Boaz hajar The Boys Are Back
A
A
A
Sindonews.com - Pelita Bandung Raya (PBR) tak mampu menahan superiornya para pemain Persipura Jayapura. Pada pertandingan lanjutan Indonesia Super League (ISL) 2013 yang digelar di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, Minggu (14/4/2013), The Boys Are Back julukan PBR menyerah dengan skor O-2. Kedua gol tim Mutiara Hitam dicetak Boaz Solossa pada menit ke-9 dan 58.
Sadar terhadap agresivitas Persipura, sejak awal PBR bermain aman dengan menumpuk lima pemain di lini tengah. Pilar muda Rizky Pellu, M Arsyad, Rendi Saputra dan Asep Ato diplot sebagai gelandang dibawah komando Eka Ramdani. Eka sendiri bermain lebih ke belakang dan konsisten beroperasi tepat di depan barisan pertahanan. Dia bertugas mengirim umpan panjang langsung ke Gaston Castano di area pertahanan lawan.
Namun, perbedaan kelas membuat para pemain PBR selalu kalah dalam duel individu. Imbasnya, serangan Persipura kerap lolos dari adangan lini tengah The Boys Are Back. Tim Mutiara Hitam lebih banyak melakukan tekanan dari sektor sayap, terutama sisi kiri yang dimainkan top skorer mereka Boaz Solossa.
Tekanan yang diperagakan skuad Persipura sudah berbuah manis saat pertandingan baru memasuki menit ke sembilan. Handsball wingback PBR Munadi, membuat wasit Prasetyo Hadi menunjuk titik putih. Boaz yang berperan sebagai eksekutor berhasil menaklukan kiper Edi Kurnia, sekaligus membawa timnya unggul O-1.
Dominasi tim Mutiara Hitam terus berlanjut hampir sepanjang babak pertama. Bahkan para penyerang PBR nyaris tidak pernah mampu mendekati area gawang yang dikawal Yoo Jae Hoon. Strategi menyimpan Eka Ramdani di sektor jangkar pun tidak memberi hasil maksimal bagi The Boys Are Back.
Tugasnya untuk mengirim umpan panjang terbengkalai, serangan dari tim tamu yang terlalu deras membuat pemain bernomor punggung delapan ini justru sibuk melapisi pertahanan. Sepanjang babak pertama, tidak lebih dari tiga umpan lambung saja yang dilontarkan Eka pada Gaston.
Memasuki paruh kedua, PBR mulai bermain terbuka. Pertandingan terlihat lebih seimbang. The Boys Are Back lebih berani mengoperasikan lini tengah mereka untuk menyusun serangan. Eka tidak lagi berperan sebagai pengirim umpan jauh. Posisinya sedikit dimajukan untuk menopang Gaston melalui umpan-umpan pendek.
Perubahan strategi ini cukup berhasil. Beberapa tekanan melalui Gaston dan M Arsyad mampu membahayakan gawang Persipura. Namun, aktifnya para gelandang PBR untuk menyerang juga menimbulkan celah bagi Imanuel Wanggai dkk untuk langsung menusuk ke area pertahanan tuan rumah. Bahkan hal itu pula yang menyebabkan lahirnya gol kedua Mutiara Hitam di menit ke-58.
Berawal dari kelengahan para pemain belakang PBR, dalam kondisi tanpa pengawalan, Ian Kabes langsung memberi umpan terobosan pada Boaz Solossa yang datang dari sisi kiri. Sedikit saja berlari memasuki area penalti PBR, Boaz langsung melepaskan tendangan keras. Bola gagal dibendung kiper Edi Kurnia, Persipura menambah keunggulan menjadi 0-2.
Setelah itu, giliran PBR yang mendapatkan beberapa peluang. Termasuk kemelut di depan gawang pada menit ke 63. Namun kondisi tersebut gagal dimanfaatkan Gaston yang sudah berada di mulut gawang, karena bola lebih dekat pada kiper Jae Hoon.
Memasuki menit 70, PBR semakin berani menggunakan umpan cepat satu-dua. Bola-bola panjang yang langsung diarahkan ke sektor pertahanan Persipura hanya sesekali dilakukan melalui centerback Mijo Dadic. Namun skema tersebut tidak membuat skor berubah. Bahkan Boaz Solossa hampir saja mencetak hatrick jika tendangannya di masa injury time tidak membentur mistar gawang. Hingga akhir laga, kedudukan 0-2 untuk Persipura tetap bertahan.
Meski kalah, Pelatih PBR Daniel Darko Janackovic tetap mengapresiasi permainan anak asuhnya. "Kami sudah mengeluarkan kemampuan terbaik yang kami bisa, tapi Persipura memiliki banyak pemain bintang. Saya kecewa dengan adanya tendangan penalti, karena itu membuat tim kami sulit untuk bangkit".
"Memasuki babak kedua, kami coba bermain lebih terbuka. Tapi Jacksen (F Tiago) pelatih yang cerdik, Persipura memainkan ritme cepat disaat pemain kami sulit menjaga konsentrasi karena usia mereka yang masih muda," kata Darko usai pertandingan.
Pelatih asal Serbia itu pun memuji soliditas tim Mutiara Hitam. Menurutnya, permainan yang diperagakan Zah Rahan dkk merupakan buah dari kebersamaan selama bertahun-tahun. "Jacksen sudah melatih Persipura selama lima tahun terakhir, perombakan skuad di tiap musimnya juga hanya dua sampai tiga pemain saja. Itu membuat Persipura Solid," ungkap Darko.
Sementara itu, Jacksen mengaku bersyukur bisa kembali merebut posisi puncak di klasemen sementara ISL. Namun dia sedikit kecewa dengan agresivitas Persipura yang berkurang di laga kali ini. Menurutnya, gol melalui titik putih di menit-menit awal membuat semangat juang tim Mutiara Hitam berkurang. Jacksen malah melontarkan pujian bagi para pemain muda The Boys Are Back.
"Permainan kami kali ini bukanlah yang terbaik, tapi saya sangat bersyukur. Menurut saya, pertahanan PBR merupakan yang terbaik di ISL. Mereka bermain sangat rapi. Hanya saja memang transisi dari bertahan ke menyerang menjadi kelemahan mereka. Dibutuhkan tambahan sosok pemain berpengalaman dalam hal ini, tentu saja untuk mengomando pemain muda PBR," kata Jacksen.
Sadar terhadap agresivitas Persipura, sejak awal PBR bermain aman dengan menumpuk lima pemain di lini tengah. Pilar muda Rizky Pellu, M Arsyad, Rendi Saputra dan Asep Ato diplot sebagai gelandang dibawah komando Eka Ramdani. Eka sendiri bermain lebih ke belakang dan konsisten beroperasi tepat di depan barisan pertahanan. Dia bertugas mengirim umpan panjang langsung ke Gaston Castano di area pertahanan lawan.
Namun, perbedaan kelas membuat para pemain PBR selalu kalah dalam duel individu. Imbasnya, serangan Persipura kerap lolos dari adangan lini tengah The Boys Are Back. Tim Mutiara Hitam lebih banyak melakukan tekanan dari sektor sayap, terutama sisi kiri yang dimainkan top skorer mereka Boaz Solossa.
Tekanan yang diperagakan skuad Persipura sudah berbuah manis saat pertandingan baru memasuki menit ke sembilan. Handsball wingback PBR Munadi, membuat wasit Prasetyo Hadi menunjuk titik putih. Boaz yang berperan sebagai eksekutor berhasil menaklukan kiper Edi Kurnia, sekaligus membawa timnya unggul O-1.
Dominasi tim Mutiara Hitam terus berlanjut hampir sepanjang babak pertama. Bahkan para penyerang PBR nyaris tidak pernah mampu mendekati area gawang yang dikawal Yoo Jae Hoon. Strategi menyimpan Eka Ramdani di sektor jangkar pun tidak memberi hasil maksimal bagi The Boys Are Back.
Tugasnya untuk mengirim umpan panjang terbengkalai, serangan dari tim tamu yang terlalu deras membuat pemain bernomor punggung delapan ini justru sibuk melapisi pertahanan. Sepanjang babak pertama, tidak lebih dari tiga umpan lambung saja yang dilontarkan Eka pada Gaston.
Memasuki paruh kedua, PBR mulai bermain terbuka. Pertandingan terlihat lebih seimbang. The Boys Are Back lebih berani mengoperasikan lini tengah mereka untuk menyusun serangan. Eka tidak lagi berperan sebagai pengirim umpan jauh. Posisinya sedikit dimajukan untuk menopang Gaston melalui umpan-umpan pendek.
Perubahan strategi ini cukup berhasil. Beberapa tekanan melalui Gaston dan M Arsyad mampu membahayakan gawang Persipura. Namun, aktifnya para gelandang PBR untuk menyerang juga menimbulkan celah bagi Imanuel Wanggai dkk untuk langsung menusuk ke area pertahanan tuan rumah. Bahkan hal itu pula yang menyebabkan lahirnya gol kedua Mutiara Hitam di menit ke-58.
Berawal dari kelengahan para pemain belakang PBR, dalam kondisi tanpa pengawalan, Ian Kabes langsung memberi umpan terobosan pada Boaz Solossa yang datang dari sisi kiri. Sedikit saja berlari memasuki area penalti PBR, Boaz langsung melepaskan tendangan keras. Bola gagal dibendung kiper Edi Kurnia, Persipura menambah keunggulan menjadi 0-2.
Setelah itu, giliran PBR yang mendapatkan beberapa peluang. Termasuk kemelut di depan gawang pada menit ke 63. Namun kondisi tersebut gagal dimanfaatkan Gaston yang sudah berada di mulut gawang, karena bola lebih dekat pada kiper Jae Hoon.
Memasuki menit 70, PBR semakin berani menggunakan umpan cepat satu-dua. Bola-bola panjang yang langsung diarahkan ke sektor pertahanan Persipura hanya sesekali dilakukan melalui centerback Mijo Dadic. Namun skema tersebut tidak membuat skor berubah. Bahkan Boaz Solossa hampir saja mencetak hatrick jika tendangannya di masa injury time tidak membentur mistar gawang. Hingga akhir laga, kedudukan 0-2 untuk Persipura tetap bertahan.
Meski kalah, Pelatih PBR Daniel Darko Janackovic tetap mengapresiasi permainan anak asuhnya. "Kami sudah mengeluarkan kemampuan terbaik yang kami bisa, tapi Persipura memiliki banyak pemain bintang. Saya kecewa dengan adanya tendangan penalti, karena itu membuat tim kami sulit untuk bangkit".
"Memasuki babak kedua, kami coba bermain lebih terbuka. Tapi Jacksen (F Tiago) pelatih yang cerdik, Persipura memainkan ritme cepat disaat pemain kami sulit menjaga konsentrasi karena usia mereka yang masih muda," kata Darko usai pertandingan.
Pelatih asal Serbia itu pun memuji soliditas tim Mutiara Hitam. Menurutnya, permainan yang diperagakan Zah Rahan dkk merupakan buah dari kebersamaan selama bertahun-tahun. "Jacksen sudah melatih Persipura selama lima tahun terakhir, perombakan skuad di tiap musimnya juga hanya dua sampai tiga pemain saja. Itu membuat Persipura Solid," ungkap Darko.
Sementara itu, Jacksen mengaku bersyukur bisa kembali merebut posisi puncak di klasemen sementara ISL. Namun dia sedikit kecewa dengan agresivitas Persipura yang berkurang di laga kali ini. Menurutnya, gol melalui titik putih di menit-menit awal membuat semangat juang tim Mutiara Hitam berkurang. Jacksen malah melontarkan pujian bagi para pemain muda The Boys Are Back.
"Permainan kami kali ini bukanlah yang terbaik, tapi saya sangat bersyukur. Menurut saya, pertahanan PBR merupakan yang terbaik di ISL. Mereka bermain sangat rapi. Hanya saja memang transisi dari bertahan ke menyerang menjadi kelemahan mereka. Dibutuhkan tambahan sosok pemain berpengalaman dalam hal ini, tentu saja untuk mengomando pemain muda PBR," kata Jacksen.
(wbs)