Scolari Pasang Muka Tembok

Senin, 14 Juli 2014 - 06:55 WIB
Scolari Pasang Muka Tembok
Scolari Pasang Muka Tembok
A A A
BRASILIA - Masyarakat Brasil pernah menempatkan seorang Luiz Felipe Scolari sebagai seorang pahlawan. Dia pelatih yang memberikan gelar juara dunia kelima di Piala Dunia 2002 Jepang-Korea Selatan. Namun sanjungan kepada Scolari tak lagi membekas setelah Piala Dunia 2014.

Masyarakat Brasil terlalu kecewa dengan hasil memalukan yang dicatat Selecao, kalah beruntun dan kebobolan 10 kali. Laga kontra Belanda menunjukkan supporter sudah jengah dengan pelatih ini. Saat layar raksasa di stadion menampilkan gambar Scolari, sontak seluruh stadion mencemooh.

Itu bukti sederhana resistensi terhadap apa yang dilakukan Scolari sejauh ini. Ada dua aspek utama yang membuat masyarakat Brasil sangat kecewa dengan kegagalan ini dan hanya sedikit sekali yang membela pelatih berusia 65 tahun tersebut untuk tetap menangani Brasil setelah episode memalukan.

Aspek pertama adalah pemilihan pemain. Scolari yang memiliki gugusan bintang pada saat menjadi juara 2002 lalu, dianggap keras kepala dalam memilih timnya di Piala Dunia 2014. Dia hanya memprioritaskan pemain 'berbau' Eropa, dan mengabaikan pemain-pemain berbakat yang berlaga di kompetisi domestik.

Salah satu nama adalah Ronaldinho. Pemain gaek namun bisa menjadi alternatif untuk mengubah keadaan. Walau sekarang tidak lagi bermain di Eropa, kualitas Ronaldinho masih jauh di atas Fred, Hulk, serta Bernard. Juga masih ada Kaka, Robinho, atau Filipe Luis dan Lucas Moura.

Ketika penyerang seperti Fred, Hulk dan Jo gagal total menjawab ekspektasi, itu menambah kekecewaan masyarakat Brasil. Kekhawatiran bahwa Scolari salah dalam memilih skuad akhirnya terbukti benar. Sebuah kesalahan fatal dalam situasi krusial yang meruntuhkan gengsi negeri Samba.

Aspek kedua adalah kegagalan menjadikan tim yang fleksibel. Hilangnya Neymar Jr yang cedera tak bisa dihadapi secara bijak dan justru melemahkan tim secara drastis. Bagaimana David Luis dan kiper Julio Cesar menenteng kaos nomor 10 milik Neymar sebelum partai lawan Jerman, menunjukkan mereka tak siap 'move on'.

Brasil terlampau menganggap Neymar sebagai sosok suci dalam tim. Itu diulang lagi di pertandingan kedua, ketika Neymar duduk di bangku cadangan ketika untuk berjalan saja masih agak sulit. Sejumlah pengamat dan kolumnis di Brasil menganggap itu kegagalan manajemen kepelatihan Felipe Scolari.

Itu belum termasuk progres Brasil yang tidak pernah menjanjikan sepanjang turnamen. Bahkan sebelum kehilangan Neymar, performa Brasil sama sekali tidak istimewa dan sangat standar. Taktik yang diterapkan Scolari sangat hambar dan terlalu mudah ditebak lawan-lawannya. Desakan mundur pun tak terelakkan karena Scolari dianggap paling bertanggungjawab.

Tapi Scolari bergeming. Dia masih 'tahan malu' dan tidak perduli dengan cemoohan publik serta sindiran dan kecaman Zico, Romario, serta legenda sepak bola Brasil lainnya. Pelatih yang pernah menangani Portugal tersebut tidak akan mengucapkan kata mundur sebelum asosiasi sepakbola Brasil (CBF) memberinya vonis.

“Keputusan tergantung presiden (CBF). Saya mempunyai kontrak dan akan menyerahkan laporan kepada CBF,” kata Felipe Scolari. Satu-satunya pihak yang membela keberadaan Scolari adalah Presiden CBF Marco Polo Del Nero. Dia menyatakan sampai saat ini Scolari tetap bertahan sebagai pelatih Selecao.

“Bagi saya, dia tetap bertahan. Scolari melakukan kesalahan taktik dan setiap orang bisa melakukan kesalahan,” tutur Marco Polo. Mungkin CBF sendiri tidak ingin ikut panik menghadapi situasi tim yang remuk redam. Namun banyak yang memprediksi Scolari tak akan bertahan setelah Piala Dunia ini.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9245 seconds (0.1#10.140)