Adu cerdik beda generasi
A
A
A
Sindonews.com - Ada yang menarik dalam pertemuan antara Persis Solo dan PSIS Semarang besok di Stadion Manahan Solo.
Juru taktik kedua tim tersebut merupakan sama-sama pemain yang pernah dibesarkan oleh PSIS, namun hanya beda generasi. Widyantoro, pelatih Persis merupakan striker PSIS era 90-an, sementara Eko Riyadi dulu merupakan palang pintu dari tim PSIS pada 1988.
Bicara pengalaman, Widyantoro lebih unggul karena dia pernah menjadi penyerang tim nasional. Urusan jam terbang menjadi arsitek, kendati lebih muda, Wiwid, begitu Widyantoro akrab disapa lebih unggul karena pemilik tinggi badan 179 cm itu sudah menjadi pelatih di beberapa klub Divisi I dan Divisi Utama.
Bahkan, pria kelahiran Magelang, 17 September 1970 itu pernah berjasa dalam mempromosikan PPSM Magelang naik kelas ke Divisi Utama pada musim 2009/2010, sehingga tim berjuluk Simo Lodro itu bisa ikut pentas kasta kedua di Indonesia hingga saat ini. Setelah PPSM, pelatih yang selalu mengenakan topi itu membesut PSS Sleman pada musim 2012-2013.
Pada 2013 sempat hijrah ke Solo menukangi Persis LPIS sebelum berhenti di tengah jalan. Kemudian kembali menungkangi Persis versi Liga Indonesia musim 2014, mampu menyingkirkan rivalnya Kas Hartadi dan Yudi Suryata.
Adapun Eko Riyadi, pria kelahiran 27 November1968 ini mengawali karir pelatih di Sekolah Sepakbola (SSB) Terangbangsa, Persik Kendal, PS Garuda (tim amatir) dan Persitema Temanggung sebelum akhirnya dipercaya menukangi tim yang pernah dia bela sewaktu masih muda pada musim ini. Bicara nama besar, Eko memang belum setenar Widyantoro yang dulu pernah menjadi bintang di era Liga Sepak Bola Utama (Galatama).
Selama memimpin tim musim ini, baik Eko maupun Wiwid sama-sama mencatatkan hasil positif, karena bisa membawa tim berada di papan atas Grup 4. Keduanya dipaksa untuk adu cerdik supaya bisa memenangkan pertarungan dua tim yang berada di puncak klasemen dan peringkat 2 ini.
Juru taktik kedua tim tersebut merupakan sama-sama pemain yang pernah dibesarkan oleh PSIS, namun hanya beda generasi. Widyantoro, pelatih Persis merupakan striker PSIS era 90-an, sementara Eko Riyadi dulu merupakan palang pintu dari tim PSIS pada 1988.
Bicara pengalaman, Widyantoro lebih unggul karena dia pernah menjadi penyerang tim nasional. Urusan jam terbang menjadi arsitek, kendati lebih muda, Wiwid, begitu Widyantoro akrab disapa lebih unggul karena pemilik tinggi badan 179 cm itu sudah menjadi pelatih di beberapa klub Divisi I dan Divisi Utama.
Bahkan, pria kelahiran Magelang, 17 September 1970 itu pernah berjasa dalam mempromosikan PPSM Magelang naik kelas ke Divisi Utama pada musim 2009/2010, sehingga tim berjuluk Simo Lodro itu bisa ikut pentas kasta kedua di Indonesia hingga saat ini. Setelah PPSM, pelatih yang selalu mengenakan topi itu membesut PSS Sleman pada musim 2012-2013.
Pada 2013 sempat hijrah ke Solo menukangi Persis LPIS sebelum berhenti di tengah jalan. Kemudian kembali menungkangi Persis versi Liga Indonesia musim 2014, mampu menyingkirkan rivalnya Kas Hartadi dan Yudi Suryata.
Adapun Eko Riyadi, pria kelahiran 27 November1968 ini mengawali karir pelatih di Sekolah Sepakbola (SSB) Terangbangsa, Persik Kendal, PS Garuda (tim amatir) dan Persitema Temanggung sebelum akhirnya dipercaya menukangi tim yang pernah dia bela sewaktu masih muda pada musim ini. Bicara nama besar, Eko memang belum setenar Widyantoro yang dulu pernah menjadi bintang di era Liga Sepak Bola Utama (Galatama).
Selama memimpin tim musim ini, baik Eko maupun Wiwid sama-sama mencatatkan hasil positif, karena bisa membawa tim berada di papan atas Grup 4. Keduanya dipaksa untuk adu cerdik supaya bisa memenangkan pertarungan dua tim yang berada di puncak klasemen dan peringkat 2 ini.
(wbs)