Runtuhnya dinasti Persiba di Timnas

Rabu, 20 Maret 2013 - 12:49 WIB
Runtuhnya dinasti Persiba di Timnas
Runtuhnya dinasti Persiba di Timnas
A A A
Sindonews.com - Duet Pelatih Timnas Rahmat Darmawan (RD) dan Jacksen F. Thiago sudah merilis 28 pemain hasil seleksi untuk memperkuat skuad Merah Putih untuk Pra Piala Asia menghadapi Arab Saudi pada Sabtu (23/3) mendatang. Dari jumlah itu, tidak ada satu pun pemain dari Persiba Bantul menjadi bagian tim Garuda.

Padahal saat timnas dibesut pelatih Nil Maizar, minimal 3 penggawa Laskar Sultan Agung selalu menjadi langganan mengisi skuad Merah Putih. Mereka antara lain kiper Wahyu Tri Nugroho, wing back Nopendi dan gelandang serang Slamet Nurcahyo. Namun, setelah nakhoda timnas berganti orang, dinasti Persiba di timnas habis.

Pelatih Kepala Persiba M. Basri menyayangkan tidak ada satu pun anak dididikannya dipanggil memperkuat timnas. "Di sisi lain Persiba diuntungkan karena pemainnya bisa konsentrasi di liga domestik, namun di sisi lain muara kompetisi adalah agar pemainnya bisa memperkuat timnas," ujar pelatih gaek yang sudah melatih timnas Indonesia era 1979, 1983 dan 1989, Rabu (20/3/2013).

Menurut dia, Wahyu Tri Nugroho sangat layak menjadi kiper timnas. Meski masih muda, namun kiper kelahiran Sukoharjo 27 Juli 1986 memiliki teknik mumpuni dan sarat pengalaman. "Dari beberapa pemain Persiba yang sering masuk timas, bagi saya yang sangat disayangkan adalah Wahyu tidak masuk timnas," kata pelatih kelahiran Makassar 5 Oktober 1962.

Namun, Basri mengakui siapa pun pemain yang dipilih masuk skuad merupakan pilihan duet RD dan Jacksen F. Tiago. "Mengapa pemain Persiba tidak ada yang masuk timnas, mungkin pelatih punya pertimbangan sendiri. Saya selaku pelatih (Persiba) tetap menghormati keputusan pelatih timnas atas pilihan yang sudah dilakukan," ungkapnya.

Hanya saja M. Basri berharap agar proses regenerasi di timnas bisa berjalan maksimal. Dia menilai duet RD dan Jacksen F. Tiago masih mengandalkan pemain-pemain senior. "Mungkin karena waktu persiapannya mepet, akhirnya dipilih pemain yang sudah matang. Ke depan proses regenerasi pemain timnas harus diperbaiki, toh sekarang tidak lagi ada dualisme PSS lagi," kata pelatih yang pernah menukangi timnas di ajang Pra Olimpiade (1983), Pra Piala Dunia dan SEA Games (1989).

"Duet pelatih juga masih mengandalkan pemain naturalisasi. Padahal, bagi saya pemain domestik kualitasnya tidak kalah dengan mereka (naturalisasi). Kuncinya adalah bagaimana menciptakan proses regenerasi yang baik. Kami bisa berprestasi tanpa mereka (pemain naturalisasi), dengan catatan regenerasi pemain timas bisa berjalan maksimal," tutupnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3888 seconds (0.1#10.140)