Akses GBT susah, Bajol Ijo tak berkarakter

Senin, 05 Mei 2014 - 20:04 WIB
Akses GBT susah, Bajol Ijo tak berkarakter
Akses GBT susah, Bajol Ijo tak berkarakter
A A A
Sindonews.com - Kembalinya Persebaya ke kasta kompetisi tertinggi di Indonesia, Indonesia Super League, musim ini ternyata belum mengembalikan nama besar mereka. Awal musim, sebenarnya sempat terpancar keyakinan dari manajemen jika nama besar Persebaya yang sempat sirna dari blantika sepak bola nasional akan kembali pulih.

Maklum, bukan hanya berhasil menembus kasta ISL setelah dua musim berjibaku di kompetisi "kelas dua", Divisi Utama. Namun, keyakinan juga muncul karena berhasil mendatangkan pemain
kelas satu di Indonesia, termasuk dua pemain berharga mahal Greg Nwokolo dan Emmanuel "Pacho" Kenmogne. Ditambah lagi, sudah tidak ada dualisme Persebaya.

Toh, kenyataan masih tak seindah bayangan. Hingga putaran pertama berakhir, Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), homebase Persebaya masih sepi dari penonton. Bahkan lebih parah dibandingkan ketika Persebaya masih berlaga di Divisi Utama. Dari lima laga kandang, jumlah penonton belum ada
yang menembus angka di atas 5.000 penonton. Bahkan di pertandingan terakhir melawan Perserui, tiket yang terjual tidak lebih dari 1.500 lembar.

Ironi memang. Apalagi jika dibandingkan pengeluaran belanja pemain maupun operasional tim yang konon semusim mencapai Rp 24 miliar. Target awal, jumlah penonton bisa menembus angka 10 ribu tiap pertandingan meleset. Hampir bisa dipastikan, kerugian finansial sudah ada didepan mata. Apa penyebabnya?

Meski, manajemen Persebaya belum berkumpul membahas evaluasi putaran pertama. Namun ada beberapa faktor penghambat. Pertama, homebase Persebaya di Stadion GBT mengurangi jumlah penonton dibandingkan jika bermain di Stadion Gelora 10 November, Tambaksari.

"Itu salah satu penyebabnya bukan alasan saja, jumlah penonton bisa berkurang tiga puluh persen. Itu juga yang terjadi ketika saya masih memengang Persebaya di IPL dulu,''ucap CEO Persebaya, Gede Widiade.

Diakui Gede, jika dirinya sudah datang ke kantong-kantong bonek -julukan suporter Persebaya, untuk mencari tahu.''Dari kesimpulan saya, letak GBT yang jauh dan akses yang susah membuat suporter berpikir ulang untuk datang, meski dikasih tiket gratis. Sementara kita mau pindah ke Gelora 10 November, juga tidak mendapatkan ijin dari wali kota,''ucapnya.

Selain masalah homebase, Gede mengakui jika Persebaya belum menemukan karakter permainan seperti yang diharapkan menjadi ciri khas Surabaya, yaitu ngotot di lapangan. ''Karakter Surabaya yang ngotot belum tampak, bukan bermain keras di lapangan. Tapi saya sempat lihat pemain masih santai mengambil bola di luar lapangan ketika pertandingan sudah mau habis, padahal kita belum menang. Tapi di beberapa pertandingan terakhir, sudah mulai membaik,''ucapnya.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6668 seconds (0.1#10.140)