Upayakan banding, Persibo cari dana
A
A
A
Sindonews.com — Persibo Bojonegoro menghadapi pilihan sulit menyikapi sanksi dari Komisi Didiplin (Komdis) PSSI. Langkah banding terhadap hukuman larangan bertanding untuk beberapa pemain dan ofisial karena pertandingan lawan Sunray JC Hongkong, masih menghadapi persoalan.
Lagi-lagi masalah dana membuat Persibo belum bisa berbuat banyak terhadap rencana melayangkan banding. Klub berjuluk Laskar Angling Dharma tentu membutuhkan bekal untuk menentang keputusan tersebut. Salah satunya adalah penunjukan kuasa hukum untuk mengawal langkah banding.
Nyatanya untuk menunjuk kuasa hukum saja Persibo belum bisa karena tidak memiliki dana. “Itulah persoalannya. Kami tetap harus memiliki dana untuk melakukan banding, misalnya membayar kuasa hukum. Sedangkan saat ini Persibo juga kesulitan keuangan,” tutur Manajer Persibo Nur Yahya yang telah mengundurkan diri pada awal Juni lalu.
Walau telah menyatakan mundur, Nur Yahya sendiri berkomitmen bakal terus mengawal langkah Persibo dalam melakukan banding. Apalagi dia sendiri sebagai manajer tim dan beberapa ofisial lain juga dikenai sanksi larangan terlibat di sepak bola seumur hidup. “Yang jelas saya tidak lepas begitu saja,” tambahnya.
Manajemen Persibo juga meminta pihak konsorsium turut membantu langkah Persibo mengajukan banding. Paling tidak klub kebanggaan Boromania tidak kesulitan persoalan finansial dalam melakukan upaya tersebut. Sebab jika mengandalkan keuangan klub saat ini, jelas Persibo tak sanggup.
Sekadar menggelar pertandingan Indonesia Premier League (IPL) saja tim oranye sudah tidak mampu. “Saya tidak tahu darimana mendapatkan dana untuk melakukan banding. Semoga ada bantuan dari konsorsium atau pihak lain yang masih mempunyai komitmen menyelamatkan Persibo,” lanjut Nur Yahya.
Situasi ini menjadikan Persibo serba salah. Jika tidak melakukan banding, keputusan itu bakal sangat merugikan pemain maupun ofisial. Sedangkan jika melakukan banding, manajemen harus bekerja keras mendapatkan uang untuk menyewa kuasa hukum serta membiayai semua kebutuhan yang dibutuhkan untuk banding.
Sementara, sikap serba salah juga dirasakan Pelatih Gusnul Yakin yang terkena sanksi larangan terlibat di sepakbola seumur hidup. Dia belum memutuskan apakah bakal malkukan banding secara personal atau menyerahkan langkah itu sepenuhnya kepada manajemen Persibo.
“Saya juga masih bingung. Harusnya banding tersebut dilakukan manajemen sebagai pihak yang paling bertanggungjawab terhadap semua yang menimpa klub. Tapi saya belum yakin itu bisa berjalan karena Persibo juga tidak mempunyai uang,” cetus Gusnul Yakin, pelatih asal Malang.
Di sisi lain, dirinya juga merasa berat jika harus melakukan banding secara pribadi. Sebab proses banding tentu membutuhkan biaya, sedangkan dia sendiri belum digaji selama lima bulan selama menangani Persibo. “Masak saya harus berjuang sendiri, sedangkan selama ini belum juga digaji,” tukasnya.
Sementara, para pemain menyerahkan sepenuhnya proses banding tersebut kepada manajemen. CEO Persibo Lukman Wafi sudah menemui pemain setelah vonis dijatuhkan Komdis dan dia bertekad bakal memperjuangkan nasib pemain agar minimal mendapat keringanan sanksi.
Lagi-lagi masalah dana membuat Persibo belum bisa berbuat banyak terhadap rencana melayangkan banding. Klub berjuluk Laskar Angling Dharma tentu membutuhkan bekal untuk menentang keputusan tersebut. Salah satunya adalah penunjukan kuasa hukum untuk mengawal langkah banding.
Nyatanya untuk menunjuk kuasa hukum saja Persibo belum bisa karena tidak memiliki dana. “Itulah persoalannya. Kami tetap harus memiliki dana untuk melakukan banding, misalnya membayar kuasa hukum. Sedangkan saat ini Persibo juga kesulitan keuangan,” tutur Manajer Persibo Nur Yahya yang telah mengundurkan diri pada awal Juni lalu.
Walau telah menyatakan mundur, Nur Yahya sendiri berkomitmen bakal terus mengawal langkah Persibo dalam melakukan banding. Apalagi dia sendiri sebagai manajer tim dan beberapa ofisial lain juga dikenai sanksi larangan terlibat di sepak bola seumur hidup. “Yang jelas saya tidak lepas begitu saja,” tambahnya.
Manajemen Persibo juga meminta pihak konsorsium turut membantu langkah Persibo mengajukan banding. Paling tidak klub kebanggaan Boromania tidak kesulitan persoalan finansial dalam melakukan upaya tersebut. Sebab jika mengandalkan keuangan klub saat ini, jelas Persibo tak sanggup.
Sekadar menggelar pertandingan Indonesia Premier League (IPL) saja tim oranye sudah tidak mampu. “Saya tidak tahu darimana mendapatkan dana untuk melakukan banding. Semoga ada bantuan dari konsorsium atau pihak lain yang masih mempunyai komitmen menyelamatkan Persibo,” lanjut Nur Yahya.
Situasi ini menjadikan Persibo serba salah. Jika tidak melakukan banding, keputusan itu bakal sangat merugikan pemain maupun ofisial. Sedangkan jika melakukan banding, manajemen harus bekerja keras mendapatkan uang untuk menyewa kuasa hukum serta membiayai semua kebutuhan yang dibutuhkan untuk banding.
Sementara, sikap serba salah juga dirasakan Pelatih Gusnul Yakin yang terkena sanksi larangan terlibat di sepakbola seumur hidup. Dia belum memutuskan apakah bakal malkukan banding secara personal atau menyerahkan langkah itu sepenuhnya kepada manajemen Persibo.
“Saya juga masih bingung. Harusnya banding tersebut dilakukan manajemen sebagai pihak yang paling bertanggungjawab terhadap semua yang menimpa klub. Tapi saya belum yakin itu bisa berjalan karena Persibo juga tidak mempunyai uang,” cetus Gusnul Yakin, pelatih asal Malang.
Di sisi lain, dirinya juga merasa berat jika harus melakukan banding secara pribadi. Sebab proses banding tentu membutuhkan biaya, sedangkan dia sendiri belum digaji selama lima bulan selama menangani Persibo. “Masak saya harus berjuang sendiri, sedangkan selama ini belum juga digaji,” tukasnya.
Sementara, para pemain menyerahkan sepenuhnya proses banding tersebut kepada manajemen. CEO Persibo Lukman Wafi sudah menemui pemain setelah vonis dijatuhkan Komdis dan dia bertekad bakal memperjuangkan nasib pemain agar minimal mendapat keringanan sanksi.
(wbs)