Singo Edan Kehilangan Kecerdasan tanpa Lopez
A
A
A
MALANG - Kekalahan Arema Cronus 1-2 oleh Semen Padang menodai rekor tidak terkalahkan di Stadion Kanjuruhan di kompetisi Indonesia Super League (ISL) musim ini. Kekalahan itu tidak lepas dari absennya empat pilar Singo Edan yakni, Gustavo Lopez, Ahmad Bustomi, Victor Igbonefo, dan Kurnia Meiga.
Singo Edan kehilangan semua kecerdasan. Terlalu banyak kesalahan elementer seperti salah umpan dan pengertian antar pemain menjadikan tuan rumah dalam masalah besar. Terutama lini tengah, minus Gustavo Lopez dan Ahmad Bustomi, Arema tidak memiliki keseimbangan sekaligus kreativitas.
Tanpa sosok Gustavo yang biasa mengatur tempo permainan membuat alur bola kelewat cepat tapi tidak memiliki visi jelas. Arema kemudian terperangkap serangan sayap yang monoton. Arema boleh saja terlihat lebih agresif, tapi justru Semen Padang yang efektif.
Ketika tuan rumah kesulitan mendapat peluang, tim tamu sudah mengancam lewat aksi Yu Hyun Koo dan Osas Saha. Tidak jelasnya permainan Arema diperparah rapuhnya pertahan. Munhar, bek yang baru pertama kali menjadi starter musim ini, menjadi aktor utama gol pertama Osas Saha di menit ke-42.
Gagal menutup pergerakan eks striker Persepam Madura United tersebut, gawang Kadek Wardana bobol dengan proses yang terlalu sederhana. Gol kedua Saha di menit 58' prosesnya hampir sama. Melalui skenario serangan balik, Osas Saha lolos dan melepaskan bola datar yang tak terjangkau kiper Arema.
Hari yang luar biasa bagi Saha, mencetak dua gol menggunakan kaki kanan dan kiri dengan proses yang serupa dari sudut berbeda. Performa Semen Padang juga diacungi dua jempol. Tiap pemain selalu tekun melakukan pressing, langsung bertahan ketika kehilangan bola, sekaligus menyerang balik dengan cepat dan membahayakan. Nyaris tidak ada penurunan konsentrasi sepanjang pertandingan.
Singo Edan kehilangan semua kecerdasan. Terlalu banyak kesalahan elementer seperti salah umpan dan pengertian antar pemain menjadikan tuan rumah dalam masalah besar. Terutama lini tengah, minus Gustavo Lopez dan Ahmad Bustomi, Arema tidak memiliki keseimbangan sekaligus kreativitas.
Tanpa sosok Gustavo yang biasa mengatur tempo permainan membuat alur bola kelewat cepat tapi tidak memiliki visi jelas. Arema kemudian terperangkap serangan sayap yang monoton. Arema boleh saja terlihat lebih agresif, tapi justru Semen Padang yang efektif.
Ketika tuan rumah kesulitan mendapat peluang, tim tamu sudah mengancam lewat aksi Yu Hyun Koo dan Osas Saha. Tidak jelasnya permainan Arema diperparah rapuhnya pertahan. Munhar, bek yang baru pertama kali menjadi starter musim ini, menjadi aktor utama gol pertama Osas Saha di menit ke-42.
Gagal menutup pergerakan eks striker Persepam Madura United tersebut, gawang Kadek Wardana bobol dengan proses yang terlalu sederhana. Gol kedua Saha di menit 58' prosesnya hampir sama. Melalui skenario serangan balik, Osas Saha lolos dan melepaskan bola datar yang tak terjangkau kiper Arema.
Hari yang luar biasa bagi Saha, mencetak dua gol menggunakan kaki kanan dan kiri dengan proses yang serupa dari sudut berbeda. Performa Semen Padang juga diacungi dua jempol. Tiap pemain selalu tekun melakukan pressing, langsung bertahan ketika kehilangan bola, sekaligus menyerang balik dengan cepat dan membahayakan. Nyaris tidak ada penurunan konsentrasi sepanjang pertandingan.
(aww)