Ferry tinggalkan Sriwijaya Fc dengan hati terluka

Senin, 21 Oktober 2013 - 15:25 WIB
Ferry tinggalkan Sriwijaya...
Ferry tinggalkan Sriwijaya Fc dengan hati terluka
A A A
Sindonews.com - Sabtu, 19 Oktober 2013. Hari itu menjadi akhir dari semua keharmonisan Sriwijaya FC (SFC) bersama Ferry Rotinsulu. Penjaga gawang yang telah berseragam SFC sejak 2004/2005 lalu itu, akhirnya harus mengemas semua barangnya dan meninggalkan Palembang.

Sayangnya, ending dari semua kebersamaan Ferry dengan Laskar Wong Kito, jauh dari apa yang diharapkan publik sepak bola Sumsel. Bukan sebuah acara perpisahan yang diramaikan tangis bahagia.

Atau lambaian tangan pengantar kepergian sang ikon klub. Namun, keinginan pemain kelahiran Palu 28 Desember 1982 itu meninggalkan Stadion Gelora Sriwijaya, lantaran ada ganjalan di hati sang kiper, yang tak bisa dilupakannya.

Walaupun kiper Terbaik Piala Indonesia (Copa Dji Sam Soe) edisi 2007 itu pernah berucap cinta mati terhadap SFC. Namun, luka hati tetap saja tak mampu mengubah keputusan untuk keluar dari klub yang telah memberikan segalanya.

''Ini keputusan saya, bukan berarti saya tidak cinta lagi dengan SFC, tapi ada yang mengganjal di hati saya sehingga saya putuskan untuk tidak bermain di sini lagi,” tegas Ferry, langsung di hadapan Presiden SFC Dodi Reza Alex, jajaran manajemen dan perwakilan komunitas suporter, saat rapat bersama di Griya Agung, Sabtu sore (19/10) lalu.

Setelah Ferry mengungkapkan semua kata yang tertahan selama ini, semua orang yang berada dalam ruang rapat Griya Agung Sabtu sore itu terdiam. Sepertinya apa yang disampaikan Ferry saat itu, menjawab semua pemberitaan di sejumlah media, yang menginformasikan kalau manajemen tidak akan memakai tenaganya lagi untuk musim depan.

Walaupun, secara bersamaan Presiden SFC Dodi Reza Alex sendiri mengatakan pihaknya belum memutuskan bagaimana nasib Ferry sendiri. Salah satu ungkapan rasa kecewa Ferry, ketika dirinya dianggap tak loyal pada klub, karena ikut dalam aksi mogok pemain menjelang akhir kompetisi musim yang baru saja usai.

Dari kacamata Ferry, semua yang dilakukannya tak lebih dari bentuk solidaritas. Tapi manajemen SFC juga menilai tindakan Ferry tetap salah, apa pun bentuk solidaritas yang dianggap merugikan klub. Selain itu, tentang biaya operasi lutut yang dijalani Ferry yang menelan biaya sebesar Rp108juta, ternyata bukan uang bantuan dari manajemen.

Memang Presiden SFC Dodi Reza Alex menegaskan bahwa uang sebesar itu adalah bentuk kepedulian dari klub terhadap Ferry. Namun Ferry sendiri membantah kalau uang tersebut adalah bukan sebuah bentuk kepedulian, melainkan uang pinjaman.

Berdasarkan pembicaraan Ferry dengan Direktur Keuangan SFC Augie Bunyamin, jika uang muka kontraknya untuk musim ini sudah cair, maka Ferry harus mengembalikan uang operasi tersebut, itu kesepakatannya. "Terima kasih atas semua yang telah diberikan pada saya selama delapan musim ini. Saya tidak bisa melupakan SFC begitu saja, karena saya juga besar bersama SFC," ujarnya.

Terlepas dari semua kondisi yang menjadi akhir dari petualangan Ferry Rotinsulu bersama Laskar Wong Kito, SFC akan terus maju ke depan. Siapapun pemain yang mengisi dan pelatih keluar masuk adalah hal biasa. Toh, Dodi Reza Alex selaku orang pertama di tubuh SFC, tetap menghargai semua keputusan yang telah dibuat pemain yang telah menjadi ikon SFC tersebut.

Prestasi Ferry Rotinsulu di Sriwijaya FC:

Piala Liga Indonesia (Divisi Utama) 2006/2007, Indonesia Super League (ISL) 2011/2012, 3 Piala Copa Dji Sam Soe/Piala Indonesia 2008, 2009, dan 2010, 2 Piala Inter Island Cup (IIC) 2010 dan 2013, 1 Piala Community Shield 2010, dan 1 Piala Perang Bintang 2011.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0890 seconds (0.1#10.140)