Persip dan Persipur digoyang isu jual beli gol
A
A
A
Sindonews.com – Babak penyisihan grup kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia telah selesai. Kini menyisakan 12 tim yang bakal merebutkan tiket ke Indonesia Super League (ISL) musim depan.
Namun, seiring berakhirnya babak penyisihan grup, dua tim di grup II yakni Persip Pekalongan dan Persipur Purwodadi digoyang isu adanya jual beli gol pada beberapa kali pertadingan. Jual beli gol ini bukan antara satu tim dengan tim lain, melainkan tim dengan bandar judi online, yang sengaja memanfaatkan tim-tim yang terbelit masalah anggaran.
Seperti diketahui, saat ini banyak tim yang mengalami masalah financial, karena minimnya sponsor yang membatu pendanaan tim. Akibatnya berbagai cara pun dilakukan mulai dari menggadaikan sertifikat hingga menjual tim itu sendiri, demi tetap bisa mengikuti kompetisi.
Isu adanya jual beli gol ini sebenarnya sudah ada sejak pertengahan putaran pertama Divisi Utama. Namun, isu tersebut sempat meredup, dan kini kembali mencuat setelah adanya kabar bahwa Komisi Disiplin (Komdis) PSSI kabarnya akan memanggil manajemen tim yang bersangkutan.
Isu adanya jual beli gol, yang dilakukan Persip Pekalongan ketika bermain dikandang Persipur Purwodadi pada, Selasa (19/3) yang berakhir dengan skor 3-1. Kabar adanya jual beli gol makin mencuat ketika pelatih Persip Agus Riyanto tiba-tiba menyatakan mundur. Kabarnya, Agus kecewa dengan tindakan manajemen.
Namun, kabar tersebut dibantah oleh Manajer Persip Aam Ikhwan. Namun bantahan yang dilontarkan oleh Aam justru, semakin membenarkan adanya mafia jual beli gol di kancah Divisi Utama Liga Indonesia.
Pasalnya Aam mengakui, pada saat menjelang pertandingan kontra Persipur, ada yang menawari dirinya supaya Persip mengalah dari Persipur dengan iming-iming mendapatkan suntikan dana segar lebih dari Rp100 juta.
Akan tetapi menurut Aam tawaran tersebut ditolak, dengan alasan timnya bisa memenangi pertandingan dan bisa mendapatkan tiga poin dari kandang Persipur.
“Setelah kami rundingkan akhirnya kami tolak. Meski pada akhirnya kami kalah 3-1 dari tuan rumah. Tapi kekalahan itu bukan karena kami menerima tawaran, melainkan murni kondisi tim yang kurang maksimal, setelah dikeluarkannya Agung Prasetyo dikeluarkan oleh wasit,” ujarnya.
Aam mengaku, kondisi Persip selama menjalani kompetisi Divisi Utama sangat sulit, terutama masalah finansial, karena minimnya anggaran dan sponsor yang masuk. Hal itu menurutnya menjadi pelajaran bagi tim ke depan.
Ditanya adanya kabar bahwa dirinya dipanggil Komisi Disiplin PSSI terkait adanya jual beli gol, Aam mengaku belum mengetahuinya. Namun apabila memang nantinya dirinya dipanggil, Aam menyatakan siap. “Ya kalau memang ada panggilan saya akan memenuhi panggilan itu,”ujarnya.
Sementara itu Persipur dikabarkan main mata dengan mafia bola ketika melawan PSIS Semarang Minggu (10/3) dan ketika melawan Persiku Kudus tiga hari kemudian. Tidak hanya itu, bahkan kabar mengejutkan, selama putaran kedua Persipur sengaja tidak pernah menang, demi mendapatkan dana segar dari mafia bola.
Namun, isu tersebut dibantah oleh manajemen Persipur. Manajer Persipur Moelyadi menyatakan, Persipur tidak pernah melakukan tindakan yang sengaja kalah dari lawan. Kekalahan Persipur murni faktor teknis, karena tim lawan lebih bagus bermain. “Tidak ada itu main mata,” ujarnya.
Dia mengaku sampai saat ini juga belum pernah ada panggilan dari Komdis PSSI mengenai masalah tersebut."Kalau memang ada panggilan kami siap untuk datang. Tapi sementara belum ada panggilan sampai saat ini," ujarnya.
Namun, seiring berakhirnya babak penyisihan grup, dua tim di grup II yakni Persip Pekalongan dan Persipur Purwodadi digoyang isu adanya jual beli gol pada beberapa kali pertadingan. Jual beli gol ini bukan antara satu tim dengan tim lain, melainkan tim dengan bandar judi online, yang sengaja memanfaatkan tim-tim yang terbelit masalah anggaran.
Seperti diketahui, saat ini banyak tim yang mengalami masalah financial, karena minimnya sponsor yang membatu pendanaan tim. Akibatnya berbagai cara pun dilakukan mulai dari menggadaikan sertifikat hingga menjual tim itu sendiri, demi tetap bisa mengikuti kompetisi.
Isu adanya jual beli gol ini sebenarnya sudah ada sejak pertengahan putaran pertama Divisi Utama. Namun, isu tersebut sempat meredup, dan kini kembali mencuat setelah adanya kabar bahwa Komisi Disiplin (Komdis) PSSI kabarnya akan memanggil manajemen tim yang bersangkutan.
Isu adanya jual beli gol, yang dilakukan Persip Pekalongan ketika bermain dikandang Persipur Purwodadi pada, Selasa (19/3) yang berakhir dengan skor 3-1. Kabar adanya jual beli gol makin mencuat ketika pelatih Persip Agus Riyanto tiba-tiba menyatakan mundur. Kabarnya, Agus kecewa dengan tindakan manajemen.
Namun, kabar tersebut dibantah oleh Manajer Persip Aam Ikhwan. Namun bantahan yang dilontarkan oleh Aam justru, semakin membenarkan adanya mafia jual beli gol di kancah Divisi Utama Liga Indonesia.
Pasalnya Aam mengakui, pada saat menjelang pertandingan kontra Persipur, ada yang menawari dirinya supaya Persip mengalah dari Persipur dengan iming-iming mendapatkan suntikan dana segar lebih dari Rp100 juta.
Akan tetapi menurut Aam tawaran tersebut ditolak, dengan alasan timnya bisa memenangi pertandingan dan bisa mendapatkan tiga poin dari kandang Persipur.
“Setelah kami rundingkan akhirnya kami tolak. Meski pada akhirnya kami kalah 3-1 dari tuan rumah. Tapi kekalahan itu bukan karena kami menerima tawaran, melainkan murni kondisi tim yang kurang maksimal, setelah dikeluarkannya Agung Prasetyo dikeluarkan oleh wasit,” ujarnya.
Aam mengaku, kondisi Persip selama menjalani kompetisi Divisi Utama sangat sulit, terutama masalah finansial, karena minimnya anggaran dan sponsor yang masuk. Hal itu menurutnya menjadi pelajaran bagi tim ke depan.
Ditanya adanya kabar bahwa dirinya dipanggil Komisi Disiplin PSSI terkait adanya jual beli gol, Aam mengaku belum mengetahuinya. Namun apabila memang nantinya dirinya dipanggil, Aam menyatakan siap. “Ya kalau memang ada panggilan saya akan memenuhi panggilan itu,”ujarnya.
Sementara itu Persipur dikabarkan main mata dengan mafia bola ketika melawan PSIS Semarang Minggu (10/3) dan ketika melawan Persiku Kudus tiga hari kemudian. Tidak hanya itu, bahkan kabar mengejutkan, selama putaran kedua Persipur sengaja tidak pernah menang, demi mendapatkan dana segar dari mafia bola.
Namun, isu tersebut dibantah oleh manajemen Persipur. Manajer Persipur Moelyadi menyatakan, Persipur tidak pernah melakukan tindakan yang sengaja kalah dari lawan. Kekalahan Persipur murni faktor teknis, karena tim lawan lebih bagus bermain. “Tidak ada itu main mata,” ujarnya.
Dia mengaku sampai saat ini juga belum pernah ada panggilan dari Komdis PSSI mengenai masalah tersebut."Kalau memang ada panggilan kami siap untuk datang. Tapi sementara belum ada panggilan sampai saat ini," ujarnya.
(wbs)