Museum Sepak Bola, Jejak Kejayaan Selecao di Piala Dunia
A
A
A
SAO PAULO - Bangsa besar adalah mereka yang menghargai sejarahnya. Ungkapan presiden pertama Indonesia Soekarno itu cocok untuk menjelaskan mengapa sepak bola Brazil begitu maju.Terletak di dalam Estadio Municipal Paulo Machado de Carvalho, Sao Paulo, terdapat Museum Sepak Bola yang merekam sepak terjang Brazil di pentas Piala Dunia.
Di sinilah Negeri Samba mengenang perjalanan mereka di masa lalu sembari menatap masa depan.Betapa Brazil menghargai setiap pengalaman mereka tercermin pada deskripsi di plakat pintu masuk pameran mengenang Maracanazo.
Brazil membangun Estadio Maracana karena yakin bakal menjuarai Piala Dunia 1950. Namun mereka harus merelakan gelar ke Uruguay setelah tumbang 1-2, walau sebenarnya cuma butuh bermain imbang di pertandingan tersebut.
"Keheningan terbesar pernah terjadi di Brazil seiring detak jantung ratusan ribu orang yang menyaksikan langsung laga. Brazil menderita benar tahun 1950. Tapi dari situlah kita meraih kesuksesan terbesar," tulis plakat itu, merujuk pencapaian Brazil merebut lima Trofi Piala Dunia, terbanyak di antara negara lain.
Selecao menduduki takhta pada 1958, 1962, 1970, 1994, dan 2002. Dalam ekshibisi Maracanazo diputar video berdurasi sekitar dua menit. Di sini ditunjukkan antusiasme penonton sebelum laga serta kegembiraan ketika Friaca membawa Brazil memimpin. Gambar kemudian beralih ke kecewaan suporter setelah Uruguay balik memimpin melalui Juan Alberto Schiaffino dan Alcides Ghiggia.
Kenangan terhadap Maracanazo hanya satu jenis pameran yang ditawarkan Museum Sepak Bola. Terdapat instalasi khusus Pele dan Garrincha, dua pemain terbaik Brazil. Pengunjung juga bisa mengetahui segala informasi tentang cabang olahraga paling populer di muka bumi ini melalui papan yang memaparkan statistik, peraturan, sejarah, peran pemain, taktik, dan varian sepak bola.
Di sana dijelaskan pula sejumlah julukan masyarakat Brazil terhadap momen tertentu di pertandingan. Menjebol gawang lawan melalui sepak pojok langsung misalnya dinyatakan sebagai gol olimpico. Sedangkan kegagalan penjaga gawang menangkap bola yang melewati celah kedua kakinya disebut frango.
Museum Sepak Bola turut memamerkan informasi lain, berupa memorabilia, foto, atau rekaman peristiwa penting di Piala Dunia. Ada pula perpustakaan dan sejumlah permainan, salah satunya adu jugling melawan Neymar.Total ada 15 ruang ekshibisi di museum bertiga lantai ini. Pengunjung boleh meminta bantuan agar mengetahui segala hal yang dipamerkan lebih dalam.
"Panduan menggunakan Bahasa Inggris gratis," kata Alessandra, salah satu petugas Museum Sepak Bola.Museum Sepak Bola di lain waktu beroperasi Selasa-Minggu pukul 09.00-18.00. Namun tempat ini dibuka setiap hari jam 09.00-22.00 seiring penyelenggaraan Piala Dunia di Brazil. Tiket masuk zeharga enam Real (sekitar USD3).
Di sinilah Negeri Samba mengenang perjalanan mereka di masa lalu sembari menatap masa depan.Betapa Brazil menghargai setiap pengalaman mereka tercermin pada deskripsi di plakat pintu masuk pameran mengenang Maracanazo.
Brazil membangun Estadio Maracana karena yakin bakal menjuarai Piala Dunia 1950. Namun mereka harus merelakan gelar ke Uruguay setelah tumbang 1-2, walau sebenarnya cuma butuh bermain imbang di pertandingan tersebut.
"Keheningan terbesar pernah terjadi di Brazil seiring detak jantung ratusan ribu orang yang menyaksikan langsung laga. Brazil menderita benar tahun 1950. Tapi dari situlah kita meraih kesuksesan terbesar," tulis plakat itu, merujuk pencapaian Brazil merebut lima Trofi Piala Dunia, terbanyak di antara negara lain.
Selecao menduduki takhta pada 1958, 1962, 1970, 1994, dan 2002. Dalam ekshibisi Maracanazo diputar video berdurasi sekitar dua menit. Di sini ditunjukkan antusiasme penonton sebelum laga serta kegembiraan ketika Friaca membawa Brazil memimpin. Gambar kemudian beralih ke kecewaan suporter setelah Uruguay balik memimpin melalui Juan Alberto Schiaffino dan Alcides Ghiggia.
Kenangan terhadap Maracanazo hanya satu jenis pameran yang ditawarkan Museum Sepak Bola. Terdapat instalasi khusus Pele dan Garrincha, dua pemain terbaik Brazil. Pengunjung juga bisa mengetahui segala informasi tentang cabang olahraga paling populer di muka bumi ini melalui papan yang memaparkan statistik, peraturan, sejarah, peran pemain, taktik, dan varian sepak bola.
Di sana dijelaskan pula sejumlah julukan masyarakat Brazil terhadap momen tertentu di pertandingan. Menjebol gawang lawan melalui sepak pojok langsung misalnya dinyatakan sebagai gol olimpico. Sedangkan kegagalan penjaga gawang menangkap bola yang melewati celah kedua kakinya disebut frango.
Museum Sepak Bola turut memamerkan informasi lain, berupa memorabilia, foto, atau rekaman peristiwa penting di Piala Dunia. Ada pula perpustakaan dan sejumlah permainan, salah satunya adu jugling melawan Neymar.Total ada 15 ruang ekshibisi di museum bertiga lantai ini. Pengunjung boleh meminta bantuan agar mengetahui segala hal yang dipamerkan lebih dalam.
"Panduan menggunakan Bahasa Inggris gratis," kata Alessandra, salah satu petugas Museum Sepak Bola.Museum Sepak Bola di lain waktu beroperasi Selasa-Minggu pukul 09.00-18.00. Namun tempat ini dibuka setiap hari jam 09.00-22.00 seiring penyelenggaraan Piala Dunia di Brazil. Tiket masuk zeharga enam Real (sekitar USD3).
(aww)