Para Gladiator di Semifinal ISL

Sabtu, 01 November 2014 - 14:36 WIB
Para Gladiator di Semifinal...
Para Gladiator di Semifinal ISL
A A A
PALEMBANG - Indonesia Super League (ISL) tinggal menyisakan empat tim yang bakal berseteru di Stadion Jakabaring, Palembang. Arema Cronus bakal berbenturan dengan Persib Bandung, sedangkan Persipura Jayapura bentrok dengan Pelita Bandung Raya.

Selama babak delapan besar lalu, hanya Persib Bandung yang mulus ke semifinal paling cepat. Sedangkan tiga semifinalis lainnya harus ditentukan hingga laga terakhir. Kecuali PBR yang menjadi kejutan, tim lainnya memang layak berada di fase ini.

Kinerja tim semifinalis tidak bisa dilepaskan dari peran pemain sebagai unit tunggal dalam tim. Menariknya, salah satu posisi paling krusial adalah gelandang bertahan. Semua tim yang lolos ke Palembang memiliki catatan menarik di posisi tersebut.

Pemain jangkar yang melakukan 'pekerjaan kotor' atau berorientasi pada pendekatan fisik, sangat menonjol dalam menjadi penyaring pertama gempuran lawan. Bak gladiator, benturan badan tidak bisa dihindarkan dan bahkan harus ditandu keluar untuk mendapat perawatan.

Beberapa gelandang bertahan menunjukkan bahwa mereka sangat dibutuhkan timnya di momen-momen penting, bahkan ketika pertahanan dalam posisi rawan. Siapa saja mereka, berikut ini ulasan tentang para 'gladiator' sepanjang babak delapan besar;

-Juan Revi + Gede Sukadana (Arema Cronus)

Arema Cronus memiliki dua gelandang bertahan dengan level yang sama dan secara bergantian dipercaya sebagai starter. Juan Revi dan Gede Sukadana tidak memiliki skill yang mencolok, karena memang bukan itu tugas keduanya. Keberanian dalam beradu fisik, mobilitas tinggi, serta disiplin pada posisi, sudah cukup menjadikan keduanya aset vital bagi Singo Edan. Selama delapan besar, Juan Revi mungkin kelihatan lebih menonjol jika melihat apa yang dilakukan saat Arema mengalahkan Persipura di Stadion Kanjuruhan. Revi lebih berorientasi pada permainan fisik yang sering terkesan membahayakan bagi dirinya sendiri. Selain bergantian sebagai starter, keduanya bisa dimainkan secara bersamaan dalam pola 4-3-1-2, seperti yang terlihat saat menghadapi Semen Padang. Arema beruntung memiliki pemain jangkar dengan tipikal mirip.

-Lim Jun Sik (Persipura Jayapura)


Sepanjang babak delapan besar, Persipura menelan dua kali kekalahan yakni lawan Arema Cronus di Malang dan kontra Semen Padang di Padang. Mutiara Hitam menelan dua kekalahan itu ketika tak memainkan Lim Jun Sik, defensive midfielder asal Korea Selatan. Saat itu Lim dikorbankan karena di tim sudah ada Yoo Jae Hoon, Bio Paulin dan Robertino Pugliara. Lalu angin berubah dan Lim kembali mendapat kepercayaan setelah tim diambilalih asisten pelatih Mettu Duaramury. Hasilnya positif, Persipura selalu menang di tiga laga terakhir delapan besar. Lim adalah tipikal petarung di lapangan tengah yang tak kenal kompromi. Kartu kuning bukan masalah bagi dia asalkan lawan tidak lewat. Kacaunya pertahanan Persipura sedikit tertutupi setelah performa pemain berambut kuning ini menanjak. Saat ini justru Bio Paulin yang harus menyingkir karena Lim dirasa lebih penting dalam mengamankan lini tengah Persipura.

-Taufik + Hariono (Persib Bandung)


Persib hampir sama dengan Arema. Tidak pernah ada posisi paten bagi pemain jangkar. Hariono yang selama ini identik dengan tugas 'angkut air' mulai tersaingi oleh Taufik, eks pemain Persebaya 1927. Di babak delapan besar, Taufik menjadi starter empat kali, sedangkan Hariono hanya dua kali. Jika membandingkan keduanya, Hariono mungkin terlihat lebih berkarakter gelandang bertahan. Suka menerjang lawan dan tidak khawatir menjadi sasaran kartu kuning. Namun Taufik yang bertubuh mungio ternyata juga bisa dibebani tugas itu, menopang dua gelandang serang Firman Utina dan Makan Konate. Apa pun strategi yang diturunkan Djadjang Nurdjaman, kedua pemain itu sama-sama optimal dan efektif dalam berduel dengan gelandang lawan.

-Risky Pellu (Pelita Bandung Raya)


Gelandang muda milik PBR ini layak digarisbawahi sebagai salah satu aset potensial bagi tim asuhan Dejan Antonic. Tidak terlihat kasar kala diposisikan sebagai jangkar, karena kemampuannya dalam mengambil bola dari lawan tergolong bersih. Rizky Pellu memang tak terlihat segarang Hariono atau Juan Revi, karena dia lebih efisien dalam melapis pertahanan di belakangnya. PBR menjadi tim dengan angka kebobolan paling sedikit di delapan besar (hanya empat gol), juga karena pengaruh pemain berambut kriwul ini. Stamina dan mental Rizky Pellu bakal benar-benar diuji saat timnya menghadapi Persipura Jayapura pada 4 November nanti.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1135 seconds (0.1#10.140)