga Magelang karena berpotensi terjadi gesekan suporter pendukung
kedua belah pihak.
Manajer PPSM versi LPIS Hasan Suryoyudho yang juga ketua DPRD Kota Magelang ikut mengantisipasi gesekan suporter dengan bekerja sama dengan Kejaksaan Negeri Magelang dan Mapolres Magelang Kota. Manajer PPSM bertemu langsung Kepala Kejari Kota Magelang Banjar Nahor dan Kapolres Magelang Kota AKBP Joko Pitoyo.
Pertemuan mereka membicarakan soal dualisme PPSM yang merumput di Divisi Utama PT Liga yang berafiliasi dengan KPSI dan LPIS yang berada di bawah yurisdiksi PSSI. "Para pimpinan daerah ini intinya sepakat di Kota Magelang hanya ada satu PPSM LPIS. Jika ada dua tim ditakutkan
akan terjadi gesekan massa pendukung dan jelas mengganggu stabilitas keamanan di kota ini," kata Hasan.
Menurut politikus Partai Demokrat itu, sepak bola di Magelang tidak lain untuk melakukan pembinaan usia muda. "Jika tujuannya sama, mengapa harus ada dua tim yang berbeda operator liganya? Dengan dua tim itu apakah banyak manfaatnya? Kami mengajak semua pihak
berpikir lebih jernih dalam menyikapi hal ini, jangan sampai terjadi gesekan yang mengganggu kondusivitas keamanan," bebernya.
Mereka tidak menghendaki kelahiran PPSM yang berlaga di bawah operator PT Liga Indonesia (Liga) yang diprakarsai Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI). Presidium Suporter Simolodro Nur Sulistiawan mengatakan, suara suporter mayoritas memberikan dukungan kepada PPSM versi LPIS dibanding PPSM versi PT Liga Indonesia (Liga).
Menurut dia, tim PPSM versi LPIS merupakan tim yang tahun lalu berdarah-darah menyelamatkan PPSM di Divisi Utama selepas tidak lagi menyusul dana dari APBD. Dia menegaskan, mayoritas suporter sudah paham betul bahwa PPSM LPIS adalah tim yang diakui PSSI, AFC dan FIFA. Pihaknya juga tahu bahwa dalam sidang di Court of Arbitration of Sports (CAS), sebuah lembaga
arbitrasi olahraga internasional, sudah menolak gugatan KPSI kepada PSSI.
"Penolakan gugatan KPSI itu dituangkan dalam keputusan CAS nomor 2736. Ini artinya KPSI sudah tidak diakui di mata dunia internasional. Dengan demikian jika ada liga yang dikelola di bawahnya secara otomatis cacat di mata dunia. Silakan masyarakat menilainya," jelas Nur.
Para perangkat pejabat daerah (Muspida) setempat juga menginginkan PPSM hanya satu, tidak terpecah seperti yang terjadi sekarang ini. Muspida beranggapan dualisme tim Macan Tidar sangat mengakhawatirkan warga Magelang karena berpotensi terjadi gesekan suporter pendukung
kedua belah pihak.
Manajer PPSM versi LPIS Hasan Suryoyudho yang juga ketua DPRD Kota Magelang ikut mengantisipasi gesekan suporter dengan bekerja sama dengan Kejaksaan Negeri Magelang dan Mapolres Magelang Kota. Manajer PPSM bertemu langsung Kepala Kejari Kota Magelang Banjar Nahor dan Kapolres Magelang Kota AKBP Joko Pitoyo.
Pertemuan mereka membicarakan soal dualisme PPSM yang merumput di Divisi Utama PT Liga yang berafiliasi dengan KPSI dan LPIS yang berada di bawah yurisdiksi PSSI. "Para pimpinan daerah ini intinya sepakat di Kota Magelang hanya ada satu PPSM LPIS. Jika ada dua tim ditakutkan
akan terjadi gesekan massa pendukung dan jelas mengganggu stabilitas keamanan di kota ini," kata Hasan.
Menurut politikus Partai Demokrat itu, sepak bola di Magelang tidak lain untuk melakukan pembinaan usia muda. "Jika tujuannya sama, mengapa harus ada dua tim yang berbeda operator liganya? Dengan dua tim itu apakah banyak manfaatnya? Kami mengajak semua pihak
berpikir lebih jernih dalam menyikapi hal ini, jangan sampai terjadi gesekan yang mengganggu kondusivitas keamanan," bebernya.
(aww)