Karam di Jakabaring, perahu SFC retak?
A
A
A
Sindonews.com - Masa Ramadan memang benar-benar menjadi cobaan bagi tim juara bertahan Indonesia Super League (ISL) Sriwijaya FC (SFC). Bagaimana tidak, dua kali memainkan partai home di Stadion Gelora Sriwijaya, Laskar Wong Kito seperti tim medioker yang labil.
Kehilangan 6 poin karena hanya bermain imbang dan tersungkur dipermalukan tim tamu, menjadi tanda tanya besar bagi publik sepak bola Sumsel. Hanya mencetak dua gol yang didapat dari hadiah penalti, ketika ditahan imbang 2-2 saat menjamu Persela. Puncaknya dipecundangi 0-4 oleh Persepam Madura United, menambah duka Wong Kito.
Dari dua hasil buruk tersebut, berkembang pemikiran dan isu tak sedap yang berembus di tubuh SFC. Bahkan teriakan dari suporter untuk menuntut mundurnya manajer Robert Heri, bergema ketika Ponaryo Astaman dkk tak mampu memberikan satu gol pun ke gawang Sapeh Kerap-julukan Persepam.
Kejadian tersebut belum cukup, masih ada ketegangan antara Abdul Rahman dan pelatih kepala Kas Hartadi, saat sang nakhoda menariknya dibabak kedua dan memasukkan Dodok Anang. Serta sepinya kondisi stadion Gelora Sriwijaya saat ditinggalkan pendukung setia mereka, ketika pertandingan belum selesai. Merupakan pemandangan dan yang menampar sebagai tim juara bertahan.
Semua penonton yang menyaksikan partai terburuk SFC Senin(15/7) malam lalu, terus bertanya, ada apa dengan Sriwijaya FC. Tidak pernah terjadi permainan yang diperagakan seluruh penggawa SFC seperti itu saat main di kandang.
Memang, SFC pernah mengalami kalah telak 1-4 di kandang oleh Persib Bandung, tapi itu terjadi delapan tahun lalu, saat SFC masih tergabung di Divisi Utama dan baru tahun pertama diakuisisi dari manajemen lama Persijatim. Muncul pemikiran, apakah manajemen belum membayar hak pemain dan pelatih, hingga tidak ada sedikitpun energi dan motivasi untuk memenangkan pertandingan dikandang sendiri?
Menyikapi semua persoalan dan terpaan berbagai isu tersebut, Presiden SFC Dodi Reza Alex menuturkan, bahwa dirinya sudah langsung meminta kepada pelatih kepala untuk segera mengevaluasi permainan tersebut, baik dari sisi non teknis maupun teknis.
''Saya sudah bicarakan ini pada coach dan meminta untuk segera dibenahi apa yang sedang terjadi, baik pembenahan itu secara teknis maupun nonteknis. Saya minta untuk dibenahi semua, karena selama ini tidak ada masalah (termasuk gaji dan bonus),” tegasnya.
Putra sulung Gubernur Sumsel Alex Noerdin ini mengatakan, jika ada yang perlu dilakukan intervensi oleh manajemen, demi kebaikan dan pembenahan tim, maka pihaknya akan melakukan hal itu. ''Tapi semua akan kami lihat lagi dan suporter jangan sampai terbawa dengan isu-isu miring tentang Sriwijaya FC,”sambungnya.
Terpisah, pelatih kepala Kas Hartadi yang hanya terdiam saat anak asuhnya dibantai dimarkas sendiri seolah tak bisa berbicara lagi. ''Ini kekalahan terburuk yang pernah saya rasakan selama saya di SFC. Semua permain lagi-lagi tak bermain dengan motivasi dan melakukan banyak kesalahan,” ujarnya.
Kas Hartadi pun enggan bersuara, ketika disinggung soal hilangnya motivasi pemain karena belum dibayarnya gaji dan bonus pemain dan pelatih, oleh manajemen. ''Ya kalau soal itu (bonus dan gaji) silakan tanya langsung ke manajemen saja,” sambungnya.
Hanya saja, pria asal Solo itu sangat berharap manajemen segera turun tangan untuk menyelesaikan semua faktor-faktor nonteknis yang sangat memengaruhi permainan SFC pada dua pertandingan kandang.
''Ya, untuk memberikan dan mensupport motivasi itu kan banyak. Tapi memang saya berharap manajemen juga bisa memberikan motivasi lagi kepada pemain agar tidak terlalu hilang kepercayaan diri,” pungkasnya
Kehilangan 6 poin karena hanya bermain imbang dan tersungkur dipermalukan tim tamu, menjadi tanda tanya besar bagi publik sepak bola Sumsel. Hanya mencetak dua gol yang didapat dari hadiah penalti, ketika ditahan imbang 2-2 saat menjamu Persela. Puncaknya dipecundangi 0-4 oleh Persepam Madura United, menambah duka Wong Kito.
Dari dua hasil buruk tersebut, berkembang pemikiran dan isu tak sedap yang berembus di tubuh SFC. Bahkan teriakan dari suporter untuk menuntut mundurnya manajer Robert Heri, bergema ketika Ponaryo Astaman dkk tak mampu memberikan satu gol pun ke gawang Sapeh Kerap-julukan Persepam.
Kejadian tersebut belum cukup, masih ada ketegangan antara Abdul Rahman dan pelatih kepala Kas Hartadi, saat sang nakhoda menariknya dibabak kedua dan memasukkan Dodok Anang. Serta sepinya kondisi stadion Gelora Sriwijaya saat ditinggalkan pendukung setia mereka, ketika pertandingan belum selesai. Merupakan pemandangan dan yang menampar sebagai tim juara bertahan.
Semua penonton yang menyaksikan partai terburuk SFC Senin(15/7) malam lalu, terus bertanya, ada apa dengan Sriwijaya FC. Tidak pernah terjadi permainan yang diperagakan seluruh penggawa SFC seperti itu saat main di kandang.
Memang, SFC pernah mengalami kalah telak 1-4 di kandang oleh Persib Bandung, tapi itu terjadi delapan tahun lalu, saat SFC masih tergabung di Divisi Utama dan baru tahun pertama diakuisisi dari manajemen lama Persijatim. Muncul pemikiran, apakah manajemen belum membayar hak pemain dan pelatih, hingga tidak ada sedikitpun energi dan motivasi untuk memenangkan pertandingan dikandang sendiri?
Menyikapi semua persoalan dan terpaan berbagai isu tersebut, Presiden SFC Dodi Reza Alex menuturkan, bahwa dirinya sudah langsung meminta kepada pelatih kepala untuk segera mengevaluasi permainan tersebut, baik dari sisi non teknis maupun teknis.
''Saya sudah bicarakan ini pada coach dan meminta untuk segera dibenahi apa yang sedang terjadi, baik pembenahan itu secara teknis maupun nonteknis. Saya minta untuk dibenahi semua, karena selama ini tidak ada masalah (termasuk gaji dan bonus),” tegasnya.
Putra sulung Gubernur Sumsel Alex Noerdin ini mengatakan, jika ada yang perlu dilakukan intervensi oleh manajemen, demi kebaikan dan pembenahan tim, maka pihaknya akan melakukan hal itu. ''Tapi semua akan kami lihat lagi dan suporter jangan sampai terbawa dengan isu-isu miring tentang Sriwijaya FC,”sambungnya.
Terpisah, pelatih kepala Kas Hartadi yang hanya terdiam saat anak asuhnya dibantai dimarkas sendiri seolah tak bisa berbicara lagi. ''Ini kekalahan terburuk yang pernah saya rasakan selama saya di SFC. Semua permain lagi-lagi tak bermain dengan motivasi dan melakukan banyak kesalahan,” ujarnya.
Kas Hartadi pun enggan bersuara, ketika disinggung soal hilangnya motivasi pemain karena belum dibayarnya gaji dan bonus pemain dan pelatih, oleh manajemen. ''Ya kalau soal itu (bonus dan gaji) silakan tanya langsung ke manajemen saja,” sambungnya.
Hanya saja, pria asal Solo itu sangat berharap manajemen segera turun tangan untuk menyelesaikan semua faktor-faktor nonteknis yang sangat memengaruhi permainan SFC pada dua pertandingan kandang.
''Ya, untuk memberikan dan mensupport motivasi itu kan banyak. Tapi memang saya berharap manajemen juga bisa memberikan motivasi lagi kepada pemain agar tidak terlalu hilang kepercayaan diri,” pungkasnya
(aww)