Laga Puncak Dua Kutub Sepak Bola

Jum'at, 07 November 2014 - 11:08 WIB
Laga Puncak Dua Kutub Sepak Bola
Laga Puncak Dua Kutub Sepak Bola
A A A
PALEMBANG - Final ideal Indonesia Super League (ISL) 2014 tersaji di Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, nanti malam. Dua sumbu kekuatan sepak bola Indonesia saling bertarung memperebutkan supremasi tim terbaik di negeri ini.

Persib Bandung sebagai representasi tim perserikatan akan ditantang Persipura Jayapura, wakil kekuatan klub sepak bola profesional. Baik Maung Bandung julukan Persib maupun Mutiara Hitam julukan Persipura menyatakan optimismenya dalam laga puncak yang disiarkan langsung RCTIini. Mereka mengaku siap tampil habis-habisan. Pelatih Persib Bandung Djadjang Nurdjaman menegaskan, para pemainnya sangat termotivasi.

”Kami tahu Persipura punya pengalaman dan mental juara. Tapi, tekad kami satu, mengalahkanmerekadanmerebutgelarjuara,” kata Djadjang di Palembang kemarin. Dilainpihak, Persipuratakmaujemawa meski catatan head to headmereka lebih baik.

”Kita siap merebut juara. Kalau besok (hari ini) menang, dapat bintang lima,” kata asisten pelatih Persipura Chris Yarangga. Pertarungan Persib dan Persipura tak dimungkiri sarat gengsi. Persib, tim legendaris asal Bandung ini, layak disebut representasi tim perserikatan karena mereka lahir, besar, dan mengoleksi banyak gelar saat kompetisi sepak bola Tanah Air hidup di era perserikatan dan galatama.

Bersama Persebaya Surabaya, PSM Makassar, dan Persija Jakarta, Persib menjadi kekuatan yang disegani lawan. Berdiri pada 1933, Pangeran Biru sukses mengoleksi lima gelar juara perserikatan (1937, 1961, 1986, 1990, dan 1994), serta8kali runnerup. Saatkompetisimemasuki era profesional yang ditandai lahirnya Divisi Utama (dan berlanjut ke ISL) sayangnya Persib kurang menggigit.

Mereka baru sekali mengenyam gelar juara yakni pada musim 1994/ 1995. Setelah itu performa tim kebanggaan warga Jabar ini naik-turun. Bandingkan dengan Persipura. Tim ini baru berdiri saat Persib sudah mengoleksi dua gelar perserikatan dan enam kali meraih predikat runner up. Lahir pada 1963, tim yang juga dijuluki Elang Papua ini baru promosi ke kompetisi perserikatan pada 1979.

Prestasi terbaiknya hanya runner up pada musim 1980. Tapi, status medioker itu sirna ketika era profesional dimulai. Tim yang bermarkas di Jayapura ini langsung meroket dan menjadi juara Divisi Utama di 2005. Tak berhenti di situ. Hegemoni Persipura berlanjut dengan merebut mahkota juara pada musim 2009, 2011, dan 2013. Ini artinya Persipura adalah pengoleksi gelar juara terbanyak di kompetisi modern ini.

”Meski catatan pertemuan kami (dengan Persipura) kurang baik, kami sudah sampaikan kepada pemain untuk dapat memecahkan mitos tersebut (merebut juara),” ucap Djadjang Nurdjaman. Pernyataan mantan bintang Persib itu bukan tanpa dasar. Perjalanan Persib dan Persipura menuju final terbilang serupa. Pada fase wilayah, keduanya sama-sama menjadi runner up.

Persib di Grup Barat, sedangkan Persipura peringkat kedua di Grup Timur. Pada laga delapan besar keduanya sama-sama menjadi pemuncak grup dan memastikan lolos ke babak semifinal. Di babak ini Persib tampi luar biasa. Secara spartan Firman Utina dkk menggilas salah satu favorit juara, Arema Cronus, dengan skor telak 3-1. Adapun Persipura berhasil menumbangkan Pelita Bandung Raya dengan skor 2-0. Materi pemain dua tim juga tak berbeda jauh.

Persib memiliki delapan pemain timnas seperti I Made Wirawan, Supardi Nasir, M Ridwan, Ahmad Jufriyanto, Tony Sucipto, Hariono, Firman Utina, dan Ferdinand Sinaga. Tak kalah dengan Persib, juara bertahan Persipura juga memiliki nama tenar seperti Boaz Solossa, Ferinando Pahabol, dan Emmanuel Wanggai. ”Persipura lebih diuntungkan karena saat semifinal mereka bermain di laga pertama, masa recovery lebih lama. Sedangkan kami tidak bisa persiapkan khusus,” kata dia.

Djadjang menambahkan, selain motivasi dan mengasah mental, untuk laga puncak itu dia juga hanya mengisi menu latihan dengan teknik-teknik ringan hidroterapi. ”Yang pasti kami siap tampil dan juara,” ucapnya. Persipura menegaskan tidak akan memberi celah sedikit pun bagi Persib mencetak gol.

Meski secara statistik pertemuan lebih unggul, itubukanjaminanuntuk mereka dapat dengan mudah mempertahankan gelar. Mutiara Hitam menang tujuh kali dari 12 kali pertemuan. Dalam lima pertandingan terakhir, Persipura juga mampu mengemas tiga kemenangan dan hanya dua kali seri. Laga imbang itu pun terjadi di kandang Persib yakni pada ISL 2011 dengan skor 2-2 dan ISL 2010 dengan skor 0-0.

Sebaliknya, Persib hanya mampu menang dua kali dalam sejarah pertarungan tersebut. Kemenangan terakhir diraih satu dasawarsa silam, tepatnya pada 8 Agustus 2004 di kompetisi Divisi Utama dengan skor tipis 1-0. ”Catatan kemenangan itu kami harapkan bertambah dengan kemenangan di final. Semua pemain all outuntuk mempertahankan gelar yang kami raih tahun lalu,” kata Chris Yarangga.

Dia mengakui kepergian Jacksen Thiago dari kursi pelatih Persipura sempat memberikan beban berat. Namun, sisi sebaliknya, para pemain justru terlecut untuk membuktikan sebagai tim dengan kekuatan stabil. Optimisme Mutiara Hitam makin berlipat karena pada laga pengujung ini mereka mendapatkan amunisi tambahan. Ruben Sanadi dapat kembali tampil memperkuat tim.

”Kami sudah tahu cara membendung Persib, termasuk cara mainnya juga, kita sudah tahu,” katanya. Pelatih kawakan Rudy William Keltjes memprediksi laga final berlangsung ketat. Menurutnya, peluang kedua finalis sama. ”Fifty-fifty. Kemungkinan pertandingan akan berakhir dengan adu tendangan penalti,” kata mantan pelatih PSM Makassar ini.

Muhammad ginanjar
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4962 seconds (0.1#10.140)