Siap Diinvestigasi agar Tak Dicurigai
A
A
A
Pusamania Borneo FC atau yang lebih dikenal dengan Borneo FC seolah jadi buah bibir dalam beberapa hari terakhir. "Kekuatan" klub asal Kalimantan itu membuat PSS Sleman dan PSIS Semarang dikabarkan berusaha menghindari Borneo FC di babak semifinal Divisi Utama 2014.
Sejarah Borneo FC bisa dibilang klub kemarin sore. Mereka baru berdiri pada 2014. Mereka didirikan barisan kelompok suporter yang menamakan Pusamania. Tepatnya Maret 2014, mereka mengakuisisi klub Divisi Utama Perseba Bangkalan. Setelah diakuisisi, Perseba resmi berganti nama mendani Pusamania Borneo FC.
Dari informasi yang dikumpulkan KORAN SINDO, Borneo FC mengeluarkan dana sebesar Rp3 miliar untuk membeli Perseba. Borneo FC yang memiliki modal besar dan ditopang pengusaha Samarinda, Said Alim, menggelontorkan dana fantastis untuk ukuran klub Divisi Utama. Demi menopang tim, kabarnya, anggaran sampai Rp15 miliar dikucurkan.
Dengan dana sebesar itu, Borneo FC mendatangkan pemain-pemain berlabel Kompetisi Indonesia Super League (ISL). Sebut saja Usep Munandar dan Rachmat Latif (belakang), Danilo Fernando dan I Wayan Gangga Mudana (gelandang). Untuk urusan merobek gawang lawan ada nama beken seperti Fernando Soler dan Ahmad Amiruddin.
"Kami ini mantan-mantan orang yang kecewa dengan pengurus Persisam Putra (Pusam Samarinda). Kami kecewa kepada mereka dan bertekad memiliki tim yang lebih hebat dan bagus dari mereka. Itu motivasi kami membentuk Borneo FC," ungkap Manajer Borneo FC Tommy, kepada KORAN SINDO, kemarin.
Dikait-kaitkannya dengan kasus "sepak bola gaja" yang dilakukan PSS dan PSIS, Tommy mengaku tidak habis pikir dengan hal itu. Apalagi, menurutnya, Borneo FC bukan klub yang selalu menang di setiap pertandingan Divisi Utama.
Sejak tampil di kompetisi level dua Indonesia itu, Borneo FC sempat mengalami enam kali kekalahan. Borneo FC tumbang 0-2 di kandang Persida Sidoarjo, ditekuk PSMP Mojokerto dengan skor yang sama. Lalu ditekuk tuan rumah Martapura FC 1-2, kandas 0-2 di kandang Persiwa Wamena.
Di dua laga terakhir babak 8 besar Divisi Utama sebelum menjamu Persis Solo yang akhirnya dijadwal ulang, Borneo FC menelan dua kali kekalahan, yaitu tumbang 2-3 di kandang Martapura FC, lalu kalah tipis 1-2 di kandang PSCS Cilacap.
"Kami terbuka (jika ingin diinvestigasi), silakan saja. Kami semakin senang karena kami tidak ingin ada yang curiga dengan kami. Kami terbuka saja, tidak ada masalah. Jadi, ke depan, jangan ada tim yang bagus secara finansial, infrastruktur tapi dicurigai," papar Tommy.
Justru, lanjut Tommy, yang dicurigai itu adalah tim yang empotempotan. "Mereka yang tidak kuat secara finansial atau apa pun sehingga sering mengganggu jalannya kompetisi. Mereka kadang melakukan walk out (WO). Itu yang malah mengganggu, iya kan?" pungkasnya.
DECKY IRAWAN JASRI
Sejarah Borneo FC bisa dibilang klub kemarin sore. Mereka baru berdiri pada 2014. Mereka didirikan barisan kelompok suporter yang menamakan Pusamania. Tepatnya Maret 2014, mereka mengakuisisi klub Divisi Utama Perseba Bangkalan. Setelah diakuisisi, Perseba resmi berganti nama mendani Pusamania Borneo FC.
Dari informasi yang dikumpulkan KORAN SINDO, Borneo FC mengeluarkan dana sebesar Rp3 miliar untuk membeli Perseba. Borneo FC yang memiliki modal besar dan ditopang pengusaha Samarinda, Said Alim, menggelontorkan dana fantastis untuk ukuran klub Divisi Utama. Demi menopang tim, kabarnya, anggaran sampai Rp15 miliar dikucurkan.
Dengan dana sebesar itu, Borneo FC mendatangkan pemain-pemain berlabel Kompetisi Indonesia Super League (ISL). Sebut saja Usep Munandar dan Rachmat Latif (belakang), Danilo Fernando dan I Wayan Gangga Mudana (gelandang). Untuk urusan merobek gawang lawan ada nama beken seperti Fernando Soler dan Ahmad Amiruddin.
"Kami ini mantan-mantan orang yang kecewa dengan pengurus Persisam Putra (Pusam Samarinda). Kami kecewa kepada mereka dan bertekad memiliki tim yang lebih hebat dan bagus dari mereka. Itu motivasi kami membentuk Borneo FC," ungkap Manajer Borneo FC Tommy, kepada KORAN SINDO, kemarin.
Dikait-kaitkannya dengan kasus "sepak bola gaja" yang dilakukan PSS dan PSIS, Tommy mengaku tidak habis pikir dengan hal itu. Apalagi, menurutnya, Borneo FC bukan klub yang selalu menang di setiap pertandingan Divisi Utama.
Sejak tampil di kompetisi level dua Indonesia itu, Borneo FC sempat mengalami enam kali kekalahan. Borneo FC tumbang 0-2 di kandang Persida Sidoarjo, ditekuk PSMP Mojokerto dengan skor yang sama. Lalu ditekuk tuan rumah Martapura FC 1-2, kandas 0-2 di kandang Persiwa Wamena.
Di dua laga terakhir babak 8 besar Divisi Utama sebelum menjamu Persis Solo yang akhirnya dijadwal ulang, Borneo FC menelan dua kali kekalahan, yaitu tumbang 2-3 di kandang Martapura FC, lalu kalah tipis 1-2 di kandang PSCS Cilacap.
"Kami terbuka (jika ingin diinvestigasi), silakan saja. Kami semakin senang karena kami tidak ingin ada yang curiga dengan kami. Kami terbuka saja, tidak ada masalah. Jadi, ke depan, jangan ada tim yang bagus secara finansial, infrastruktur tapi dicurigai," papar Tommy.
Justru, lanjut Tommy, yang dicurigai itu adalah tim yang empotempotan. "Mereka yang tidak kuat secara finansial atau apa pun sehingga sering mengganggu jalannya kompetisi. Mereka kadang melakukan walk out (WO). Itu yang malah mengganggu, iya kan?" pungkasnya.
DECKY IRAWAN JASRI
(bbg)