Konflik KONI-KOI dituding hambat prestasi atlet
A
A
A
Sindonews.com - Konflik yang terjadi antara Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olahraga Indonesia (KOI) dituding menjadi biang keladi merosotnya prestasi atlet Indonesia. Hanya mampu meraih peringkat empat di SEA Games Myanmar beberapa waktu lalu menjadi barometer menurunya prestasi Indonesia di kancah Internasional.
Ketidakharmonisan kedua badan yang merupakan pusat pengelolaan olahraga Indonesia ini dituding berdampak kepada menurunnya prestasi atlet Indonesia. "Konflik KONI dan KOI tidak semestinya terjadi. Kedua organisasi tersebut harus bekerja sama demi kemajuan olahraga Indonesia," kata mantan pelatih timnas Indonesia Nil Maizar dalam rilisnya, Kamis (16/1/2014).
Menurutnya, seharusnya ada sinergi dan kerjasama antara organisasi olahraga akan membawa efek positif. Pasalnya, pencapaian prestasi tidak hanya bergantung pada atlet dan pelatih. "Semua unsur di dalamnya termasuk organisasi induknya mempunyai peran," papar punggawa timnas Indonesia era 90-an ini.
Nil menambahkan pengurus organisasi olahraga hendaknya mampu berpikir dan bertindak bagaimana mengelola olahraga dengan benar. "Dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, Indonesia memiliki jumlah SDM yang lebih dari cukup," katanya.
Sumber konflik antara KONI dan KOI sendiri muncul karena ketidakjelasan kewenangan kedua organisasi. Menurut keterangan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Roy Suryo nantinya KONI akan bertanggung jawab pada pembinaan atlet sedangkan KOI bertugas menangani atlet yang akan berlaga di luar negeri.
Ketidakharmonisan kedua badan yang merupakan pusat pengelolaan olahraga Indonesia ini dituding berdampak kepada menurunnya prestasi atlet Indonesia. "Konflik KONI dan KOI tidak semestinya terjadi. Kedua organisasi tersebut harus bekerja sama demi kemajuan olahraga Indonesia," kata mantan pelatih timnas Indonesia Nil Maizar dalam rilisnya, Kamis (16/1/2014).
Menurutnya, seharusnya ada sinergi dan kerjasama antara organisasi olahraga akan membawa efek positif. Pasalnya, pencapaian prestasi tidak hanya bergantung pada atlet dan pelatih. "Semua unsur di dalamnya termasuk organisasi induknya mempunyai peran," papar punggawa timnas Indonesia era 90-an ini.
Nil menambahkan pengurus organisasi olahraga hendaknya mampu berpikir dan bertindak bagaimana mengelola olahraga dengan benar. "Dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, Indonesia memiliki jumlah SDM yang lebih dari cukup," katanya.
Sumber konflik antara KONI dan KOI sendiri muncul karena ketidakjelasan kewenangan kedua organisasi. Menurut keterangan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Roy Suryo nantinya KONI akan bertanggung jawab pada pembinaan atlet sedangkan KOI bertugas menangani atlet yang akan berlaga di luar negeri.
(akr)