Panpel PSIS berharap panen rupiah di 12 Besar
A
A
A
Sindonews.com - Panpel PSIS Semarang bisa jadi menjadi panpel paling sukses dalam menggelar setiap pertandingan. Pasalnya, pada setiap laga PSIS, panpel selalu kehabisan tiket. Setiap laga tidak pernah kurang mendapatkan pendapatan di bawah Rp100juta.
Selama empat kali laga kandang pada putaran kedua Divisi Utama Liga Indonesia Panpel PSIS mendapatkan penghasilan dari penjualan tiket mencapai angka Rp 527 juta. Rincianya, Rp 280 juta didapat saat menjamu Persip Pekalongan, Rp 149 Juta pada laga versus Persitema Temanggung, Rp 215 juta di laga lawan Persikad Depok, dan versus Persikabo Bogor tanggal 13 Juni, pendapatan kotor dari tiket mencapai Rp 243 juta meski PSIS menelan kekalahan.
Namun, total pendapatan itu belum dikurangi biaya operasional sebesar Rp90juta dan pajak 20 persen tiap pertandingan. Pendapatan yang cukup melimpah ini, berbanding terbalik dengan panpel-panpel tim lain, seperti Persiku, Persipur, Persitema, dan Persip Pekalongan, yang pendapatan dari sektor penjualan tiket jauh di bawah PSIS. Bahkan sampai merugi karena dana operasional pertandingan lebih banyak dibandingkan dengan pendapatan.
Ketua Panpel PSIS, Dedy Satria Budiman mengatakan, pendapatan paling banyak memang pada saat PSIS menjamu Persikabo. Hal ini karena, Tim yang dihadapi adalah tim dengan materi bagus.
Dedi mencatat pendapatan paling fantastis selama Divisi Utama, adalah ketika PSIS menjamu Persipur Purwodadi pada putaran pertama lalu. Pada laga yang dimenangi PSIS dengan skor 7-0 itu panpel mendapatkan penghasilan mencapai Rp301juta."Setiap pertandingan, kita mengeluarkan biaya operasional sampai Rp90 dan 20persen total penghasilan untuk pajak," katanya.
Dedi mengaku, seandainya pada setiap pertandingan tidak ada kebocoran, dipastikan penghasilan tim akan semakin besar. "Masih ada kebocoran dan tengah kami upayakan untuk terus ditekan,"ujarnya.
Ditambahkan Dedi, sumbangan paling besar selama ini memang dari suporter setia PSIS, Panser Biru dan Snex yang senantiasa memadati tribun setiap kali PSIS bermaian. "Suporter selain sebagai pemberi semangat bagi tim, tapi juga memberikan andil yang cukup besar buat pemasukan," imbuhnya.
Memang dana tersebut jauh dari total dana yang dikeluarkan untuk operasional tim, namun, paling tidak dana tersebut sangat membantu manajemen di tengah krisis finansial yang saat ini melanda Mahesa Jenar setelah PT Setia Binanusa seret dalam mengucurkan dana.
Dedi berharap, pada babak 12 besar mendatang, pendapatan dari penjualan tiket bisa mengalami peningkatan. "Pada babak 12 besar, lawan PSIS tentu tim-tim tangguh, tentu diharapkan dapat meningkatkan pendapatan," katanya.
General Manager PSIS Ferdinand Hindiarto mengaku, pendapatan dari hasil penjualan tiket membantu keuangan tim sebesar 30 persen. "Kita bersyukur pendapatan tiket kita cukup banyak, sehingga bisa membantu keuangan tim," ujarnya.
Ferdinand menyatakan, manajemen memperkirakan kebutuhan keuangan tim untuk sampai babak final, mencapai Rp5,5 miliar. Dana tersebut untuk pembayaran gaji pemain dan ofisial yang setiap bulannya mencapai Rp301 juta. Selain itu untuk biaya tur pada pertandingan di luar kandang, sewa stadion, sewa mes, laundry, konsumsi, kesehatan dan lain-lain.
Selama empat kali laga kandang pada putaran kedua Divisi Utama Liga Indonesia Panpel PSIS mendapatkan penghasilan dari penjualan tiket mencapai angka Rp 527 juta. Rincianya, Rp 280 juta didapat saat menjamu Persip Pekalongan, Rp 149 Juta pada laga versus Persitema Temanggung, Rp 215 juta di laga lawan Persikad Depok, dan versus Persikabo Bogor tanggal 13 Juni, pendapatan kotor dari tiket mencapai Rp 243 juta meski PSIS menelan kekalahan.
Namun, total pendapatan itu belum dikurangi biaya operasional sebesar Rp90juta dan pajak 20 persen tiap pertandingan. Pendapatan yang cukup melimpah ini, berbanding terbalik dengan panpel-panpel tim lain, seperti Persiku, Persipur, Persitema, dan Persip Pekalongan, yang pendapatan dari sektor penjualan tiket jauh di bawah PSIS. Bahkan sampai merugi karena dana operasional pertandingan lebih banyak dibandingkan dengan pendapatan.
Ketua Panpel PSIS, Dedy Satria Budiman mengatakan, pendapatan paling banyak memang pada saat PSIS menjamu Persikabo. Hal ini karena, Tim yang dihadapi adalah tim dengan materi bagus.
Dedi mencatat pendapatan paling fantastis selama Divisi Utama, adalah ketika PSIS menjamu Persipur Purwodadi pada putaran pertama lalu. Pada laga yang dimenangi PSIS dengan skor 7-0 itu panpel mendapatkan penghasilan mencapai Rp301juta."Setiap pertandingan, kita mengeluarkan biaya operasional sampai Rp90 dan 20persen total penghasilan untuk pajak," katanya.
Dedi mengaku, seandainya pada setiap pertandingan tidak ada kebocoran, dipastikan penghasilan tim akan semakin besar. "Masih ada kebocoran dan tengah kami upayakan untuk terus ditekan,"ujarnya.
Ditambahkan Dedi, sumbangan paling besar selama ini memang dari suporter setia PSIS, Panser Biru dan Snex yang senantiasa memadati tribun setiap kali PSIS bermaian. "Suporter selain sebagai pemberi semangat bagi tim, tapi juga memberikan andil yang cukup besar buat pemasukan," imbuhnya.
Memang dana tersebut jauh dari total dana yang dikeluarkan untuk operasional tim, namun, paling tidak dana tersebut sangat membantu manajemen di tengah krisis finansial yang saat ini melanda Mahesa Jenar setelah PT Setia Binanusa seret dalam mengucurkan dana.
Dedi berharap, pada babak 12 besar mendatang, pendapatan dari penjualan tiket bisa mengalami peningkatan. "Pada babak 12 besar, lawan PSIS tentu tim-tim tangguh, tentu diharapkan dapat meningkatkan pendapatan," katanya.
General Manager PSIS Ferdinand Hindiarto mengaku, pendapatan dari hasil penjualan tiket membantu keuangan tim sebesar 30 persen. "Kita bersyukur pendapatan tiket kita cukup banyak, sehingga bisa membantu keuangan tim," ujarnya.
Ferdinand menyatakan, manajemen memperkirakan kebutuhan keuangan tim untuk sampai babak final, mencapai Rp5,5 miliar. Dana tersebut untuk pembayaran gaji pemain dan ofisial yang setiap bulannya mencapai Rp301 juta. Selain itu untuk biaya tur pada pertandingan di luar kandang, sewa stadion, sewa mes, laundry, konsumsi, kesehatan dan lain-lain.
(aww)