Spanyol Tetap Pakai Tiki-Taka
A
A
A
SAO PAULO - Spanyol memastikan akan tetap memakai 'tiki-taka' di Piala Dunia 2014 Brasil. Sebuah karakter yang telah memberikan era kejayaan di Piala Dunia 2010 dan Euro 2012. Pelatih Spanyol Vicente Del Bosque tidak berniat mengubah itu, bagaimana pun rupa lawan yang bakal dihadapi.
Jelang laga pembuka kontra Belanda, ada kemungkinan Spanyol menghadapi pertahanan rapat dan bandel. Sekadar mengingat Piala Dunia 2010 silam, Spanyol menghadapi padatnya pemain Belanda dan permainan fisik berlebih. Del Bosque yakin timnya kembali bisa menghadapi strategi lawan seperti itu.
Pelatih paling sukses di Spanyol tersebut mengindikasikan timnya tetap menekankan pada ball possession alias penguasaan bola, yang tentunya diterjemahkan lewat umpan-umpan pendek. Tapi dia tetap berharap timnya memiliki kedalaman yang bagus agar menjadi sebuah tim yang solid.
“Penguasaan bola tanpa memiliki kedalaman tidak akan berarti apa-apa,” demikian Del Bosque dikutip Eurosport. “Untuk itulah kami bekerja sehingga tim bisa memberikan tekanan untuk menguasai bola kembali, kemudian menjadi sebuah grup dalam melakukan serangan,” paparnya.
Pelatih berperawakan kalem ini juga menyebut La Furia Roja tidak mempunyai 'ramuan ajaib' dalam bermain. “Kami hanya memiliki rencana yang sesuai dengan pemain yang ada. Bagi kami sepakbola bisa dimainkan dengan berbagai cara, tidak hanya satu,” ungkap eks pelatih Real Madrid ini.
Spanyol menjadi salah satu tim yang leluasa menerapkan strategi di Brasil karena skuad yang relatif utuh dan tidak berpengaruh pada keseimbangan tim. Strategi Spanyol yang gemar mengurung pertahanan lawan, pada akhirnya memunculkan ide bahwa strategi bertahan total adalah pilihan terbaik menghadapi mereka.
“Tidak masalah jika mereka bertahan. Kami sangat bisa bersabar dan tidak lepas kontrol. Benar bahwa banyak tim berusaha bertahan dan mengajak bermain gulat untuk menghentikan Spanyol, Tapi saya menghargai pilihan mereka karena itu berarti lawan menganggap Spanyol sebagai ancaman berbahaya,” kata Dwl Bosque enteng.
Di sisi lain, setelah sukses memperkenalkan 'false nine' atau tanpa striker murni, Del Bosque akhirnya berkesempatan mengubah itu. Dalam beberapa sesi latihan di Brasil, terlihat dia mempersiapkan dua striker andalannya yakni Diego Costa dan Fernando Torres.
Sinyal ke arah sana sebenarnya sudah kelihatan ketika Spanyol mengalahkan El Salvador di ujicoba terakhir sebelum keberangkatan ke Brasil. Saat itu Diego Costa ditempatkan paling depan dengan formasi paten 4-3-3. Belum optimal memang, namun bukan berarti tidak mungkin.
“Kami memiliki banyak variasi dalam pola serangan. Saya yakin Diego (Costa) dan Fernando (Torres) sangat siap untuk bermain. Pastinya mereka akan semakin membuat Spanyol kaya akan pilihan. Kami bisa bermain dengan fleksibel berdasarkan pemain yang siap,” tandas pelatih dengan dua gelar Liga Champion.
Jelang laga pembuka kontra Belanda, ada kemungkinan Spanyol menghadapi pertahanan rapat dan bandel. Sekadar mengingat Piala Dunia 2010 silam, Spanyol menghadapi padatnya pemain Belanda dan permainan fisik berlebih. Del Bosque yakin timnya kembali bisa menghadapi strategi lawan seperti itu.
Pelatih paling sukses di Spanyol tersebut mengindikasikan timnya tetap menekankan pada ball possession alias penguasaan bola, yang tentunya diterjemahkan lewat umpan-umpan pendek. Tapi dia tetap berharap timnya memiliki kedalaman yang bagus agar menjadi sebuah tim yang solid.
“Penguasaan bola tanpa memiliki kedalaman tidak akan berarti apa-apa,” demikian Del Bosque dikutip Eurosport. “Untuk itulah kami bekerja sehingga tim bisa memberikan tekanan untuk menguasai bola kembali, kemudian menjadi sebuah grup dalam melakukan serangan,” paparnya.
Pelatih berperawakan kalem ini juga menyebut La Furia Roja tidak mempunyai 'ramuan ajaib' dalam bermain. “Kami hanya memiliki rencana yang sesuai dengan pemain yang ada. Bagi kami sepakbola bisa dimainkan dengan berbagai cara, tidak hanya satu,” ungkap eks pelatih Real Madrid ini.
Spanyol menjadi salah satu tim yang leluasa menerapkan strategi di Brasil karena skuad yang relatif utuh dan tidak berpengaruh pada keseimbangan tim. Strategi Spanyol yang gemar mengurung pertahanan lawan, pada akhirnya memunculkan ide bahwa strategi bertahan total adalah pilihan terbaik menghadapi mereka.
“Tidak masalah jika mereka bertahan. Kami sangat bisa bersabar dan tidak lepas kontrol. Benar bahwa banyak tim berusaha bertahan dan mengajak bermain gulat untuk menghentikan Spanyol, Tapi saya menghargai pilihan mereka karena itu berarti lawan menganggap Spanyol sebagai ancaman berbahaya,” kata Dwl Bosque enteng.
Di sisi lain, setelah sukses memperkenalkan 'false nine' atau tanpa striker murni, Del Bosque akhirnya berkesempatan mengubah itu. Dalam beberapa sesi latihan di Brasil, terlihat dia mempersiapkan dua striker andalannya yakni Diego Costa dan Fernando Torres.
Sinyal ke arah sana sebenarnya sudah kelihatan ketika Spanyol mengalahkan El Salvador di ujicoba terakhir sebelum keberangkatan ke Brasil. Saat itu Diego Costa ditempatkan paling depan dengan formasi paten 4-3-3. Belum optimal memang, namun bukan berarti tidak mungkin.
“Kami memiliki banyak variasi dalam pola serangan. Saya yakin Diego (Costa) dan Fernando (Torres) sangat siap untuk bermain. Pastinya mereka akan semakin membuat Spanyol kaya akan pilihan. Kami bisa bermain dengan fleksibel berdasarkan pemain yang siap,” tandas pelatih dengan dua gelar Liga Champion.
(wbs)