Berburu hotel demi tim pujaan
A
A
A
Sindonews.com - Sepakbola memang sudah menjadi 'agama' baru di muka dunia. Mau bukti ? Simak saja pertandingan ala kampung sampai kelas dunia, tak pernah luput dari perhatian. Puluhan, ratusan hingga ribuan pendukung saling berlomba memberikan sokongan bagi klub atau tim yang dibelanya. Apalagi kelas Piala Dunia 2014 yang tak lama lagi dihelat di Brazil.
Khusus untuk piala dunia, memang tidak semua pendukung tim nasional bisa memberikan dukungan langsung. Sudah barang tentu dana yang menjadi problem utama. Untuk bisa menyaksikan tim kesayangan berlaga, setiap pendukung sudah harus disibukkan dengan mencari tiket pesawat. Setelah itu harus mengantongi tiket pertandingan dan yang tak kalah pentingnya adalah penginapan.
Soal penginapan dari beberapa pergelaran piala dunia memang kerap menjadi persoalan. Pasalnya, para pengelola hotel negeri tuan rumah tentunya mematok harga setinggi-tingginya mengingat permintaan kamar hunian dipastikan meningkat, tak terkecuali Brazil.
Sebulan sebelum pesta digelar, pendukung berat tim yang berlaga terus berburu penginapan. Dari hotel bintang lima sampai hotel yang biasanya dipakai untuk berkencan. Hasilnya, mereka belum bisa tersenyum puas.
"Ini sangat konyol," ujar Raphael Ruland, pendukung timnas Jerman. Ia mengakui harga yang ditawarkan untuk hotel kelas kampung harganya lima kali lipat dibandingkan beberapa waktu sebelum Brazil ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia 2014.
"Harganya lima kali lipat dibandingkan tarif normal. Jadi untuk bisa menyaksikan tim kesayangan saya berlaga, biaya tertinggi adalah akomodasi,"tukasnya dilansir CNN, Sabtu (3/5). Rulland mengaku sudah berbulan-bulan mencari tempat penginapan.
Diperkirakan Brazil akan kedatangan turis asing sebanyak 600 ribu orang. Dari jumlah tersebut, sepertiganya akan berada di Rio de Jainero. Dilaporkan sejumlah agen perjalanan sudah memesan 21.639 kamar hotel dari yang kelas murah sampai kelas elite. Masih ada kamar yang tersisa, namun pemesan diwajibkan memberikan uang muka sebesar 700 USD.
Sebenarnya ada alternatif lain untuk mendapatkan kamar penginapan. Di Rio masih banyak ditemukan kamar-kamar yang biasanya dipakai berkencan atau jika di Indonesia sering dinamakan hotel melati atau jam-jam-an. Meski kelas melati, tarif yang ditawarkan sudah harian dan tidak memberlakukan lagi tarif empat sampai enam jam.
Ada beberapa hotel murah yang mulai berbenah seperti Midway dan Shalimar. Asesoris lampu dan perabotan di dalam ruangan pun sudah diperbaharui. Rio juga menawarkan hotel yang terbilang murah sebesar 200 USD per malam, seperti Malaga. Namun letaknya jauh dari pusat kota.
Kalo harga itu masih dianggap kemahalan, ada solusi lainnya dengan mencoba losmen-losmen yang berada di lereng bukit Rio. Losmen-losmen ini dikenal dengan sebutan favela. Tapi, tinggal di sini harus ekstra nyali mengingat daerah ini adalah daerah kumuh. Satu kamar favelas bisa disewa 138 USD permalam. Tarif inipun sudah melonjak dari harga sebelumnya yang hanya 23 USD per malam.
Jadi sekarang ini pilihan ada di tangan para pendukung tim kesayangan. Namun, rasanya untuk sebuah momen yang hanya empat tahun sekali digelar apapun risiko dan besarnya dana tidak jadi persoalan. Apalagi jika tim yang dibelanya menjadi juara dunia.
Khusus untuk piala dunia, memang tidak semua pendukung tim nasional bisa memberikan dukungan langsung. Sudah barang tentu dana yang menjadi problem utama. Untuk bisa menyaksikan tim kesayangan berlaga, setiap pendukung sudah harus disibukkan dengan mencari tiket pesawat. Setelah itu harus mengantongi tiket pertandingan dan yang tak kalah pentingnya adalah penginapan.
Soal penginapan dari beberapa pergelaran piala dunia memang kerap menjadi persoalan. Pasalnya, para pengelola hotel negeri tuan rumah tentunya mematok harga setinggi-tingginya mengingat permintaan kamar hunian dipastikan meningkat, tak terkecuali Brazil.
Sebulan sebelum pesta digelar, pendukung berat tim yang berlaga terus berburu penginapan. Dari hotel bintang lima sampai hotel yang biasanya dipakai untuk berkencan. Hasilnya, mereka belum bisa tersenyum puas.
"Ini sangat konyol," ujar Raphael Ruland, pendukung timnas Jerman. Ia mengakui harga yang ditawarkan untuk hotel kelas kampung harganya lima kali lipat dibandingkan beberapa waktu sebelum Brazil ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia 2014.
"Harganya lima kali lipat dibandingkan tarif normal. Jadi untuk bisa menyaksikan tim kesayangan saya berlaga, biaya tertinggi adalah akomodasi,"tukasnya dilansir CNN, Sabtu (3/5). Rulland mengaku sudah berbulan-bulan mencari tempat penginapan.
Diperkirakan Brazil akan kedatangan turis asing sebanyak 600 ribu orang. Dari jumlah tersebut, sepertiganya akan berada di Rio de Jainero. Dilaporkan sejumlah agen perjalanan sudah memesan 21.639 kamar hotel dari yang kelas murah sampai kelas elite. Masih ada kamar yang tersisa, namun pemesan diwajibkan memberikan uang muka sebesar 700 USD.
Sebenarnya ada alternatif lain untuk mendapatkan kamar penginapan. Di Rio masih banyak ditemukan kamar-kamar yang biasanya dipakai berkencan atau jika di Indonesia sering dinamakan hotel melati atau jam-jam-an. Meski kelas melati, tarif yang ditawarkan sudah harian dan tidak memberlakukan lagi tarif empat sampai enam jam.
Ada beberapa hotel murah yang mulai berbenah seperti Midway dan Shalimar. Asesoris lampu dan perabotan di dalam ruangan pun sudah diperbaharui. Rio juga menawarkan hotel yang terbilang murah sebesar 200 USD per malam, seperti Malaga. Namun letaknya jauh dari pusat kota.
Kalo harga itu masih dianggap kemahalan, ada solusi lainnya dengan mencoba losmen-losmen yang berada di lereng bukit Rio. Losmen-losmen ini dikenal dengan sebutan favela. Tapi, tinggal di sini harus ekstra nyali mengingat daerah ini adalah daerah kumuh. Satu kamar favelas bisa disewa 138 USD permalam. Tarif inipun sudah melonjak dari harga sebelumnya yang hanya 23 USD per malam.
Jadi sekarang ini pilihan ada di tangan para pendukung tim kesayangan. Namun, rasanya untuk sebuah momen yang hanya empat tahun sekali digelar apapun risiko dan besarnya dana tidak jadi persoalan. Apalagi jika tim yang dibelanya menjadi juara dunia.
(bbk)