Calon bidan korbankan kuliah, Raja KO sempat ketakutan
A
A
A
Sindonews.com - Tak ada prestasi tanpa pengorbanan. Ada banyak cerita di balik keberhasilan tarung derajat Jatim menorehkan tiga emas, satu perak, empat perunggu di Kejurnas Piala Presiden 2013. Prestasi luar biasa setelah 10 tahun Jatim tak pernah mendapatkan emas Kejurnas
Air mata Resmianty Amelia menetes ketika juri memberikan kemenangan 3-0 dalam partai final 40-55 kg kelas melawan Endah dari Jawa Tengah di GOR Pajajaran, Bandung, Minggu (3/11). Maklum, jika gadis yang akrab dipanggil Mia ini tak mampu menahan lelehan air matanya.
Sebab, medali emas ini menjadi pembuktian setelah tiga tahun bergabung dengan Jawa Timur. "Sudah banyak yang saya terima dari pengurus. Baru kali ini saya akhirnya bisa memberikan yang terbaik untuk Jatim," ucap gadis kelahiran Tasikmalaya yang hijrah ke Jatim ini.
Mia memang diboyong ke Jatim, tiga tahun termasuk atlet baru "setengah jadi" karena belum pernah merasakan even Kejurnas. Sempat mendapatkan tiket lolos ke PON 2012, namun gagal menyumbangkan medali.
"Kalau saja gagal di Kejurnas kemarin. Pengurus lebih konsentrasi ke kuliah saya. Itu salah satu yang melecut semangat saya, untuk bisa membuktikan, " ucapnya.
Saat ini, Mia tercatat sebagai mahasiswi semester satu Universitas Nahdahtul Ulama Surabaya (Unusa), Fakultas Kebidanan. Akibat, mengikuti program TC selama dua bulan full, jadwal kuliah menjadi berantakan. "Kuliah saya dari pagi sampai sore. Mau bagimana lagi, jadi jarang masuk karena mengikuti program TC persiapan Kejurnas," ucap Mia yang sempat akan menjadi pramugari kereta api ini.
Kini setelah mendulang emas, kebimbangan melanjutkan kuliah semakin besar. Sebab, besar kemungkinan Mia akan masuk dalam program Puslatda Jatim proyeksi PON 2016. "Kalau memang masuk Puslatda, apa bisa tetap kuliah. Atau cari kuliah yang jadwalnya tidak full seperti sekarang. Terserah pengurus gimana baiknya buat saya," ujarnya pasrah.
Jika Mia harus mengorbankan kuliah, lain lagi dengan Sobari. Pendulang emas di kelas 58,1-61 kg harus menambah jadwal latihan sendiri karena kerap tidak bisa mengikuti jadwal TC.
"Setelah kerja, malam hari saya sering melakukan latihan sendiri. Menggelar matras di tempat kerja. Biasa satu sampai dua jam sehari. Saya harus tambah latihan karena gak bisa full ikut jadwal TC, " ucap Sobari, yang bekerja sebagai securty ini.
Diakui Sobari, di partai final dirinya sempat merasa ketakutan karena harus menghadapi Julianto dari Jabar yang dikenal sebagai Raja KO.
"Siapa yang tidak takut menghadapi Julianto. Saya coba bertahan rapat, saya lihat tangannya agak turun. Saat itu juga saya nekat memukul sekeras-keras, " ujar Sobari yang berhasil menjatuhkan Julianto dalam waktu hanya 30 detik ini.
Dalam tiga kali penampilan, Sobari layak diberikan gelar raja KO baru. Sebab, sebelumnya juga berhasil menyungkalkan lawanya di ronde ketiga. "Kalau pertandingan pertama, pelatih bilang ronde pertama dan kedua saya kalah angka. Sekalian habiskan ronde ketiga, atau saya yang akan dihabisi lawan," ucap Sobari yang mulai percaya diri jika menirukan ucapan Cheppy pelatih.
Dari 16 atlet tarung derajat Jatim yang turun di Kejurnas, memang harus menjalani latihan keras dalam TC yang dipusatkan di Gedung Pramuka, Surabaya. "Setiap hari sit up 500 kali, push up 300 kali. Kali mukul dan nendang sudah tidak bisa dihitung lagi," ujar Maki Mubarok, peraih medali emas pertama Jatim di kelas ringan, 45,1-49 kg.
Air mata Resmianty Amelia menetes ketika juri memberikan kemenangan 3-0 dalam partai final 40-55 kg kelas melawan Endah dari Jawa Tengah di GOR Pajajaran, Bandung, Minggu (3/11). Maklum, jika gadis yang akrab dipanggil Mia ini tak mampu menahan lelehan air matanya.
Sebab, medali emas ini menjadi pembuktian setelah tiga tahun bergabung dengan Jawa Timur. "Sudah banyak yang saya terima dari pengurus. Baru kali ini saya akhirnya bisa memberikan yang terbaik untuk Jatim," ucap gadis kelahiran Tasikmalaya yang hijrah ke Jatim ini.
Mia memang diboyong ke Jatim, tiga tahun termasuk atlet baru "setengah jadi" karena belum pernah merasakan even Kejurnas. Sempat mendapatkan tiket lolos ke PON 2012, namun gagal menyumbangkan medali.
"Kalau saja gagal di Kejurnas kemarin. Pengurus lebih konsentrasi ke kuliah saya. Itu salah satu yang melecut semangat saya, untuk bisa membuktikan, " ucapnya.
Saat ini, Mia tercatat sebagai mahasiswi semester satu Universitas Nahdahtul Ulama Surabaya (Unusa), Fakultas Kebidanan. Akibat, mengikuti program TC selama dua bulan full, jadwal kuliah menjadi berantakan. "Kuliah saya dari pagi sampai sore. Mau bagimana lagi, jadi jarang masuk karena mengikuti program TC persiapan Kejurnas," ucap Mia yang sempat akan menjadi pramugari kereta api ini.
Kini setelah mendulang emas, kebimbangan melanjutkan kuliah semakin besar. Sebab, besar kemungkinan Mia akan masuk dalam program Puslatda Jatim proyeksi PON 2016. "Kalau memang masuk Puslatda, apa bisa tetap kuliah. Atau cari kuliah yang jadwalnya tidak full seperti sekarang. Terserah pengurus gimana baiknya buat saya," ujarnya pasrah.
Jika Mia harus mengorbankan kuliah, lain lagi dengan Sobari. Pendulang emas di kelas 58,1-61 kg harus menambah jadwal latihan sendiri karena kerap tidak bisa mengikuti jadwal TC.
"Setelah kerja, malam hari saya sering melakukan latihan sendiri. Menggelar matras di tempat kerja. Biasa satu sampai dua jam sehari. Saya harus tambah latihan karena gak bisa full ikut jadwal TC, " ucap Sobari, yang bekerja sebagai securty ini.
Diakui Sobari, di partai final dirinya sempat merasa ketakutan karena harus menghadapi Julianto dari Jabar yang dikenal sebagai Raja KO.
"Siapa yang tidak takut menghadapi Julianto. Saya coba bertahan rapat, saya lihat tangannya agak turun. Saat itu juga saya nekat memukul sekeras-keras, " ujar Sobari yang berhasil menjatuhkan Julianto dalam waktu hanya 30 detik ini.
Dalam tiga kali penampilan, Sobari layak diberikan gelar raja KO baru. Sebab, sebelumnya juga berhasil menyungkalkan lawanya di ronde ketiga. "Kalau pertandingan pertama, pelatih bilang ronde pertama dan kedua saya kalah angka. Sekalian habiskan ronde ketiga, atau saya yang akan dihabisi lawan," ucap Sobari yang mulai percaya diri jika menirukan ucapan Cheppy pelatih.
Dari 16 atlet tarung derajat Jatim yang turun di Kejurnas, memang harus menjalani latihan keras dalam TC yang dipusatkan di Gedung Pramuka, Surabaya. "Setiap hari sit up 500 kali, push up 300 kali. Kali mukul dan nendang sudah tidak bisa dihitung lagi," ujar Maki Mubarok, peraih medali emas pertama Jatim di kelas ringan, 45,1-49 kg.
(aww)