Korupsi goyang tuan rumah

Jum'at, 22 Juni 2012 - 11:21 WIB
Korupsi goyang tuan...
Korupsi goyang tuan rumah
A A A
Sindonews.com - Ukraina sebagai tuan rumah Piala Eropa 2012 itu sepertinya tidak pernah lepas dari skandal dan kontroversi. Setelah sebelumnya diterpa isu rasisme, kini salah satu tuan rumah juga dituding melakukan korupsi, lantaran adanya dugaan mark-up pada penyedian fasilitas Piala Eropa 2012.

Dugaan terjadinya korupsi itu lantaran banyak mark-up yang dilakukan pihak penyelenggara. Disinyalir ada penyelewengan dana mulai dari bidding, pembangunan stadion, dan penyediaan fasilitas yang bila ditotal mencapai USD4 miliar. Lebih mengejutkan, skandal ini turut melibatkan sejumlah anggota pemerintahan.

Kasus ini mencuat setelah adanya laporan dari Rebecca Harms. Pemimpin faksi hijau (green) dari Parlemen Eropa itu membeberkan telah terjadi manipulasi dalam penyelenggaraan Piala Eropa tahun ini. Dia bahkan meminta agar UEFA melakukan penyelidikan untuk mengetahui kebenaran masalah ini.

“Saya akan menghadap UEFA untuk memerkarakan masalah ini. Saya juga akan membahasnya dalam sidang parlemen. Saya hanya ingin tahu ke mana uang haram itu mengalir.Yang pasti, UEFA harus bertanggung jawab,” ujar Harms, dikutip Guardian.
Kecurigaan Harms muncul lantaran ada beberapa kebijakan aneh dari pihak penyelenggara, di antaranya penyerahan tender pada 2010. Proyek pembangunan stadion, jalan, dan infrastruktur tidak dikerjakan kontraktor resmi yang direkomendasikan. Proyek itu justru dikerjakan perusahaan tidak jelas.

Harms tak menyalahkan jika pemerintah Ukraina bermaksud melakukan pembenahan besar-besaran agar mendapat pujian dari masyarakat internasional, seperti membangun dan merenovasi empat stadion yang digunakan untuk menggelar pertandingan. Lalu, merenovasi bandara di empat kota penyelenggara, yakni Kiev, Lviv, Donetsk, dan Kharkiv. Kemudian, memperbaiki jalan protokol sepanjang 1.600 km, mengimpor kereta cepat dari Korea Selatan sebagai transportasi para pengunjung antarvenue yang harganya cukup mahal.

Aakan tetapi, tidak diketahui detail berapa jumlah uang yang dikeluarkan proyek itu. Bahkan, terdapat perbedaan nominal antara anggaran dari versi media dan versi Borys Kolesnikop selaku Deputi Perdana Menteri Ukraina. Pejabat yang memimpin proyek persiapan Piala Eropa itu mengatakan, total dana mencapai USD5 miliar, termasuk USD800 juta untuk renovasi stadion. Namun, menurut sejumlah media setempat, jumlahnya mencapai USD10 miliar. Itu lebih tinggi USD2,5 miliar dari anggaran yang diajukan pada UEFA.

Pemerintah pusat Ukraina mencoba menjernihkan masalah itu dengan memberikan penjelasan. Sekretaris Menteri Olahraga Ukraina Ostap Semerak memaparkan terdapat perubahan anggaran setelah rezim Yulia Tymoshenko runtuh. Jumlahnya sesuai dengan keterangan Kolesnikop, tidak seperti yang dikeluarkan media.

Semerak juga menegaskan, Tymoshenko ingin agar biaya mayoritas persiapan Piala Eropa 2012 ditanggung pihak swasta. Namun, setelah Viktor Yanukovych memenangkan pemilu pada 2010, ide itu ditinggalkan. Jadi, pemerintah yang menanggung biaya hingga 80 persen, sedangkan sisanya dari pihak swasta. Namun, itu belum menjelaskan soal pembatalan sejumlah tender secara sepihak.

Kemudian, mengenai alasan Kolesnikop memberi kekuasaan pada kontraktor yang namanya tidak tercantum dalam proposal bidding yang diserahkan pada UEFA. Terlebih, penjelasan yang dikeluarkan tidak relevan. Kolesnikop berkilah langkah itu diambil lantaran Ukraina sudah mendapat peringatan dari UEFA. Maklum, pada April 2010, organisasi yang dipimpin Michel Platini itu berniat memindahkan lokasi Piala Eropa 2012 ke negara lain akibat lambatnya proses persiapan di Ukraina. Ancaman dari Platini itu tak lepas dari stadion yang belum jadi atau molor dari jadwal akibat krisis yang melanda Ukraina.

Pernyataan itu didukung Semerak. Dia menambahkan, pembatalan tender perlu dilakukan. Sebab, kontraktor yang mendapat ”order”saat itu adalah perusahaan yang ditunjuk Yanukovych baik secara langsung maupun tidak. Perusahaan itu dicurigai punya kesepakatan ”korupsi” dengan Yanukovych.

“Rencana kerjanya cukup sederhana. Pihak penyelenggara dan kontraktor yang dipilih sepakat untuk menanggung biaya bersamaan. Pihak kontraktor juga sepakat menalangi dulu bila ada pembengkakan pengeluaran. Setelah itu, pemerintah akan melunasinya melalui cara transfer,” tutur Semerak.

Meski begitu, penjelasan Kolesnikop dan Semerak bertolak belakang dengan keterangan Mark Rachkevych. Reporter Kyiv Post yang fokus menyelidiki adanya korupsi pada Piala Eropa 2012 itu mengatakan, terjadi banyak penggelembungan dana, khususnya dalam renovasi dan pembangunan stadion.

Rachkevych menyatakan, biaya perbaikan stadion lebih besar dibandingkan stadion lain di Eropa yang ukurannya sama. “Piala Eropa 2012 menjadi kesempatan bagi (Ukraina) untuk melengkapi infrastruktur dengan melibatkan perusahaan swasta. Tapi, pemerintah memutuskan melakukannya sendiri,” ujarnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1544 seconds (0.1#10.140)