Bocah SMP Borong 6 Emas di Kejuaraan Karate Dunia
A
A
A
TANGGERANG - Enam pelajar SMP yang diberangkatkan di kejuaraan karate dunia The 5th Basel Open Master berhasil memboyong enam emas dan satu perak. Prestasi ini lebih baik dari tahun sebelumnya yang hanya berhasil membawa satu emas.
Direktur Pembinaan SMP Ditjen Pendidikan Dasar (Dikdas) Kemendikbud Didik Suhardi mengaku bangga dengan prestasi siswa-siswi SMP ini. Pasalnya di kejuaraan yang sama tahun lalu peserta hanya memboyong satu emas, satu perak dan satu perunggu. Dia mengatakan, prestasi yang luar biasa ini perlu diapresiasi karena mereka berhasil mengalahkan karateka hebat dari daratan eropa dan afrika yang pembinaanya jauh lebih bagus. Selain hadiah uang pemerintah juga memberikan beasiswa bagi mereka. "Prestasinya jauh lebih baik. Tahun depan akan kita persiapkan mereka lebih baik lagi agar medali yang diraih jauh lebih banyak," katanya saat menyambut kepulangan tim karateka Indonesia di Bandara Soekarno Hatta, kemarin.
Didik menjelaskan, Basel Open Master ialah kejuaraan reguler yang diadakan di Swiss yang dikelola World Karate Federation (WKF-Sportdata) pada 6-7 September lalu. Kejuaraan ini mempertandingkan 54 kelas untuk umur dibawah 12 tahun hingga diatas 17 tahun. Ada 745 peserta dari 20 negara yang mengikuti turnamen ini yakni Algeria, Azerbaijan, Belgia, Ceko, Denmark, Perancis, Jerman, Indonesia, Irak, Kosovo, Luxemburg, Maroko, Inggris, Portugal, Skotlandia, Slovakia, Spanyol, Swiss, Tunisia dan Turki. Indonesia sendiri mengikuti 11 kategori di partai kata dan kumite.
Made Krisnanta Gusta (SMP 1 Denpasar) berhasil membawa dua emas yakni satu di kata dan satu di kumite. Sedangkan peraih emas lainnya di partai kata ialah Alifa Milanisti (SMP 1 Girimarto, Wonogiri), Dina Sintia (SMP 1 Baleendah, Bandung) dan Dandi Satria Nugraha (SMP 13 Yogyakarta). Peraih emas di partai kumite ialah Rayani Safitri (SMP 6 Muara Teweh, Kalimantan Tengah). Sedangkan peraih medali perak oleh Muhammad Arsyal (SMP 7 Makassar) di partai kumite. Para peserta ini sebelumnya diseleksi dari olimpiade olahraga siswa nasional (O2SN) di Bogor Juni lalu. "Tim Indonesia dipuji oleh delegasi negara lain karena dianggap solid. Organizing Commitee pun memberikan trophy tambahan untuk mengapresiasi para pelajar tanah air ini," jelasnya.
Made Krisnanta Gusta mengaku sangat bangga dengan dua medali emas yang diraihnya terlebih ini adalah prestasi internasional pertamanya. Siswa kelas 2 SMP ini menjelaskan, sejak kelas 1 SD dia sudah latihan karate. Dia terpicu oleh kakaknya yang merupakan atlet karateka Bali Gede Rizki Gusti Sawisnu yang sering mengajaknya berlatih. Menurut dia, gerakan karate itu indah namun kuat. Dia terpesona dengan gerakan cepat karate yang melatih seluruh anggota badannya dan melatih kewaspadaanya agar tidak lumpuh diserang musuh. Oleh karena itupun dia menguasai tehnik kata yang menonjolkan seni gerakan cepat dan kuat dan kumite yang menantang kematangannya dalam menjatuhkan lawan.
Made menjadikan karate sebagai hobinya dan menjadi atlet karate nasional adalah cita-citanya. Dalam sehari dia berlatih tiga jam sehari disela-sela belajar di sekolah. Siswa bertubuh jenjang ini juga menyukai karate karena menurut dia akan membawanya ke sekolah-sekolah terbaik di Indonesia. "Prestasi saya dibidang akademik masih rata-rata. Jika saya berprestasi di karate saya yakin pemerintah akan menyekolahkan saya di sekolah terbaik. Tentunya prestasi ini akan membuat bangga orang tua, sekolah, Bali dan negara saya," ucapnya.
Pelatih Delegasi Indonesia dari PB Federasi Karate-do Indonesia (Forki) Ade Indrasetiadi menjelaskan, pertandingan di kategori kata sudah optimal karena dari lima partai yang diikuti empat siswa menduduki juara satu. Sedangkan untuk kategori kumite belum optimal karena dari enam partai hanya mendapat dua emas dan satu perak. Ade menuturkan, ada sebagian peserta yang kurang percaya diri ketika menghadapi postur tubuh lawan yang besar. Ada juga peserta yang gugup karena kejuaraan ini adalah event internasional pertama mereka. Waktu istirahat yang diberikan memang cukup dan adaptasi dengan cuaca dan situasi juga cukup. Padahal setibanya di Swiss peserta disambut cuaca dingin bersuhu 14 derajat.
Direktur Pembinaan SMP Ditjen Pendidikan Dasar (Dikdas) Kemendikbud Didik Suhardi mengaku bangga dengan prestasi siswa-siswi SMP ini. Pasalnya di kejuaraan yang sama tahun lalu peserta hanya memboyong satu emas, satu perak dan satu perunggu. Dia mengatakan, prestasi yang luar biasa ini perlu diapresiasi karena mereka berhasil mengalahkan karateka hebat dari daratan eropa dan afrika yang pembinaanya jauh lebih bagus. Selain hadiah uang pemerintah juga memberikan beasiswa bagi mereka. "Prestasinya jauh lebih baik. Tahun depan akan kita persiapkan mereka lebih baik lagi agar medali yang diraih jauh lebih banyak," katanya saat menyambut kepulangan tim karateka Indonesia di Bandara Soekarno Hatta, kemarin.
Didik menjelaskan, Basel Open Master ialah kejuaraan reguler yang diadakan di Swiss yang dikelola World Karate Federation (WKF-Sportdata) pada 6-7 September lalu. Kejuaraan ini mempertandingkan 54 kelas untuk umur dibawah 12 tahun hingga diatas 17 tahun. Ada 745 peserta dari 20 negara yang mengikuti turnamen ini yakni Algeria, Azerbaijan, Belgia, Ceko, Denmark, Perancis, Jerman, Indonesia, Irak, Kosovo, Luxemburg, Maroko, Inggris, Portugal, Skotlandia, Slovakia, Spanyol, Swiss, Tunisia dan Turki. Indonesia sendiri mengikuti 11 kategori di partai kata dan kumite.
Made Krisnanta Gusta (SMP 1 Denpasar) berhasil membawa dua emas yakni satu di kata dan satu di kumite. Sedangkan peraih emas lainnya di partai kata ialah Alifa Milanisti (SMP 1 Girimarto, Wonogiri), Dina Sintia (SMP 1 Baleendah, Bandung) dan Dandi Satria Nugraha (SMP 13 Yogyakarta). Peraih emas di partai kumite ialah Rayani Safitri (SMP 6 Muara Teweh, Kalimantan Tengah). Sedangkan peraih medali perak oleh Muhammad Arsyal (SMP 7 Makassar) di partai kumite. Para peserta ini sebelumnya diseleksi dari olimpiade olahraga siswa nasional (O2SN) di Bogor Juni lalu. "Tim Indonesia dipuji oleh delegasi negara lain karena dianggap solid. Organizing Commitee pun memberikan trophy tambahan untuk mengapresiasi para pelajar tanah air ini," jelasnya.
Made Krisnanta Gusta mengaku sangat bangga dengan dua medali emas yang diraihnya terlebih ini adalah prestasi internasional pertamanya. Siswa kelas 2 SMP ini menjelaskan, sejak kelas 1 SD dia sudah latihan karate. Dia terpicu oleh kakaknya yang merupakan atlet karateka Bali Gede Rizki Gusti Sawisnu yang sering mengajaknya berlatih. Menurut dia, gerakan karate itu indah namun kuat. Dia terpesona dengan gerakan cepat karate yang melatih seluruh anggota badannya dan melatih kewaspadaanya agar tidak lumpuh diserang musuh. Oleh karena itupun dia menguasai tehnik kata yang menonjolkan seni gerakan cepat dan kuat dan kumite yang menantang kematangannya dalam menjatuhkan lawan.
Made menjadikan karate sebagai hobinya dan menjadi atlet karate nasional adalah cita-citanya. Dalam sehari dia berlatih tiga jam sehari disela-sela belajar di sekolah. Siswa bertubuh jenjang ini juga menyukai karate karena menurut dia akan membawanya ke sekolah-sekolah terbaik di Indonesia. "Prestasi saya dibidang akademik masih rata-rata. Jika saya berprestasi di karate saya yakin pemerintah akan menyekolahkan saya di sekolah terbaik. Tentunya prestasi ini akan membuat bangga orang tua, sekolah, Bali dan negara saya," ucapnya.
Pelatih Delegasi Indonesia dari PB Federasi Karate-do Indonesia (Forki) Ade Indrasetiadi menjelaskan, pertandingan di kategori kata sudah optimal karena dari lima partai yang diikuti empat siswa menduduki juara satu. Sedangkan untuk kategori kumite belum optimal karena dari enam partai hanya mendapat dua emas dan satu perak. Ade menuturkan, ada sebagian peserta yang kurang percaya diri ketika menghadapi postur tubuh lawan yang besar. Ada juga peserta yang gugup karena kejuaraan ini adalah event internasional pertama mereka. Waktu istirahat yang diberikan memang cukup dan adaptasi dengan cuaca dan situasi juga cukup. Padahal setibanya di Swiss peserta disambut cuaca dingin bersuhu 14 derajat.
(wbs)