Termarjinalkan, namun bisa harumkan bangsa
A
A
A
Sindonews.com - Bukan hal menyenangkan jadi kaum marjinal yang dipandang sebelah mata oleh orang lain. Tapi jadi kaum marjinal justru membuat semangat I Wayan Arya Renawa terlecut.
Bersama orang yang sama-sama termarjinalkan, Wayan membela timnas Indonesia pada ajang Homeless World Cup (HWC) 2012 di Polandia beberapa waktu lalu.
Ada sisi kebanggaan bagi Wayan menjadi bagian dari timnas. Sebab ia bisa menunjukkan diri bersama rekan-rekannya sebagai orang yang bisa berguna bagi bangsa.
Sempat terjerumus sebagai pecandu narkoba, Wayan pernah punya mimpi untuk jadi pesepakbola yang bisa memperkuat timnas di ajang internasional. Mimpi itu pun sempat dikuburnya dalam-dalam.
Tapi takdir berkata lain, bakat sepakbolanya mengantar Wayan jadi bagian dari timnas Indonesia pada ajang HWC. Pria asal Bali ini kini punya kebanggaan tersendiri karena akhirnya bisa membela bangsa melalui sepakbola.
"Buat saya pergi ke Polandia suatu mimpi yang jadi kenyataan, dimana saya bisa jadi duta bangsa yang membela negara yang pernah saya kubur dalam-dalam," ujar Wayan.
Selama ini, ia mengaku sangat berhasrat jadi orang yang bisa dibanggakan. "Mimpi saya bisa buat prestasi yang bisa dibanggakan keluarga, daerah, dan juga bangsa," tegasnya.
Wayan lalu membagi cerita soal pengalamannya bermain dalam kompetisi HWC. Ketika mengumandangkan lagu Indonesia Raya jelang laga perdana, hatinya bergetar. Ia terharu bisa menyanyikan Indonesia Raya dan pada saat bersamaan membela negara dengan nyata.
Ya, Wayan mengumandangkan Indonesia Raya bersama para pemain timnas lainnya. Pemain yang terdiri dari kaum marjinal seperti mantan pecandu narkoba, orang dengan HIV/AIDS, dan kaum miskin kota.
"Kita orang termarjinalkan di bangsa sendiri, tapi bisa mengumandangkan Indonesia Raya di negeri orang. Itu jadi kebanggan tersendiri," tuturnya.
Meski Indonesia akhirnya hanya menempati peringkat delapan, hal itu tak disesalinya. Sebab makna sebenarnya dari kompetisi HWC adalah menjadi orang yang lebih baik. "Pengalaman ini tidak pernah terlupakan," ucap Wayan.
Setelah kembali ke kampung halamannya, Wayan mengaku ingin membagi pengalamannya selama jadi anggota timnas. "Saya ingin menularkan ke teman-teman agar Indonesia selalu dikumandangkan meski dengan segala keterbatasan," jelas pria kelahiran 14 Maret 1979.
Wayan ingin mengajak banyak orang untuk berubah menjadi lebih baik. Masa lalu yang kelam jangan dijadikan alasan untuk makin terpuruk. Bahkan masa lalu yang kelam harusnya jadi alasan untuk bangkit dan bisa berbuat lebih baik untuk bangsa ini.
Bersama orang yang sama-sama termarjinalkan, Wayan membela timnas Indonesia pada ajang Homeless World Cup (HWC) 2012 di Polandia beberapa waktu lalu.
Ada sisi kebanggaan bagi Wayan menjadi bagian dari timnas. Sebab ia bisa menunjukkan diri bersama rekan-rekannya sebagai orang yang bisa berguna bagi bangsa.
Sempat terjerumus sebagai pecandu narkoba, Wayan pernah punya mimpi untuk jadi pesepakbola yang bisa memperkuat timnas di ajang internasional. Mimpi itu pun sempat dikuburnya dalam-dalam.
Tapi takdir berkata lain, bakat sepakbolanya mengantar Wayan jadi bagian dari timnas Indonesia pada ajang HWC. Pria asal Bali ini kini punya kebanggaan tersendiri karena akhirnya bisa membela bangsa melalui sepakbola.
"Buat saya pergi ke Polandia suatu mimpi yang jadi kenyataan, dimana saya bisa jadi duta bangsa yang membela negara yang pernah saya kubur dalam-dalam," ujar Wayan.
Selama ini, ia mengaku sangat berhasrat jadi orang yang bisa dibanggakan. "Mimpi saya bisa buat prestasi yang bisa dibanggakan keluarga, daerah, dan juga bangsa," tegasnya.
Wayan lalu membagi cerita soal pengalamannya bermain dalam kompetisi HWC. Ketika mengumandangkan lagu Indonesia Raya jelang laga perdana, hatinya bergetar. Ia terharu bisa menyanyikan Indonesia Raya dan pada saat bersamaan membela negara dengan nyata.
Ya, Wayan mengumandangkan Indonesia Raya bersama para pemain timnas lainnya. Pemain yang terdiri dari kaum marjinal seperti mantan pecandu narkoba, orang dengan HIV/AIDS, dan kaum miskin kota.
"Kita orang termarjinalkan di bangsa sendiri, tapi bisa mengumandangkan Indonesia Raya di negeri orang. Itu jadi kebanggan tersendiri," tuturnya.
Meski Indonesia akhirnya hanya menempati peringkat delapan, hal itu tak disesalinya. Sebab makna sebenarnya dari kompetisi HWC adalah menjadi orang yang lebih baik. "Pengalaman ini tidak pernah terlupakan," ucap Wayan.
Setelah kembali ke kampung halamannya, Wayan mengaku ingin membagi pengalamannya selama jadi anggota timnas. "Saya ingin menularkan ke teman-teman agar Indonesia selalu dikumandangkan meski dengan segala keterbatasan," jelas pria kelahiran 14 Maret 1979.
Wayan ingin mengajak banyak orang untuk berubah menjadi lebih baik. Masa lalu yang kelam jangan dijadikan alasan untuk makin terpuruk. Bahkan masa lalu yang kelam harusnya jadi alasan untuk bangkit dan bisa berbuat lebih baik untuk bangsa ini.
(wbs)