Batasi Pemain Asing
A
A
A
JAKARTA - Keputusan mengejutkan diambil PSSI dan PT Liga Indonesia terkait kuota pemain asing di Indonesia. Keduanya memutuskan menghapus pemain asing di Divisi Utama dan menyisakan tiga legiun impor di Indonesia Super League (ISL) musim mendatang.
Mengejutkan karena ini menjadi salah satu keputusan besar yang diambil PSSI dan PT Liga Indonesia yang menjadi operator liga profesional. Selama ini keberadaan pemain asing memang menjadi kontroversi. Puncaknya adalah saat PSSI mengizinkan Divisi Utama (masih menjadi kompetisi tertinggi) memborong lima pemain asing sekaligus.
Keputusan itu menuai kritik luar biasa. Alasannya, dengan lima pemain asing dan bisa tampil bersamaan, artinya separuh kekuatan tim ditempati legiun impor. Peran pemain lokal pun menjadi terpinggirkan karena kalah bersaing. Kritik tersebut memaksa PSSI membuat aturan baru. Klub diizinkan mengontrak lima pemain asing, tapi hanya empat yang boleh turun bersamaan. Artinya, satu pemain di bangku cadangan dan baru masuk jika ada pemain asing ditarik keluar.
Perubahan kembali dilakukan saat PSSI membentuk ISL pada musim 2008/2009. Mereka memangkas kuota pemain asing menjadi empat boleh dari semua negara, tapi dengan regulasi yang berbeda untuk pemain dari Benua Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Eropa. Aturan itu kemudian direvisi pada musim 2013/2014. Masih dengan 4 pemain asing, tapi 1 pemain harus berasal dari Asia.
Peraturan ini kemudian sedikit diubah musim ini, hanya mengizinkan ada tiga pemain asing di lapangan. ”ISL dikurangi dari empat menjadi tiga pemain asing. Tiga Itu bebas dari negara mana saja. Sementara Divisi Utama 2015 tanpa pemain asing. Ini berlaku sampai beberapa musim dan akan ditindaklanjuti,” ungkap CEO PT Liga Joko Driyono.
PSSI mengatakan, peniadaan dan pengurangan kuota asing tidak sekadar memberikan kesempatan lebih banyak kepada pemain lokal, tapi membantu klub-klub, terutama peserta Divisi Utama lebih hemat dalam anggaran.
”Ada berbagai pertimbangan sebetulnya, kenapa kemarin PSSI akhirnya memutuskan kebijakan tersebut dalam rapat Exco. Salah satunya adalah banyaknya masalah konflik penunggakan gaji pemain yang tidak selesai-selesai antara klub dengan para pemain asing di Divisi Utama,” tutur anggota Exco yang mengetuai bidang kompetisi Erwin Budiawan. Regulasi baru ini menimbulkan reaksi dari klub. Manajer Persib Umuh Muchtar menegaskan mendukung keputusan PSSI.
Menurut dia, Maung Bandungtak ada masalah dengan pengurangan kuota pemain asing. ”Kami dari klub akan selalu siap dengan keputusan dari PT Liga atau PSSI. Apalagi, saya yakin ini demi kebaikan sepak bola Indonesia,” kata Umuh. Manajer Persip Pekalongan Aam Ikhwan khawatir gereget kompetisi akan menurun. Aam menuturkan, biasanya tim-tim yang di dalamnya ditempati pemain asing lebih mendapatkan nilai lebih dari penonton.
”Kalau menurut saya, ini tergantung menyikapinya. Dari sisi anggaran kalau tidak ada asing tentu mengurangi pengeluaran tim. Bagi Persip, akan lebih hebat sekitar Rp400 juta–500 juta, tapi jelas minat penonton akan sedikit berkurang. Di daerah biasanya kalau ada pemain asing menarik penonton di daerah tersebut,” papar Aam.
Decky irawan jasri
Mengejutkan karena ini menjadi salah satu keputusan besar yang diambil PSSI dan PT Liga Indonesia yang menjadi operator liga profesional. Selama ini keberadaan pemain asing memang menjadi kontroversi. Puncaknya adalah saat PSSI mengizinkan Divisi Utama (masih menjadi kompetisi tertinggi) memborong lima pemain asing sekaligus.
Keputusan itu menuai kritik luar biasa. Alasannya, dengan lima pemain asing dan bisa tampil bersamaan, artinya separuh kekuatan tim ditempati legiun impor. Peran pemain lokal pun menjadi terpinggirkan karena kalah bersaing. Kritik tersebut memaksa PSSI membuat aturan baru. Klub diizinkan mengontrak lima pemain asing, tapi hanya empat yang boleh turun bersamaan. Artinya, satu pemain di bangku cadangan dan baru masuk jika ada pemain asing ditarik keluar.
Perubahan kembali dilakukan saat PSSI membentuk ISL pada musim 2008/2009. Mereka memangkas kuota pemain asing menjadi empat boleh dari semua negara, tapi dengan regulasi yang berbeda untuk pemain dari Benua Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Eropa. Aturan itu kemudian direvisi pada musim 2013/2014. Masih dengan 4 pemain asing, tapi 1 pemain harus berasal dari Asia.
Peraturan ini kemudian sedikit diubah musim ini, hanya mengizinkan ada tiga pemain asing di lapangan. ”ISL dikurangi dari empat menjadi tiga pemain asing. Tiga Itu bebas dari negara mana saja. Sementara Divisi Utama 2015 tanpa pemain asing. Ini berlaku sampai beberapa musim dan akan ditindaklanjuti,” ungkap CEO PT Liga Joko Driyono.
PSSI mengatakan, peniadaan dan pengurangan kuota asing tidak sekadar memberikan kesempatan lebih banyak kepada pemain lokal, tapi membantu klub-klub, terutama peserta Divisi Utama lebih hemat dalam anggaran.
”Ada berbagai pertimbangan sebetulnya, kenapa kemarin PSSI akhirnya memutuskan kebijakan tersebut dalam rapat Exco. Salah satunya adalah banyaknya masalah konflik penunggakan gaji pemain yang tidak selesai-selesai antara klub dengan para pemain asing di Divisi Utama,” tutur anggota Exco yang mengetuai bidang kompetisi Erwin Budiawan. Regulasi baru ini menimbulkan reaksi dari klub. Manajer Persib Umuh Muchtar menegaskan mendukung keputusan PSSI.
Menurut dia, Maung Bandungtak ada masalah dengan pengurangan kuota pemain asing. ”Kami dari klub akan selalu siap dengan keputusan dari PT Liga atau PSSI. Apalagi, saya yakin ini demi kebaikan sepak bola Indonesia,” kata Umuh. Manajer Persip Pekalongan Aam Ikhwan khawatir gereget kompetisi akan menurun. Aam menuturkan, biasanya tim-tim yang di dalamnya ditempati pemain asing lebih mendapatkan nilai lebih dari penonton.
”Kalau menurut saya, ini tergantung menyikapinya. Dari sisi anggaran kalau tidak ada asing tentu mengurangi pengeluaran tim. Bagi Persip, akan lebih hebat sekitar Rp400 juta–500 juta, tapi jelas minat penonton akan sedikit berkurang. Di daerah biasanya kalau ada pemain asing menarik penonton di daerah tersebut,” papar Aam.
Decky irawan jasri
(ars)