OCA Dukung Qatar
A
A
A
INCHEON - Presiden Dewan Olimpiade Asia (OCA) Sheikh Ahmad Al Fahad Al Sabah mendukung penuh Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2002. Ia berkeyakinan bahwa tudingan adanya penyuapan tak lebih dari tindakan rasis.
Sheikh Ahmad berkeyakinan jika terpilihnya Qatar berjalan secara adil dan ia menginginkan semua komunitas olahraga di Asia bersatu untuk melawan tindakan yang menyudutkan Qatar. Ia ingin negeri teluk tetap dipercaya untuk menggelar pesta sepakbola dunia itu.
Soal berita suap ini bukan hal baru. Berita ini sudah marak diberitakan beberapa bulan lalu setelah kali pertama diangkat oleh media Inggris, Sunday Times. Dalam pemberitaannya, disebutkan jika mantan Komite Eksekutif FIFA mendapatkan gelontoran dana dari Presiden Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) Mohamed Bin Hammam sebesar USD 5 Juta (Rp 61 Miliar) untuk menjadikan Qatar sebagai tuan rumah.
Adanya kabar itu langsung membuat FIFA menunjuk Michael Garcia yang merupakan Jaksa di Pengadilan Federal AS untuk melakukan penyelidikan. Tapi, sampai saat ini Garcia belum membeberkan hasil penemuannya tersebut.
"Saya pikir Qatar telah melakukan penawaran dengan fair dan melalui prosedur FIFA. Kami tidak mau membatalkan Piala Dunia di Qatar itu hanya karena pemberitaan negatif di media," ungkapnya dilansir insidethegame, Senin (6/10).
"Kami akan melawan terus sampai akhir dan akan berjuang untuk mendapatkan hak Qatar sebagai tuan rumah. Karena ini semua terkait dengan tindakan rasis. Rata-rata pemberitaan berbau rasis. Kami untuk menang untuk pertama kali, kami bisa memenangkannya untuk kedua kali. Kami menang melawan Amerika dan London. Kami tidak akan menyerahkan hak kami buat siapapun dengan alasan apapun. Asia akan ambil alih, semua Asia akan mengambil posisi, bukan hanya Qatar," lanjut Sheikh Ahmad.
Presiden FIFA Sepp Blatter sendiri sempat membuat blunder saat mengatakan jika pemilihan Qatar sebagai sebuah kesalahan. Namun ia mengatakan hal tersebut karena alasan teknis, yakni soal cuaca panas yang akan dialami peserta dan penonton.
Blatter tidak mempunyai rencana untuk melakukan pemungutan suara ulang. Qatar tetap menjadi tuan rumah sekaligus menepis kabar jika Australia, Jepang, Korsel, dan AS siap menjadi negara pengganti. Kabar ini masih simpang siur, mengingat anggota Komite Eksekutif FIFA asal Jerman, Theo Zwanziger menegaskan jika Qatar bukan tuan rumah Piala Dunia 2002.
Sheikh Ahmad berkeyakinan jika terpilihnya Qatar berjalan secara adil dan ia menginginkan semua komunitas olahraga di Asia bersatu untuk melawan tindakan yang menyudutkan Qatar. Ia ingin negeri teluk tetap dipercaya untuk menggelar pesta sepakbola dunia itu.
Soal berita suap ini bukan hal baru. Berita ini sudah marak diberitakan beberapa bulan lalu setelah kali pertama diangkat oleh media Inggris, Sunday Times. Dalam pemberitaannya, disebutkan jika mantan Komite Eksekutif FIFA mendapatkan gelontoran dana dari Presiden Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) Mohamed Bin Hammam sebesar USD 5 Juta (Rp 61 Miliar) untuk menjadikan Qatar sebagai tuan rumah.
Adanya kabar itu langsung membuat FIFA menunjuk Michael Garcia yang merupakan Jaksa di Pengadilan Federal AS untuk melakukan penyelidikan. Tapi, sampai saat ini Garcia belum membeberkan hasil penemuannya tersebut.
"Saya pikir Qatar telah melakukan penawaran dengan fair dan melalui prosedur FIFA. Kami tidak mau membatalkan Piala Dunia di Qatar itu hanya karena pemberitaan negatif di media," ungkapnya dilansir insidethegame, Senin (6/10).
"Kami akan melawan terus sampai akhir dan akan berjuang untuk mendapatkan hak Qatar sebagai tuan rumah. Karena ini semua terkait dengan tindakan rasis. Rata-rata pemberitaan berbau rasis. Kami untuk menang untuk pertama kali, kami bisa memenangkannya untuk kedua kali. Kami menang melawan Amerika dan London. Kami tidak akan menyerahkan hak kami buat siapapun dengan alasan apapun. Asia akan ambil alih, semua Asia akan mengambil posisi, bukan hanya Qatar," lanjut Sheikh Ahmad.
Presiden FIFA Sepp Blatter sendiri sempat membuat blunder saat mengatakan jika pemilihan Qatar sebagai sebuah kesalahan. Namun ia mengatakan hal tersebut karena alasan teknis, yakni soal cuaca panas yang akan dialami peserta dan penonton.
Blatter tidak mempunyai rencana untuk melakukan pemungutan suara ulang. Qatar tetap menjadi tuan rumah sekaligus menepis kabar jika Australia, Jepang, Korsel, dan AS siap menjadi negara pengganti. Kabar ini masih simpang siur, mengingat anggota Komite Eksekutif FIFA asal Jerman, Theo Zwanziger menegaskan jika Qatar bukan tuan rumah Piala Dunia 2002.
(bbk)