Rivalitas Aji Santoso, Thailand, dan Kiatisuk
A
A
A
INCHEON - Bentrok Tim Nasional Indonesia U-23 (Timnas U-23) kontra Thailand tidak lah asing bagi pelatih, Aji Santoso. Pelatih berusia 43 tahun itu punya pengalaman sendiri soal rivalitasnya dengan Thailand. Apa penuturan Aji soal Thailand yang saat ini dilatih Kiatisuk Senamuang?
Sukses Indonesia menembus babak 16 Besar Asian Games 2014 sejak 28 tahun silam, tidak lepas dari tangan dingin Aji. Didaulat sebagai suksesor Rahmad ''RD'' Darmawan sebagai pelatih Garuda Muda selepas SEA Games 2013 Myanmar, tidak banyak yang yakin pelatih asal Malang tersebut bisa membawa Ramdani Lestaluhu dkk tampil secemerlang di dua laga awal Grup E.
Apalagi, Aji sempat menorehkan noda buruk saat ditunjuk PSSI sebagai caretaker Timnas senior menggantikan Wim Rijsbergen di laga terakhir Pra Piala Dunia (PPD) 2014 Grup E, 29 Februari 2012. Timnas senior yang ditukanginya dibantai Bahrain, 0-10. Hasil itu menjadi rekor kekalahan terbesar Indonesia sepanjang sejarah dengan mematahkan rekor sebelumnya, tumbang, 0-9, dari Denmark pada 1974 silam.
Tapi bukan tanpa sebab tim yang ditukangi Aji mencatatkan hasil paling buruk sepanjang sejarah persepakbolaan Indonesia di kancah internasional. Karena saat itu, dualisme yang menimpa PSSI membuat Aji kesulitan mengumpulkan pemain-pemain terbaik. Aji hanya bisa memperkuat timnya dengan diisi pemain-pemain yang berlaga di kompetisi Indonesia Premier League (IPL).
Tapi semua cerita minor itu tidak membuat Aji kecut. Dirinya siap menularkan berbagai prestasi semasa aktif berseragam kebanggaan Merah Putih pada periode 1990-an . Seperti meraih medali emas SEA Games 1991 yang sampai sekarang belum terpatahkan, perunggu SEA Games 1993, perak SEA Games 1997, terakhir perunggu di SEA Games 1999.
Thailand pun bukan lawan asing bagi Aji. Mungkin sudah puluhan kali dirinya bersua salah satu kekuatan sepak bola Asia Tenggara itu diberbagai ajang internasional saat masih aktif bermain. Menariknya, Pelatih Thailand U-23, Kiatisuk Senamuang, bisa dibilang jadi rivalnya setiap kali kedua negara tersebut bersua.
''Dia sosok yang baik saat di dalam maupun di luar lapangan. Saya dulu sering kali mengawalnya yang memang saat bermain dia berposisi sebagai striker sementara saya pemain belakang. Sebagai pelatih, kami juga sudah bertemu di SEA Games 2013 lalu,''ungkap Aji kepada KORAN SINDO, kemarin.
Jika di SEA Games 2013 lalu dua kali timnya dipecundangi anak asuh Kiatisuk, untuk pertemuan kali ini dirinya mengaku tidak mau lagi hal serupa menimpa tim besutannya. Walau sama-sama sudah memastikan tempat di babak 16 besar Asian Games 2014, Aji bertekad, memperbaiki rekor pertemuannya dengan Kiatisuk saat sama-sama ada di balik layar.
Sukses Indonesia menembus babak 16 Besar Asian Games 2014 sejak 28 tahun silam, tidak lepas dari tangan dingin Aji. Didaulat sebagai suksesor Rahmad ''RD'' Darmawan sebagai pelatih Garuda Muda selepas SEA Games 2013 Myanmar, tidak banyak yang yakin pelatih asal Malang tersebut bisa membawa Ramdani Lestaluhu dkk tampil secemerlang di dua laga awal Grup E.
Apalagi, Aji sempat menorehkan noda buruk saat ditunjuk PSSI sebagai caretaker Timnas senior menggantikan Wim Rijsbergen di laga terakhir Pra Piala Dunia (PPD) 2014 Grup E, 29 Februari 2012. Timnas senior yang ditukanginya dibantai Bahrain, 0-10. Hasil itu menjadi rekor kekalahan terbesar Indonesia sepanjang sejarah dengan mematahkan rekor sebelumnya, tumbang, 0-9, dari Denmark pada 1974 silam.
Tapi bukan tanpa sebab tim yang ditukangi Aji mencatatkan hasil paling buruk sepanjang sejarah persepakbolaan Indonesia di kancah internasional. Karena saat itu, dualisme yang menimpa PSSI membuat Aji kesulitan mengumpulkan pemain-pemain terbaik. Aji hanya bisa memperkuat timnya dengan diisi pemain-pemain yang berlaga di kompetisi Indonesia Premier League (IPL).
Tapi semua cerita minor itu tidak membuat Aji kecut. Dirinya siap menularkan berbagai prestasi semasa aktif berseragam kebanggaan Merah Putih pada periode 1990-an . Seperti meraih medali emas SEA Games 1991 yang sampai sekarang belum terpatahkan, perunggu SEA Games 1993, perak SEA Games 1997, terakhir perunggu di SEA Games 1999.
Thailand pun bukan lawan asing bagi Aji. Mungkin sudah puluhan kali dirinya bersua salah satu kekuatan sepak bola Asia Tenggara itu diberbagai ajang internasional saat masih aktif bermain. Menariknya, Pelatih Thailand U-23, Kiatisuk Senamuang, bisa dibilang jadi rivalnya setiap kali kedua negara tersebut bersua.
''Dia sosok yang baik saat di dalam maupun di luar lapangan. Saya dulu sering kali mengawalnya yang memang saat bermain dia berposisi sebagai striker sementara saya pemain belakang. Sebagai pelatih, kami juga sudah bertemu di SEA Games 2013 lalu,''ungkap Aji kepada KORAN SINDO, kemarin.
Jika di SEA Games 2013 lalu dua kali timnya dipecundangi anak asuh Kiatisuk, untuk pertemuan kali ini dirinya mengaku tidak mau lagi hal serupa menimpa tim besutannya. Walau sama-sama sudah memastikan tempat di babak 16 besar Asian Games 2014, Aji bertekad, memperbaiki rekor pertemuannya dengan Kiatisuk saat sama-sama ada di balik layar.
(aww)