Sewa Stadion, PSIS siap rogoh kocek dalam-dalam
A
A
A
Sindonews.com – PSIS Semarang, musim ini menghabiskan anggaran cukup besar yakni mencapai lebih dari Rp 5 miliar. Dana tersebut, dibandingkan klub, dengan klub lain di Jateng pengeluaran PSIS terbilang paling besar.
Dan anggaran yang menyedot dana cukup besar adalah biaya operasional tim, berupa sewa stadion, mess, cattering obat-obatan dan pelengkapan serta Laundry. Biaya operasional ini mencapai hampir satu miliar, tepatnya Rp972 juta. Selain itu pengeluaran paling besar adalah untuk gaji pemain yang mencapai, Rp2,693.500.
Biaya operasional tim sebenarnya bisa saja ditekan apabila PSIS Semarang memiliki stadion sendiri, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya mess dan stadion. Kita tengok saja PSCS Cilacap, yang musim ini hanya mengeluarkan Rp4 Miliar. Ternyata, pengeluar bisa ditekan dari sektor mess dan Stadion, yang oleh pemerintah digratiskan, manajemen hanya bayar listrik dan air.
Hal yang sama juga terjadi pada Persipur Purwodadi. Klub berjuluk laskar Petir ini, juga mendapatkan mess dan stadion dengan sewa yang murah karena dikelola oleh Pemda setempat.
Berbeda dengan PSIS dengan home basenya di stadion Jatidiri, manajemen harus membayar sewa dengan nominal yang cukup besar karena stadion Jatidiri, miliki pemerintah Provinsi yang pengelolaannya oleh tangan ke tiga.
PSIS Sebenarnya bisa saja menggunakan Stadion Citarum dan penggunaannya bisa gratis karena milik Pemkot Semarang, namun karena kapasitasnya hanya 10 ribu penonton tidak memadai, sehingga mau tidak mau harus menggunakan stadion Jatidiri.
“Sekarang ini mengelola klub professional tidak mudah, harus orang-orang yang benar-benar mampu, karena semua harus bayar,” kata pengamat PSIS yang juga legenda PSIS Ismangoen Notosaputro.
Tokoh yang sukses mengantarkan Mahesa Jenar juara perserikatan pada 1987 ini mengakui, dengan sewa yang cukup besar jelas akan memberatkan manajemen. “Dulu Citarum adalah milik PSIS yang kemudian dihibahkan ke Pemkot, kalau mau digunakan untuk sekarang ini jelas tidak memungkinkan karena kapastitasnya yang terbatas,” katanya.
Dia menilai, dengan antusiasme penontos yang sangat besar, tidak ada salahnya Pemkot Semarang, mempelopori pembangunan stadion, yang penggunaanya digunakan untuk PSIS.
Sebagai tim professional, memang sudah seharusnya masalah stadion harus mulai dipikirkan. Karena, selain, akan mengurangi pengeluaran tim, dari stadion juga bisa memperikan pemasukan bagi tim dari sektor penjualan tiket dan sewa.
Terpisah, Ketua Umum Snex Rendra Kusworo mengaku, sudah saatnya PSIS memiliki stadion sendiri yang lebih baik.”Kami akan senang kalau PSIS punya stadion sendiri, seperti Sleman, dan klub-klub lain,” katanya.
Dan anggaran yang menyedot dana cukup besar adalah biaya operasional tim, berupa sewa stadion, mess, cattering obat-obatan dan pelengkapan serta Laundry. Biaya operasional ini mencapai hampir satu miliar, tepatnya Rp972 juta. Selain itu pengeluaran paling besar adalah untuk gaji pemain yang mencapai, Rp2,693.500.
Biaya operasional tim sebenarnya bisa saja ditekan apabila PSIS Semarang memiliki stadion sendiri, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya mess dan stadion. Kita tengok saja PSCS Cilacap, yang musim ini hanya mengeluarkan Rp4 Miliar. Ternyata, pengeluar bisa ditekan dari sektor mess dan Stadion, yang oleh pemerintah digratiskan, manajemen hanya bayar listrik dan air.
Hal yang sama juga terjadi pada Persipur Purwodadi. Klub berjuluk laskar Petir ini, juga mendapatkan mess dan stadion dengan sewa yang murah karena dikelola oleh Pemda setempat.
Berbeda dengan PSIS dengan home basenya di stadion Jatidiri, manajemen harus membayar sewa dengan nominal yang cukup besar karena stadion Jatidiri, miliki pemerintah Provinsi yang pengelolaannya oleh tangan ke tiga.
PSIS Sebenarnya bisa saja menggunakan Stadion Citarum dan penggunaannya bisa gratis karena milik Pemkot Semarang, namun karena kapasitasnya hanya 10 ribu penonton tidak memadai, sehingga mau tidak mau harus menggunakan stadion Jatidiri.
“Sekarang ini mengelola klub professional tidak mudah, harus orang-orang yang benar-benar mampu, karena semua harus bayar,” kata pengamat PSIS yang juga legenda PSIS Ismangoen Notosaputro.
Tokoh yang sukses mengantarkan Mahesa Jenar juara perserikatan pada 1987 ini mengakui, dengan sewa yang cukup besar jelas akan memberatkan manajemen. “Dulu Citarum adalah milik PSIS yang kemudian dihibahkan ke Pemkot, kalau mau digunakan untuk sekarang ini jelas tidak memungkinkan karena kapastitasnya yang terbatas,” katanya.
Dia menilai, dengan antusiasme penontos yang sangat besar, tidak ada salahnya Pemkot Semarang, mempelopori pembangunan stadion, yang penggunaanya digunakan untuk PSIS.
Sebagai tim professional, memang sudah seharusnya masalah stadion harus mulai dipikirkan. Karena, selain, akan mengurangi pengeluaran tim, dari stadion juga bisa memperikan pemasukan bagi tim dari sektor penjualan tiket dan sewa.
Terpisah, Ketua Umum Snex Rendra Kusworo mengaku, sudah saatnya PSIS memiliki stadion sendiri yang lebih baik.”Kami akan senang kalau PSIS punya stadion sendiri, seperti Sleman, dan klub-klub lain,” katanya.
(wbs)