Masih ada bara Di Arema
A
A
A
Sindonews.com- Klub Arema yang terbelah menjadi Arema Cronous dan Arema IPL, sudah lama tidak berpikir soal dualisme. Karena berlaga di dua kompetisi berbeda dalam semusim terakhir, dualisme itu selama ini tidak lagi dipikirkan. Kedua klub sibuk dengan kiprah di kompetisi masing-masing.
Tapi jangkan sangka persoalan dualisme sudah selesai sepenuhnya. Sebab sangat berpotensi bara di antara kedua Arema bakal kembali muncul di akhir kompetisi nanti. Yakni menyangkut perebutan tempat di kompetisi hasil unifikasi pada musim 2014 mendatang.
Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 17 Maret 2013 lalu memutuskan klub-klub ISL masih akan bertahan di kompetisi baru. Sedangkan klub yang bertanding di IPL dan buah dari dualisme tidak akan diizinkan mengikuti kompetisi. Di sinilah persoalannya, Arema IPL tidak rela lengser begitu saja.
Merasa sebagai Arema yang sah berdasar keputusan PSSI pada 2011 silam, Arema IPL bertekad mati-matian memperjuangkan keikutsertaan musim depan. Jalur hukum pun bakal dipersiapkan demi mendapatkan satu posisi di kompetisi 2014. “Kami tidak akan menyerah,” kata Kuasa Hukum Arema IPL Erpin Yuliono.
Dirinya menyatakan Arema IPL tidak akan diam menerima keputusan KLB karena bertentangan dengan legalitas yang ada selama ini. Merasa memiliki kekuatan hukum lewat Kemenkum HAM, AFC dan FIFA, klub yang bermarkas di Stadion Gajayana ini tidak akan menyerah dengan mudah.
Targetnya, satu posisi Arema Cronous di kompetisi musim depan bakal direbut. Bermodal kekuatan hukum itulah Arema yang kini dikelola PT Arema Indonesia pimpinan Winarso merasa di atas angin dan optimistis bakal bisa berlanjut di kompetisi yang rencananya tetap memakai nama Indonesia Super League (ISL).
“Sekarang mungkin belum ada tindakan apa-apa. Tim masih konsentrasi untuk menghabiskan kompetisi musim ini. Nanti kalau sudah waktunya pasti akan kami perjuangkan. Sebenarnya sudah sangat mudah mudah dilihat siapa yang lebih legal,” tandas Erpin.
Bara antara Arema Cronous dan Arema IPL sempat mencapai puncaknya semusim lalu ketika PSSI memutuskan Areema IPL adalah pihak yang sah. Supporter Aremania pun sampai turun ke jalan untuk menetang keputusan PSSI tersebut. Intinya, Aremania sendiri tetap menganggap Arema yang berkandang di Stadion Kanjuruhan sebagai klub yang sah.
Perjalanannya memang demikian. Walau secara pengakuan hukum Arema IPL menang, tapi Arema Cronous lebih memenangkan hati Aremania. Sebagai bukti, penonton atau supporter lebih suka mengalir ke Stadion Kanjuruhan dibanding melihat pertandingan Arema IPL di Stadion Gajayana.
Arema Cronous sendiri tidak berselara menanggapi ancaman 'perang' yang dilontarkan Arema IPL. Direktur Arema Cronous Ruddy Widodo enggan berkomentar terkait rencana perebutan tempat di kompetisi musim depan. “Maaf, saya tidak komentar soal itu. Kami fokus saja ke kompetisi,” ujarnya singkat.
Kedua klub yang sama-sama berjuluk Singo Edan ini sebenarnya saling memiliki senjata ampuh. Arema IPL bersenjatakan legalitas hukum, sedangkan Arema Cronous bersenjatakan Aremania. Dukungan Aremania itulah yang membuat Arema Cronous sangat kuat pengaruhnya.
Praktis, persoalan dualisme kembali menjadi api dalam sekam yang suatu saat bisa membesar lagi. Perseteruan yang terjadi seperti pada 2011 lalu sangat berpotensi terulang jika melihat bagaimana Arema IPL tidak kenal lelah memperjuangkan ambisinya.
Tapi jangkan sangka persoalan dualisme sudah selesai sepenuhnya. Sebab sangat berpotensi bara di antara kedua Arema bakal kembali muncul di akhir kompetisi nanti. Yakni menyangkut perebutan tempat di kompetisi hasil unifikasi pada musim 2014 mendatang.
Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 17 Maret 2013 lalu memutuskan klub-klub ISL masih akan bertahan di kompetisi baru. Sedangkan klub yang bertanding di IPL dan buah dari dualisme tidak akan diizinkan mengikuti kompetisi. Di sinilah persoalannya, Arema IPL tidak rela lengser begitu saja.
Merasa sebagai Arema yang sah berdasar keputusan PSSI pada 2011 silam, Arema IPL bertekad mati-matian memperjuangkan keikutsertaan musim depan. Jalur hukum pun bakal dipersiapkan demi mendapatkan satu posisi di kompetisi 2014. “Kami tidak akan menyerah,” kata Kuasa Hukum Arema IPL Erpin Yuliono.
Dirinya menyatakan Arema IPL tidak akan diam menerima keputusan KLB karena bertentangan dengan legalitas yang ada selama ini. Merasa memiliki kekuatan hukum lewat Kemenkum HAM, AFC dan FIFA, klub yang bermarkas di Stadion Gajayana ini tidak akan menyerah dengan mudah.
Targetnya, satu posisi Arema Cronous di kompetisi musim depan bakal direbut. Bermodal kekuatan hukum itulah Arema yang kini dikelola PT Arema Indonesia pimpinan Winarso merasa di atas angin dan optimistis bakal bisa berlanjut di kompetisi yang rencananya tetap memakai nama Indonesia Super League (ISL).
“Sekarang mungkin belum ada tindakan apa-apa. Tim masih konsentrasi untuk menghabiskan kompetisi musim ini. Nanti kalau sudah waktunya pasti akan kami perjuangkan. Sebenarnya sudah sangat mudah mudah dilihat siapa yang lebih legal,” tandas Erpin.
Bara antara Arema Cronous dan Arema IPL sempat mencapai puncaknya semusim lalu ketika PSSI memutuskan Areema IPL adalah pihak yang sah. Supporter Aremania pun sampai turun ke jalan untuk menetang keputusan PSSI tersebut. Intinya, Aremania sendiri tetap menganggap Arema yang berkandang di Stadion Kanjuruhan sebagai klub yang sah.
Perjalanannya memang demikian. Walau secara pengakuan hukum Arema IPL menang, tapi Arema Cronous lebih memenangkan hati Aremania. Sebagai bukti, penonton atau supporter lebih suka mengalir ke Stadion Kanjuruhan dibanding melihat pertandingan Arema IPL di Stadion Gajayana.
Arema Cronous sendiri tidak berselara menanggapi ancaman 'perang' yang dilontarkan Arema IPL. Direktur Arema Cronous Ruddy Widodo enggan berkomentar terkait rencana perebutan tempat di kompetisi musim depan. “Maaf, saya tidak komentar soal itu. Kami fokus saja ke kompetisi,” ujarnya singkat.
Kedua klub yang sama-sama berjuluk Singo Edan ini sebenarnya saling memiliki senjata ampuh. Arema IPL bersenjatakan legalitas hukum, sedangkan Arema Cronous bersenjatakan Aremania. Dukungan Aremania itulah yang membuat Arema Cronous sangat kuat pengaruhnya.
Praktis, persoalan dualisme kembali menjadi api dalam sekam yang suatu saat bisa membesar lagi. Perseteruan yang terjadi seperti pada 2011 lalu sangat berpotensi terulang jika melihat bagaimana Arema IPL tidak kenal lelah memperjuangkan ambisinya.
(wbs)