Menpora siapkan nama jalan Soeratin

Minggu, 15 September 2013 - 22:45 WIB
Menpora siapkan nama...
Menpora siapkan nama jalan Soeratin
A A A
Sindonews.com - Soeratin Sosrosoegondo, salah satu pendiri PSSI, sebentar lagi akan menjadi nama jalan di salah satu ruas jalan di Kota Yogyakarta. Pemberian nama jalan kepada pria kelahiran Yogyakarta 17 Desember 1898 ini tidak lepas dari sumbangsih kepada negeri tercinta ini.

Selain menjadi 'goodfather' pendirian institusi sepakbola tertinggi di negeri ini, Soeratin juga aktif memanggul senjata pada saat perang kemerdekaan. Sayangnya, pemerintah melalui Kementerian Sosial belum 'merestui' Soeratin dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) pun memperjuangkan agar adk ipar Dr Soetomo (pendiri Boedi Utomo) ini bisa bergelar Pahlawan Nasional. Kemenpora optimitis, Soeratin bakal menjadi Pahlawan Nasional. "Kami akan memperjuangkannya dan kami optimistis Soeratin bakal menjadi pahlawan nasional," kata Menpora Roy Suryo di sela-sela Seminar Nasional dan peluncuran buku 'Soeratin Sosrosoegondo, Menentang Penjajahan Belanda dengan Sepakbola Kebangsaan' di Yogyakarta, Minggu (15/9/2013).

Menpora mengatakan, sebenarnya usulan agar Soeratin diberi gelar pahlawan nasional sudah lama. "Hanya saja waktu itu bau deklarasi-deklarasi saja. Atau belum melalui sesuai mekanisme yang ada, misalnya belum ada kajian ilmiah," imbuhnya.

Menurut dia, kegiatan seminar nasional ini dalam rangka mencari kajian ilmiahnya. Dalam seminar ini juga dihadirkan sejumlah sejarawan, kementerian sosial dan dinas terkait. "Kita harus melalui mekanisme yang ada. Ini kuncinya ada di Kementerian Sosia. Intinya, harus ada kajian ilmiah. Makanya kita hadirkan sejarawan, sejarawan nasional, sejarawan yang mengetahui PSSI juga, Kementerian Sosial dan dinas terkait," jelasnya.

Kementerian Sosial sengaja dihadirkan dalam acara ini agar mempunyai pertimbangan. "Pasti dari Kementerian Sosial nanti ada pertimbangan-pertimbanga dalam pemberian gelar. Seorang atlet saja ada pertimbangan untuk naturalisasi, apalagi pemberian gelar pahlawan nasional," ujarnya.

Suami dari Ismarindayani Priyanti mengaku optimitis, Soeratin akan menjadi pahlawan nasional, karena yang bersangkutan sudah memenuhi sejumlah syarat untuk mendapatkan gelar kepahlawanan. "Saya sangat optimis, karena ada syarat2 minimalnya, misal tidak pernah dihukum atau cacat, atau menyerah kepada penjajah. Itu enggak ada semua. Eyang Soeratin ini positif semua kok, jadi saya optimistis," ungkapnya.

Saking optimistisnya, Roy pun sudah menyediakan nama jalan 'Soeratin Sosrosoegando' untuk menamai salah ruas jalan di Yogyakarta. "Di Yogyakarta in, masih ada ruas jalan yang belum dinamai, letaknya tepat di sebelah utara Stadion Mandalakrida. Jadi sangat tepat sekali, ruas jalan tersebut kita beri nama jalan Soeratin Sosrosoegondo," ungkapnya.

Untuk pemberian nama jalan, tentu tidak serumit dengan pemberian gelar kepahlawanan. "Untuk nama jalan, itu mudah. Lha Moses Gatotkaca (mahasiswa yang ditembak mati saat reformasi 1998) saja bisa menjadi nama jalan kok, apalagi Soeratin. Sosok yang benar-benar sudah mendarmabaktikan untuk negeri tercinta ini," jelasnya.

Roy mengatakan, pemberian nama jalan ini tidak sekedar mengakomodir masukan dari sejumlah pihak, termasuk pihak keluarga Soeratin. Namun sebagai bentuk penghargaan yang tulus kepada Soeratin atas jasa-jasanya yang sudah diberikan. "Jasanya tidak hanya di bidang sepakbola, tetapi juga ikut berperang melawan penjajah," imbuhnya.

Penulis buku Soeratin, Eddi Elison mengungkapkan, perjuangan Soeratin sangat besar terhadap negeri ini. Tidak hanya berperan dalam mendirikan PSSI, tetapi juga aktif memanggul senjata melawan penjajah di masa kemerdekaan. "Tidak banyak yang tidak tahu perjuangan Soeratin. Beliau merupakan Mantan Letnan Kolonel AD tahun 1946-1948," kata pria yang juga jurnalis senior.

Dalam buku setebal 180 ini banyak berkisah panjang lebar perjalanan hidup Soeratin Sosrosoegondo sampai akhir hayatnya pada 1 Desember 1959. Istri Soeratin adalah R.A Srie Woelan, tidak lain merupakan adik kandung tokoh pergerakan nasional Dr Soetomo, pendiri Boedi Utomo yang setiap 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Kakak ipar Soeratin (Soetomo) sudah dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional.

Soeratin pernah mendapat tugas intelegen mendirikan pabrik-pabrik senjata, mesiu, dinamit di Bandung. Ada delapan pabrik senjata dibawah pengawasan Soeratin. Saat Jepang menginjakkan kakinya di Indonesia yang menjadikan perang kemerdekaan berkumandang, Soeratin mengalami kehidupan yang sulit. Lelaki yang aktif dalam TKR dengan pangkat Letnan Kolonel ini rumahnya diobrak-abrik Belanda.

Usai kemerdekaan, kehidupannya semakin mengenaskan. Soeratin beserta keluarga mengalami kesulitan ekonomi sampai meninggal dunia pada 1959 setelah sakit dalam waktu yang lama. Soeratin tidak mampu menebus obat untuk mengobati sakit yang dideritanya itu. Sampai akhir hayatnya, Soeratin hidup miskin di Jalan Lombok No 33 Bandung. Rumahnya hanya berukuran 4 x 6 meter, yang terbuat dari dinding bambu (gedhek). Soeratin tidak pernah mendapat pensiun dari pemerintah, termasuk tidak dianggap sebagai Pahlawan Nasional.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6230 seconds (0.1#10.140)