Ironi di Balik Mahakarya Escadaria Selaron

Kamis, 10 Juli 2014 - 11:13 WIB
Ironi di Balik Mahakarya...
Ironi di Balik Mahakarya Escadaria Selaron
A A A
RIO DE JANEIRO - Hanya terpampang jalan yang melintang dengan tembok kotor di seberang jalan begitu KORAN SINDO selesai menaiki 200 lebih anak tangga di kawasan Lapa, Rio de Janeiro.

Tidak ada klimaks. Tapi mungkin bukan seperti itu cara menginterpretasikan perjalanan ini. Barangkali Escadaria Selaron harus dinikmati langkah demi langkah. Proses lebih ditekankan ketimbang akhir. Sayang, Jorge Selaron, seniman asal Chile yang menciptakan karya itu, tidak bisa ditanyai apa itu memang maksudnya. Sebab, dia kini berada di alam baka.

Escadaria Selaron merupakan instalasi raksasa yang kini menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan di Rio de Janeiro. Selaron mulai menciptakannya pada 1990 dan mengaku baru akan selesai ketika hayatnya berakhir.

Sekitar 2.000 keramik yang menghiasi tangga membuat turis ingin melihat dari dekat dan mengabadikan diri di sana. Beberapa tegel penuh warna itu diciptakan khusus Selaron untuk mengekspresikan satu masalah atau membentuk desain tertentu. Ada pula yang ditempatkan acak, mayoritas hasil sumbangan. Diperkirakan keramik Escadaria Selaron datang dari 60 negara.

Konon ada yang merepresentasikan Indonesia. Sayang, KORAN SINDO tidak menemukannya meski sudah mencari. Yang ditemukan hanya perwakilan dua negara tetangga, Singapura dan Malaysia. Sepertinya terlewat karena tertutup pedagang kaki lima atau tuna wisma yang sedang tidur. Beberapa wakil Asia lainnya mencakup India, Korea Selatan, Yordania, hingga Kazakhstan.

Keindahan Escadaria Selaron juga membuatnya dipilih menjadi latar video musik lagu berjudul Beautiful yang dilantukan Snoop Dogg dan Pharrell, salah satu lokasi pemberhentian reality show The Amazing Race musim 18, serta tempat pemotretan beberapa majalah internasional.

Membicarakan Escadaria Selaron kurang lengkap tanpa menyinggung kreatornya. Selaron meninggal tragis awal tahun lalu. Tubuhnya ditemukan di depan rumahnya yang terletak di sisi hasil karyanya. Selaron diduga dibunuh. Sebab, terdapat banyak memar di jenazahnya. Jasad Selaron juga dalam keadaan habis dibakar ketika ditemukan. Namun, polisi menganggapnya bunuh diri.

Ada beberapa teori mengapa aparat mengambil kesimpulan demikian. Pria yang menghabisi nyawa Selaron disinyalir anggota kelompok kriminal setempat. Dia diduga sempat mengancam Selaron, yang kemudian melaporkannya dan meminta perlindungan. Tapi Selaron nyatanya tetap dibunuh. Agar tidak malu, aparat kemudian 'menganggap' Selaron pergi ke dunia lain atas inisiatif sendiri.

Skenario lain menyangkut reputasi. Pembunuhan Selaron akan membuat tanda tanya muncul menyangkut kondisi keamanan Rio de Janeiro. Padahal, Brazil bakal menggelar Piala Dunia 2014. Rio de Janeiro juga melangsungkan Olimpiade musim panas dua tahun berselang.

Semua ini, ironis karena karya Selaron mentransformasi lokasi karyanya berada. Dulu dikenal sebagai kawasan kumuh, area sekitar Esadaria Selaron kini menciptakan pemasukan tambahan bagi masyarakat lokal. Mereka bisa berdagang cenderamata, bir, hingga penginapan untuk turis yang berkunjung.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2153 seconds (0.1#10.140)