Akhiri dualisme Persis atau lupakan promosi
A
A
A
Sindonews.com - Duo tim kembar asal Kota Solo, Persis LPIS dan Persis Liga Indonesia, dihantam dilema. Hampir pasti keduanya tidak bisa berpromosi ke kasta tertinggi Indonesia Super League (ISL) musim depan. Itu jika dualisme tim berjuluk Laskar Sambernyawa ini masih berlanjut.
Persis LPIS hampir pasti tidak mungkin berkiprah di ISL mengingat Divisi Utama yang dikutinya tidak mengenal promosi ke takhta berikutnya. Tim yang berada di bawah naungan operator PT LPIS hanya diberi kuota 4 tim, itu pun semuanya dari IPL.
Manajemen Persis LPIS mengusulkan agar Divisi Utama LPIS diberi jatah dua tim yang bisa promosi ke ISL. Namun jelas itu sulit dikabulkan. "Jatahnya memang 4 dari IPL, namun kami meminta agar 2 dari 4 tim itu diambil dari Divisi Utama (LPIS). Itu usulan kami, semoga diterima," katanya, Kamis (21/3).
Namun, rupanya manajemen Persis LPIS lupa dengan hasil KLB PSSI. Syarat bisa bergabung ke ISL musim depan adalah tim yang terbebas dari dualisme. Syarat lainnya, keuangan tim juga sehat
Setali tiga uang dengan Persis Liga. Meski Divisi Utama yang diikuti tim besutan Agung Setyabudi ini ada sistem promosi ke ISL, namun tetap sulit melangkah ke kasta tertinggi tersebut. Meski Persis Liga bertengger di papan atas klasemen akhir, selama 'belum berdamai' dengan Persis LPIS juga tidak mungkin berlaga di ISL.
Kata kunci agar tim kebanggaaan publik Kota Bengawan ini bisa berkompetisi di kasta tertinggi adalah mengakhiri dualisme yang sudah berlangsung dua musim terakhir. Jika dualisme masih terjadi, tidak mungkin bagi tim peraih 7 gelar juara Galatama ini ini bisa mencicipi ISL musim ini. Kasus ini tidak jauh beda dengan duo PSMS Medan, yang sama-sama berlaga di Divisi Utama.
Kondisi ini kalangan Pasoepati (kelompok suporter Persis Solo) angkat bicara. Mereka menyerukan agar managemen duo Persis segera mengakhiri dualisme. "Selama ini suara Pasoepati, tidak pernah didengar managemen. Untuk kali ini kami mohon didengarkan. Bersatulah dua Persis," kata Fauzan.
Dia meminta agar managemen duo Persis bisa sama-sama legowo meleburkan diri dalam satu Persis. "Kalau masih sama-sama ngotot, dua managemen Persis masih saling egois, sepak bola Kota Solo semakin terpuruk. PSSI dan KPSI saja bisa berdamai masak Persis nggak bisa (berdamai)," ujarnya bernada tanya.
Rasa pesimistis Pasoepati juga mengemuka sikap kedua managemen Persis bisa melunak. Salah satu contohnya saat Persis LPIS mengajak latih tanding dengan Persis Liga, namun tim yang berada di bawah operator PT Liga Indonesia itu menolak ajakan tersebut.
Persis LPIS hampir pasti tidak mungkin berkiprah di ISL mengingat Divisi Utama yang dikutinya tidak mengenal promosi ke takhta berikutnya. Tim yang berada di bawah naungan operator PT LPIS hanya diberi kuota 4 tim, itu pun semuanya dari IPL.
Manajemen Persis LPIS mengusulkan agar Divisi Utama LPIS diberi jatah dua tim yang bisa promosi ke ISL. Namun jelas itu sulit dikabulkan. "Jatahnya memang 4 dari IPL, namun kami meminta agar 2 dari 4 tim itu diambil dari Divisi Utama (LPIS). Itu usulan kami, semoga diterima," katanya, Kamis (21/3).
Namun, rupanya manajemen Persis LPIS lupa dengan hasil KLB PSSI. Syarat bisa bergabung ke ISL musim depan adalah tim yang terbebas dari dualisme. Syarat lainnya, keuangan tim juga sehat
Setali tiga uang dengan Persis Liga. Meski Divisi Utama yang diikuti tim besutan Agung Setyabudi ini ada sistem promosi ke ISL, namun tetap sulit melangkah ke kasta tertinggi tersebut. Meski Persis Liga bertengger di papan atas klasemen akhir, selama 'belum berdamai' dengan Persis LPIS juga tidak mungkin berlaga di ISL.
Kata kunci agar tim kebanggaaan publik Kota Bengawan ini bisa berkompetisi di kasta tertinggi adalah mengakhiri dualisme yang sudah berlangsung dua musim terakhir. Jika dualisme masih terjadi, tidak mungkin bagi tim peraih 7 gelar juara Galatama ini ini bisa mencicipi ISL musim ini. Kasus ini tidak jauh beda dengan duo PSMS Medan, yang sama-sama berlaga di Divisi Utama.
Kondisi ini kalangan Pasoepati (kelompok suporter Persis Solo) angkat bicara. Mereka menyerukan agar managemen duo Persis segera mengakhiri dualisme. "Selama ini suara Pasoepati, tidak pernah didengar managemen. Untuk kali ini kami mohon didengarkan. Bersatulah dua Persis," kata Fauzan.
Dia meminta agar managemen duo Persis bisa sama-sama legowo meleburkan diri dalam satu Persis. "Kalau masih sama-sama ngotot, dua managemen Persis masih saling egois, sepak bola Kota Solo semakin terpuruk. PSSI dan KPSI saja bisa berdamai masak Persis nggak bisa (berdamai)," ujarnya bernada tanya.
Rasa pesimistis Pasoepati juga mengemuka sikap kedua managemen Persis bisa melunak. Salah satu contohnya saat Persis LPIS mengajak latih tanding dengan Persis Liga, namun tim yang berada di bawah operator PT Liga Indonesia itu menolak ajakan tersebut.
(aww)