Di Tengah Ancaman Diadema

Senin, 23 Juni 2014 - 14:30 WIB
Di Tengah Ancaman Diadema
Di Tengah Ancaman Diadema
A A A
CAMPANARIO - Ferdinand Doren meninggalkan Indonesia untuk belajar filsafat di Chicago pada 1990. Dia kemudian terbang ke Brasil dan mengabadikan hidupnya di Sao Paulo.

Sosok yang meraih gelar doktoral antropologi dari Catholic Theological Union Chicago ini sehari-harinya mengajar di Institut Teologi Sao Paulo. Selain itu, dia juga aktif di berbagai kegiatan sosial dan memperjuangkan hak kaum marjinal.

Namun, Romo Fernando, begitu kini dia akrab disapa, mengaku tidak terlibat demonstrasi menyangkut penyelenggaraan Piala Dunia di Negeri Samba. "Protes itu hanya dilakukan suatu golongan saja yang mengusung kepentingan mereka. Bukan transformasi secara keseluruhan. Lagipula aksi mereka rawan ditunggangi mengingat pemilu Brasil sebentar lagi," tuturnya.

Sudah tinggal di Brasil selama 15 tahun, tidak salah jika Romo Fernando benar-benar paham kondisi Brasil. Jaringan koneksinya pun membantu rekan-rekan jurnalis asal Indonesia menemukan tempat melepas lelah selama bertugas di Sao Paulo dan kota-kota lainnya.

Romo Fernando juga kerap membantu warga Indonesia yang berkunjung ke Brasil. Dia akan bertanya jika ada umat atau rekan imam yang bersedia menampung kami. Saya sendiri diterima di kediaman pria yang memberikan pelayanan di tujuh kapel ini.

Sayang lokasi rumah Romo Fernando sedikit meresahkan.
Dia tinggal di tinggal di distrik Campanario, Diadema, Sao Paulo. Kawasan ini terbilang rawan. Sosok asal Larantuka itu mengklaim tingkat kejahatan Diadema lebih tinggi ketimbang Bogota, Kolombia.

Pernyataan Romo Fernando diamini dua anggota polisi militer yang saya temui ketika tersesat. Lauzada dan Wendell menyatakan Campanario sangat berbahaya, terutama pada malam hari. Memastikan keamanan saya, mereka memberikan berbagai tips.

Beberapa di antaranya menggendong ransel di depan untuk menutup dada dan tidak menelpon di jalan. Kedua petugas juga memberi saya nomor darurat polisi.

Pelaku kejahatan di Diadema tidak mengenal pandang bulu. Dia bercerita kediamannya pernah diterobos pencuri. Padahal dirinya cukup dipandang karena berstatus pemuka agama. "Mereka sudah di bawah pengaruh obat bius, jadi tidak menggunakan akal sehat," kata Romo Fernando.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9728 seconds (0.1#10.140)