Simbol Pelindung Rio de Janeiro
A
A
A
RIO DE JANEIRO - Dengan tangan terbentang, Christ the Redeemer seakan melindungi Rio de Janeiro dari segala marabahaya. Tidak hanya itu, monumen setinggi 30 meter ini juga sudah menjalankan tugas utamanya yakni membuat Rio de Janeiro dikenal di mata publik dunia.
Kehadiran ratusan hingga ribuan orang yang memadati area merupakan bukti betapa sukses kampanye hampir satu abad silam. Para pengunjung tidak segan mengeluarkan 50 Real (sekitar Rp250.000) untuk membeli tiket melihat Christ the Redeemer. Mereka ingin mengambil foto sebagai bukti pernah berada di sana, sekaligus menikmati pemandangan kota yang terpampang di atas ketinggian.
KORAN SINDO termasuk salah satunya. Namun, padatnya lautan manusia meminimalisasi pergerakan. Sebab, berbagai cara dilakukan turis demi mengambil gambar. Salah satunya lewat berebahan di pelataran agar sosok sang subyek serta Christ the Redeemer masuk frame kamera. Banyaknya pelancong membuat nuansa religius tidak terasa di sana walau patung merupakan lambang keagamaan.
"Christ the Redeemer merupakan buah dari niat pemerintah setempat merayakan 100 tahun hari jadi kemerdekaan Brazil. Otoritas ingin menandai momen ini dengan membangun monumen yang akan membuat Rio de Janeiro mudah dikenali, layaknya New York, Amerika Serikat, berkat Patung Liberty," kata Alan, pemandu wisata bagi pers mengunjungi lokasi ini.
Konsep awal disepakati. Tapi pemerintah tidak punya uang demi merealisasikan rencana ini. Sampai akhirnya Gereja Katolik setuju menyumbang 70% biaya pembangunan asalkan landmark tersebut berbentuk simbol kepercayaan yang mereka anut. Sedangkan sisanya merupakan sumbangan masyararakat.
Butuh beberapa tahun agar dana yang dibutuhkan terkumpul, sampai akhirnya proses pembangunan
dimulai tahun 1922. Figur Yesus Kristus membentangkan kedua tangan, yang juga merepresentasikan salib, terpilih mengalahkan desain lainnya. Sebelumnya muncul ide bentuk Yesus memegang bola dunia di satu tangannya. Namun konsep ini akhirnya ditinggalkan sebab terlalu sulit dibuat.
Gheorghe Leonida asal Rumania merupakan sosok yang dipercaya memahat wajah patung. Sedangkan seniman berdarah Prancis-Polandia Paul Landowski menciptakan tangan. Patung diciptakan menggunakan beton dan batu sabun untuk lapisan luar, karena sifatnya yang tahan cuaca.
Christ the Redeemer diresmikan pada 1931.
Lengan kiri ditempatkan menunjuk arah utara Rio de Janeiro dan lengan kanan ke selatan. Bobot patung sebesar 635 ton dan memakan biaya pembangunan USD250.000 atau USD3,2 juta jika disesuaikan kurs sekarang.
Pengunjung harus naik trem menuju Christ the Redeemer. Akses lain adalah melewati jalan menggunakan kendaraan. Patung ini baru saja selesai melalui proses restorasi, Jumat (11/7), menyusul kerusakan di sejumlah bagian akibat petir. Christ the Redeemer rencananya akan bermandikan warna khas juara Piala Dunia 2014 begitu pemenang diketahui dini hari tadi.
Kehadiran ratusan hingga ribuan orang yang memadati area merupakan bukti betapa sukses kampanye hampir satu abad silam. Para pengunjung tidak segan mengeluarkan 50 Real (sekitar Rp250.000) untuk membeli tiket melihat Christ the Redeemer. Mereka ingin mengambil foto sebagai bukti pernah berada di sana, sekaligus menikmati pemandangan kota yang terpampang di atas ketinggian.
KORAN SINDO termasuk salah satunya. Namun, padatnya lautan manusia meminimalisasi pergerakan. Sebab, berbagai cara dilakukan turis demi mengambil gambar. Salah satunya lewat berebahan di pelataran agar sosok sang subyek serta Christ the Redeemer masuk frame kamera. Banyaknya pelancong membuat nuansa religius tidak terasa di sana walau patung merupakan lambang keagamaan.
"Christ the Redeemer merupakan buah dari niat pemerintah setempat merayakan 100 tahun hari jadi kemerdekaan Brazil. Otoritas ingin menandai momen ini dengan membangun monumen yang akan membuat Rio de Janeiro mudah dikenali, layaknya New York, Amerika Serikat, berkat Patung Liberty," kata Alan, pemandu wisata bagi pers mengunjungi lokasi ini.
Konsep awal disepakati. Tapi pemerintah tidak punya uang demi merealisasikan rencana ini. Sampai akhirnya Gereja Katolik setuju menyumbang 70% biaya pembangunan asalkan landmark tersebut berbentuk simbol kepercayaan yang mereka anut. Sedangkan sisanya merupakan sumbangan masyararakat.
Butuh beberapa tahun agar dana yang dibutuhkan terkumpul, sampai akhirnya proses pembangunan
dimulai tahun 1922. Figur Yesus Kristus membentangkan kedua tangan, yang juga merepresentasikan salib, terpilih mengalahkan desain lainnya. Sebelumnya muncul ide bentuk Yesus memegang bola dunia di satu tangannya. Namun konsep ini akhirnya ditinggalkan sebab terlalu sulit dibuat.
Gheorghe Leonida asal Rumania merupakan sosok yang dipercaya memahat wajah patung. Sedangkan seniman berdarah Prancis-Polandia Paul Landowski menciptakan tangan. Patung diciptakan menggunakan beton dan batu sabun untuk lapisan luar, karena sifatnya yang tahan cuaca.
Christ the Redeemer diresmikan pada 1931.
Lengan kiri ditempatkan menunjuk arah utara Rio de Janeiro dan lengan kanan ke selatan. Bobot patung sebesar 635 ton dan memakan biaya pembangunan USD250.000 atau USD3,2 juta jika disesuaikan kurs sekarang.
Pengunjung harus naik trem menuju Christ the Redeemer. Akses lain adalah melewati jalan menggunakan kendaraan. Patung ini baru saja selesai melalui proses restorasi, Jumat (11/7), menyusul kerusakan di sejumlah bagian akibat petir. Christ the Redeemer rencananya akan bermandikan warna khas juara Piala Dunia 2014 begitu pemenang diketahui dini hari tadi.
(aww)