PSIS-PSS Bisa Dibubarkan
A
A
A
JAKARTA - Tindakan para pemain PSS Sleman dan PSIS Semarang di leg kedua babak 8 besar Divisi Utama 2014, Minggu (26/10), telah menghina sepak bola. Kedua tim dan elemen yang terlibat dalam laga yang berakhir 3-2 itu dinilai pantas mendapat hukuman berat.
Jika terbukti sengaja melakukan pengaturan skor, klub, pemain, dan ofisial tim bisa mendapat sanksi berat. Untuk klub, jika bisa dibuktikan sengaja mengatur hasil pertandingan, bisa dibubarkan. Sementara pemain yang terlibat bisa dikenakan sanksi larangan bermain seumur hidup.
PSSI sudah menginstruksikan Komisi Disiplin (Komdis) untuk menginvestigasi laga memalukan itu. Apalagi, beberapa indikasi muncul setelah kejadian tidak biasa itu terjadi, mulai dari adanya dugaan pengaturan skor sampai skenario berusaha menghindari lawan "kuat" di babak semifinal Divisi Utama 2014.
PSS dan PSIS disinyalir sama-sama menghindari status pemuncak Grup 1 agar tidak bertemu Borneo FC yang menjadi runner-up Grup 2. Mereka menghindari tim polesan Iwan Setiawan karena dikabarkan menjadi kandidat juara Divisi Utama 2014. Artinya, tim yang bertemu Borneo FC bisa jadi tersingkir dini karena gagal ke final sekaligus menutup peluang promosi ke ISL 2015. Sebab, musim depan hanya ada dua tim yang berhak promosi ke kasta tertinggi.
"Dari kami ini merupakan pelanggaran kaidah fair-play. Karena itu, kami tindak lanjuti kejadian ini. Besok (hari ini), PSSI akan menggelar sidang Komisi Disiplin untuk menindaklanjuti. Nanti kami limpahkan kepada Komdis (Komisi Disiplin) untuk menyelidiki kedua kesebelasan," ungkap Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI Joko Driyono, kemarin.
Jokdri, sapaan Joko Driyono, tidak menampik jika ada berbagai indikasi, termasuk pengaturan skor di pertandingan itu."Sanksinya bisa bermacam-macam bentuknya. Sesuai dengan regulasi yang berlaku. Bisa diskualifikasi dan skorsing kepada pihakpihak yang terlibat jika terbukti nantinya," ungkap pria yang juga menjabat CEO PT Liga Indonesia (Liga) tersebut.
Ketua Komdis PSSI Hinca Panjaitan tidak mau berkomentar banyak terkait insiden di Stadion Sasana Krida, Kompleks Akademi Angkatan Udara (AAU), Yogyakarta. Dia cuma mengatakan, Komdis akan menggelar rapat untuk menindaklanjuti kejadian memalukan tersebut.
Hanya, kepada wartawan, Hinca pernah menyatakan ada perintah FIFA sesuai hasil kongres agar masing-masing anggota membentuk Departemen Integritas yang bertugas memantau hasil pertandingan. Pihak yang terlibat pengaturan skor akan dikenai sanksi tegas.
"Untuk perorangan yang terlibat diberi sanksi larangan beraktivitas di sepak bola seumur hidup, sementara bagi klub akan dibubarkan," kata Hinca, Ketua Departemen Integritas PSSI, Senin (20/10).
Jika PSSI dan Hinca konsisten, sanksi tegas sangat jelas harus dilakukan PSSI selaku organisasi tertinggi sepak bola Indonesia. Karena, laga tidak normal yang dilakukan PSS dan PSIS telah mencoreng muka sepak bola Tanah Air itu sendiri.
Kejadian bermula setelah laga berjalan 80 menit ke atas. Tepat pada menit ke-86, PSS lebih dulu membobol gawangnya sendiri lewat Hermawan Putra Jati. Tidak cukup di situ, PSS kembali melakukan aksi serupa dua menit berselang lewat Agus Setyawan. Kedua gol itu membuat PSS tertinggal dua gol dari Maesa Jenar, julukan PSIS.
Melihat tindakan itu, PSIS rupanya melakukan inisiatif serupa. Semenit berselang, pemain PSIS menceploskan bola ke gawangnya sendiri. Dimulai Fadli Manan pada menit ke-89. Tidak sampai di situ, Komaedi, pemain PSIS lainnya, kembali melakukan hal serupa sebanyak dua kali yang masing-masing hanya berselang semenit.
Malahan ada satu momen "gila" terjadi. Contohnya, ketika apa yang dilakukan penyerang PSIS Saptono ketika berada di depan gawang PSS yang kosong tak terjaga. Saptono yang bertugas sebagai ujung tombak malah tidak bermaksud mencetak gol, tapi justru mengamankan gawang PSS yang hendak diserang pemainnya sendiri.
Decky irawan jasri
Jika terbukti sengaja melakukan pengaturan skor, klub, pemain, dan ofisial tim bisa mendapat sanksi berat. Untuk klub, jika bisa dibuktikan sengaja mengatur hasil pertandingan, bisa dibubarkan. Sementara pemain yang terlibat bisa dikenakan sanksi larangan bermain seumur hidup.
PSSI sudah menginstruksikan Komisi Disiplin (Komdis) untuk menginvestigasi laga memalukan itu. Apalagi, beberapa indikasi muncul setelah kejadian tidak biasa itu terjadi, mulai dari adanya dugaan pengaturan skor sampai skenario berusaha menghindari lawan "kuat" di babak semifinal Divisi Utama 2014.
PSS dan PSIS disinyalir sama-sama menghindari status pemuncak Grup 1 agar tidak bertemu Borneo FC yang menjadi runner-up Grup 2. Mereka menghindari tim polesan Iwan Setiawan karena dikabarkan menjadi kandidat juara Divisi Utama 2014. Artinya, tim yang bertemu Borneo FC bisa jadi tersingkir dini karena gagal ke final sekaligus menutup peluang promosi ke ISL 2015. Sebab, musim depan hanya ada dua tim yang berhak promosi ke kasta tertinggi.
"Dari kami ini merupakan pelanggaran kaidah fair-play. Karena itu, kami tindak lanjuti kejadian ini. Besok (hari ini), PSSI akan menggelar sidang Komisi Disiplin untuk menindaklanjuti. Nanti kami limpahkan kepada Komdis (Komisi Disiplin) untuk menyelidiki kedua kesebelasan," ungkap Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI Joko Driyono, kemarin.
Jokdri, sapaan Joko Driyono, tidak menampik jika ada berbagai indikasi, termasuk pengaturan skor di pertandingan itu."Sanksinya bisa bermacam-macam bentuknya. Sesuai dengan regulasi yang berlaku. Bisa diskualifikasi dan skorsing kepada pihakpihak yang terlibat jika terbukti nantinya," ungkap pria yang juga menjabat CEO PT Liga Indonesia (Liga) tersebut.
Ketua Komdis PSSI Hinca Panjaitan tidak mau berkomentar banyak terkait insiden di Stadion Sasana Krida, Kompleks Akademi Angkatan Udara (AAU), Yogyakarta. Dia cuma mengatakan, Komdis akan menggelar rapat untuk menindaklanjuti kejadian memalukan tersebut.
Hanya, kepada wartawan, Hinca pernah menyatakan ada perintah FIFA sesuai hasil kongres agar masing-masing anggota membentuk Departemen Integritas yang bertugas memantau hasil pertandingan. Pihak yang terlibat pengaturan skor akan dikenai sanksi tegas.
"Untuk perorangan yang terlibat diberi sanksi larangan beraktivitas di sepak bola seumur hidup, sementara bagi klub akan dibubarkan," kata Hinca, Ketua Departemen Integritas PSSI, Senin (20/10).
Jika PSSI dan Hinca konsisten, sanksi tegas sangat jelas harus dilakukan PSSI selaku organisasi tertinggi sepak bola Indonesia. Karena, laga tidak normal yang dilakukan PSS dan PSIS telah mencoreng muka sepak bola Tanah Air itu sendiri.
Kejadian bermula setelah laga berjalan 80 menit ke atas. Tepat pada menit ke-86, PSS lebih dulu membobol gawangnya sendiri lewat Hermawan Putra Jati. Tidak cukup di situ, PSS kembali melakukan aksi serupa dua menit berselang lewat Agus Setyawan. Kedua gol itu membuat PSS tertinggal dua gol dari Maesa Jenar, julukan PSIS.
Melihat tindakan itu, PSIS rupanya melakukan inisiatif serupa. Semenit berselang, pemain PSIS menceploskan bola ke gawangnya sendiri. Dimulai Fadli Manan pada menit ke-89. Tidak sampai di situ, Komaedi, pemain PSIS lainnya, kembali melakukan hal serupa sebanyak dua kali yang masing-masing hanya berselang semenit.
Malahan ada satu momen "gila" terjadi. Contohnya, ketika apa yang dilakukan penyerang PSIS Saptono ketika berada di depan gawang PSS yang kosong tak terjaga. Saptono yang bertugas sebagai ujung tombak malah tidak bermaksud mencetak gol, tapi justru mengamankan gawang PSS yang hendak diserang pemainnya sendiri.
Decky irawan jasri
(bbg)