Ini Curhatan Ketua Panpel Persib musim lalu
A
A
A
Sindonews.com - Ruri Bachtiar, ketua panpel Persib Bandung musim 2011/2012, akhirnya angkat suara setelah dilaporkan Hamynudin ke Polda Jawa Barat. Ruri dilaporkan bersama dua petinggi PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) yaitu Risha Adiwijaya dan Budi Bram dengan tuduhan penggelapan uang Rp1,6 miliar.
"Dalam hal ini, saya juga korban," kata Ruri di Bandung, Jawa Barat, Jumat (19/7/2013).
Ia lalu memaparkan proses awal sehingga ia bisa jadi ketua panpel. Pada 2011, CV Kreasi Intimedia yang dikelola Ruri memenangkan tender untuk jadi panpel laga kandang Persib. Nilai tendernya sendiri Rp2,55 miliar dan CV Kreasi Intimedia harus membayar itu pada PT PBB dengan cara mencicil.
Ruri membayarkan Rp700 juta sebagai uang muka pengelolaan pertandingan Persib. Sedangkan sisanya dibayar dengan cara dicicil kepada PT PBB dengan kisaran Rp105 juta per pertandingan.
Laga Persib pun berjalan dan Ruri diplot sebagai ketua panpel. Tapi menurutnya, menjai panpel sungguh di luar ekspektasi yang dibayangkan. Bukan keuntungan yang didapat, malah kerugian besar yang dialaminya.
"Pemasukan dari tiket tidak pernah sesuai dengan apa yang diharapkan," ungkapnya.
Di tengah perjalanan, Ruri mengaku kesulitan dana untuk membayar cicilan pada PT PBB. Ia lalu meminjam dana segar pada Hamynudin yang mengelola PT Suara Qolbu. "Saya mendapat suntikan dana Rp1,1 miliar dari Pak Hamynudin," jelasnya.
Uang Rp1,1 miliar itu pun akhirnya mampu dibayar. Tapi di beberapa laga kandang terakhir Persib, Ruri kembali butuh uang untuk mengelola pertandingan. Ia lalu mengadu pada Risha Adiwijaya dan Budi Bram dari PT PBB soal kondisi keuangannya.
Atas restu Risha dan Budi, Ruri kembali meminta pinjaman pada Hamynudin sebanyak Rp1,6 miliar. Bahkan untuk memuluskan pinjaman, Risha dan Budi ikut 'melobi' Hamynudin agar memberi pinjaman pada Ruri.
Digelarlah beberapa kali pertemuan antara Ruri, Hamynudin, Risha, dan Budi. Hingga akhirnya disepakati Hamynudin akan memberi pinjaman Rp1,6 miliar dengan syarat tertentu.
"Pak Risha waktu itu menjanjikan Pak Hamynudin dan saya akan menjadi panpel Persib musim depan (2012/2013). Tapi kenyataannya tidak terealisasi," paparnya.
Setelah musim baru liga bergulir, PT PBB ternyata tidak menunjuk perusahaan Ruri dan Hamynudin sebagai panpel. Hamynudin pun kecewa, apalagi uangnya juga belum dibayar Ruri karena kondisi keuangannya yang sulit.
"Rp1,6 miliar itu memang kewajiban saya untuk membayar. Tapi kan disitu ada yang menjanjikan jadi panpel yaitu Pak Risha," bebernya.
Ruri mengaku kecewa dengan sikap PT PBB. Sebab saat ini ia terkesan jadi orang paling bersalah yang tidak mendapat pembeaan sedikit pun dari PT PBB. "Tapi biarkan proses hukum berjalan, nanti juga ketahuan," tandasnya.
"Dalam hal ini, saya juga korban," kata Ruri di Bandung, Jawa Barat, Jumat (19/7/2013).
Ia lalu memaparkan proses awal sehingga ia bisa jadi ketua panpel. Pada 2011, CV Kreasi Intimedia yang dikelola Ruri memenangkan tender untuk jadi panpel laga kandang Persib. Nilai tendernya sendiri Rp2,55 miliar dan CV Kreasi Intimedia harus membayar itu pada PT PBB dengan cara mencicil.
Ruri membayarkan Rp700 juta sebagai uang muka pengelolaan pertandingan Persib. Sedangkan sisanya dibayar dengan cara dicicil kepada PT PBB dengan kisaran Rp105 juta per pertandingan.
Laga Persib pun berjalan dan Ruri diplot sebagai ketua panpel. Tapi menurutnya, menjai panpel sungguh di luar ekspektasi yang dibayangkan. Bukan keuntungan yang didapat, malah kerugian besar yang dialaminya.
"Pemasukan dari tiket tidak pernah sesuai dengan apa yang diharapkan," ungkapnya.
Di tengah perjalanan, Ruri mengaku kesulitan dana untuk membayar cicilan pada PT PBB. Ia lalu meminjam dana segar pada Hamynudin yang mengelola PT Suara Qolbu. "Saya mendapat suntikan dana Rp1,1 miliar dari Pak Hamynudin," jelasnya.
Uang Rp1,1 miliar itu pun akhirnya mampu dibayar. Tapi di beberapa laga kandang terakhir Persib, Ruri kembali butuh uang untuk mengelola pertandingan. Ia lalu mengadu pada Risha Adiwijaya dan Budi Bram dari PT PBB soal kondisi keuangannya.
Atas restu Risha dan Budi, Ruri kembali meminta pinjaman pada Hamynudin sebanyak Rp1,6 miliar. Bahkan untuk memuluskan pinjaman, Risha dan Budi ikut 'melobi' Hamynudin agar memberi pinjaman pada Ruri.
Digelarlah beberapa kali pertemuan antara Ruri, Hamynudin, Risha, dan Budi. Hingga akhirnya disepakati Hamynudin akan memberi pinjaman Rp1,6 miliar dengan syarat tertentu.
"Pak Risha waktu itu menjanjikan Pak Hamynudin dan saya akan menjadi panpel Persib musim depan (2012/2013). Tapi kenyataannya tidak terealisasi," paparnya.
Setelah musim baru liga bergulir, PT PBB ternyata tidak menunjuk perusahaan Ruri dan Hamynudin sebagai panpel. Hamynudin pun kecewa, apalagi uangnya juga belum dibayar Ruri karena kondisi keuangannya yang sulit.
"Rp1,6 miliar itu memang kewajiban saya untuk membayar. Tapi kan disitu ada yang menjanjikan jadi panpel yaitu Pak Risha," bebernya.
Ruri mengaku kecewa dengan sikap PT PBB. Sebab saat ini ia terkesan jadi orang paling bersalah yang tidak mendapat pembeaan sedikit pun dari PT PBB. "Tapi biarkan proses hukum berjalan, nanti juga ketahuan," tandasnya.
(wbs)