Obric terancam dioperasi
A
A
A
Sindonews.com – Cedera yang dialami legiun asing Pelita Bandung Raya (PBR) Nemanja Obric ternyata bukan main-main. Setelah absen dalam sesi latihan maupun pertandingan Indonesia Super League (ISL) sejak dua pekan lalu, dia bisa saja menyusul dua rekannya, Jajang dan Edi Hafid Murtado, untuk naik ke meja operasi.
Dokter tim PBR, Ia Kurnia mengatakan, pemain berposisi gelandang itu mengalami peradangan di bagian lutut. Diagnosis tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan metoda Magnetic Resonance Imaging (MRI) beberapa hari lalu, yang dilakukan oleh tim dokter PBR dibantu jasa medis rumah sakit di Bandung. Bahkan melalui metoda tersebut, diketahui bahwa cedera yang dialami Obric diderita sejak pertengahan Januari lalu.
“Setelah diperiksa dengan MRI, ternyata memang ada radang di lututnya. Peradangan itulah yang menyebabkan Obric merasa sakit saat kakinya digerakkan. Dan yang mengherankan, ternyata cedera ini pun munculnya bukan sekarang-sekarang. Menurut perkiraan saya, dia cedera saat bermain melawan Mitra Kutai Kartanegara (19 Januari). Jadi mungkin Obric sempat merahasiakan sakitnya untuk memaksakan tampil,” tutur Kurnia.
Dengan kondisi seperti ini, ujarnya, kemungkinan terburuk yang bisa saja diterima Obric adalah langkah operasi kecil Antroscopy. Namun, Kurnia mengaku tengah berusaha agar pesepakbola asal Serbia ini bisa disembuhkan dengan terapi atau obat-obatan. Karena menurutnya, jika tindakan operasi yang diterapkan pada Obric, maka proses penyembuhannya pun relatif lebih lama.
“Kami usahakan agar dia bisa sembuh dengan obat-obatan. Tapi kalaupun memang harus dioperasi, Obric tidak usah khawatir, setelah fit dia tetap bisa main dan melanjutkan karier. Hilton (Moreira) di Sriwijaya juga cederanya lebih parah dari Obric, tapi setelah operasi dan sembuh, kan bisa tampil lagi,” ujar Kurnia.
Jika pengobatannya melalui meja operasi, cedera seperti yang dialami Obric saat ini memakan waktu sepuluh hingga dua belas pekan untuk masa pemulihan. Itu pun, kata Kurnia, merupakan rentang waktu tercepat. Masa penyembuhan bisa bertambah panjang jika terdapat unsur medis yang tidak bekerja maksimal, atau pesepakbola itu sendiri yang tidak menaati ketentuan dokter. Tidak mantapnya proses penyembuhan juga bisa memperbesar kemungkinan cedera Obric kambuh di masa yang akan datang.
“Setidaknya ada dua langkah medis yang menentukan keberhasilan pengobatan ini, yaitu saat dilakukannya operasi, dan tindakan fisioterapi ketika masa pemulihan. Kalaupun operasinya berhasil, tanpa fisioterapis yang bagus ya tidak akan maksimal. Respon dari si pemain juga sangat menentukan lama tidaknya waktu penyembuhan,” kata mantan dokter tim Persib Bandung itu.
Kurnia berharap, melalui beberapa tindakan medis yang kini rutin diberikan, Obric bisa segera pulih. Apalagi, saat ini skuad PBR tengah membutuhkan banyak sosok senior untuk memimpin para pesepakbola muda. Absennya Obric juga membuat Eka Ramdani kerap ‘kesepian’ saat menginisiasi serangan The Boys Are Back ke lini pertahanan lawan.
“Yang paling penting saat ini adalah Obric kembali ke fungsi normal saja dulu. Kami terus memantau perkembangannya, dan tentu kami pun ingin yang terbaik untuk Obric,” pungkas Kurnia.
Dokter tim PBR, Ia Kurnia mengatakan, pemain berposisi gelandang itu mengalami peradangan di bagian lutut. Diagnosis tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan metoda Magnetic Resonance Imaging (MRI) beberapa hari lalu, yang dilakukan oleh tim dokter PBR dibantu jasa medis rumah sakit di Bandung. Bahkan melalui metoda tersebut, diketahui bahwa cedera yang dialami Obric diderita sejak pertengahan Januari lalu.
“Setelah diperiksa dengan MRI, ternyata memang ada radang di lututnya. Peradangan itulah yang menyebabkan Obric merasa sakit saat kakinya digerakkan. Dan yang mengherankan, ternyata cedera ini pun munculnya bukan sekarang-sekarang. Menurut perkiraan saya, dia cedera saat bermain melawan Mitra Kutai Kartanegara (19 Januari). Jadi mungkin Obric sempat merahasiakan sakitnya untuk memaksakan tampil,” tutur Kurnia.
Dengan kondisi seperti ini, ujarnya, kemungkinan terburuk yang bisa saja diterima Obric adalah langkah operasi kecil Antroscopy. Namun, Kurnia mengaku tengah berusaha agar pesepakbola asal Serbia ini bisa disembuhkan dengan terapi atau obat-obatan. Karena menurutnya, jika tindakan operasi yang diterapkan pada Obric, maka proses penyembuhannya pun relatif lebih lama.
“Kami usahakan agar dia bisa sembuh dengan obat-obatan. Tapi kalaupun memang harus dioperasi, Obric tidak usah khawatir, setelah fit dia tetap bisa main dan melanjutkan karier. Hilton (Moreira) di Sriwijaya juga cederanya lebih parah dari Obric, tapi setelah operasi dan sembuh, kan bisa tampil lagi,” ujar Kurnia.
Jika pengobatannya melalui meja operasi, cedera seperti yang dialami Obric saat ini memakan waktu sepuluh hingga dua belas pekan untuk masa pemulihan. Itu pun, kata Kurnia, merupakan rentang waktu tercepat. Masa penyembuhan bisa bertambah panjang jika terdapat unsur medis yang tidak bekerja maksimal, atau pesepakbola itu sendiri yang tidak menaati ketentuan dokter. Tidak mantapnya proses penyembuhan juga bisa memperbesar kemungkinan cedera Obric kambuh di masa yang akan datang.
“Setidaknya ada dua langkah medis yang menentukan keberhasilan pengobatan ini, yaitu saat dilakukannya operasi, dan tindakan fisioterapi ketika masa pemulihan. Kalaupun operasinya berhasil, tanpa fisioterapis yang bagus ya tidak akan maksimal. Respon dari si pemain juga sangat menentukan lama tidaknya waktu penyembuhan,” kata mantan dokter tim Persib Bandung itu.
Kurnia berharap, melalui beberapa tindakan medis yang kini rutin diberikan, Obric bisa segera pulih. Apalagi, saat ini skuad PBR tengah membutuhkan banyak sosok senior untuk memimpin para pesepakbola muda. Absennya Obric juga membuat Eka Ramdani kerap ‘kesepian’ saat menginisiasi serangan The Boys Are Back ke lini pertahanan lawan.
“Yang paling penting saat ini adalah Obric kembali ke fungsi normal saja dulu. Kami terus memantau perkembangannya, dan tentu kami pun ingin yang terbaik untuk Obric,” pungkas Kurnia.
(wbs)