Kisah Perjalanan Persib Menjadi Juara

Minggu, 09 November 2014 - 12:38 WIB
Kisah Perjalanan Persib Menjadi Juara
Kisah Perjalanan Persib Menjadi Juara
A A A
PALEMBANG - Berakhir sudah penantian panjang Persib Bandung menjadi jawara di kompetisi bergengsi Tanah Air.

Setelah terakhir kali merengkuh trofi pada Liga Indonesia pertama musim 1994/1995 atau 19 tahun silam, tim berjuluk Maung Bandungini kembali berpesta seusai menaklukkan Persipura Jayapura di babak final Indonesia Super League (ISL) 2014 di Stadion Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, Jumat (7/11) malam.

Pelatih Persib Djadjang Nurdjaman seakan tak percaya dapat membawa Persib meraih titel juara. “Siapa yang tidak senang membawa tim yang dibesutnya juara. Siapa pun pelatihnya, pasti merasakan hal yang sama. Ini pasti menjadi suatu kebanggaan. Tim besar dengan jumlah suporter terbanyak akhirnya membuktikan diri sebagai juara,” ungkap Djadjang.

Perjalanan panjang harus dijalani Persib untuk merebut takhta tertinggi Tanah Air. Bahkan, berbagai kesulitan dan performa naik-turun terus menerpa tim kebanggaan masyarakat Jawa Barat ini.

Di laga perdana sebagai tim yang berada di Wilayah Barat, performa Persib cukup meyakinkan setelah berhasil meraih poin sempurna seusai mengalahkan Sriwijaya FC (1-0) dan Persita Tangerang (2-1). Kesulitan dalam menerobos pertahanan lawan memang masih dirasakan Persib, terlebih saat kehilangan sosok pemain naturalisasi Serginho ‘Sergio’ van Dijk.

Striker pengganti yang didatangkan, yakni Coulibaly Djibril belum mampu mengangkat performa Persib. Coulibaly sempat terancam didepak lantaran memiliki cedera kambuhan. Namun, Coulibaly yang hampir terdepak, kembali ditampilkan tampil gemilang di laga melawan Persik Kediri.

Tim berjuluk Macan Putihitu dibantai tiga gol tanpa balas di Stadion Brawijaya dan Coulibaly mencatatkan namanya di papan top skor sementara. Tapi, sang juara bukanlah tim yang sempurna. Hasil kekalahan pernah dialaminya. Semen Padang menjadi tim pertama yang mengalahkan Persib musim 2014.

Bahkan, kekalahan tersebut didapat saat Persib bertindak sebagai tuan rumah. Beruntung, Djadjang bisa mengembalikan kinerja anak asuhnya, termasuk mengalahkan Arema Cronus. Di dua laga terakhir fase wilayah, perjalanan Persib cukup berat setelah dikalahkan rival sekotanya, Pelita Bandung Raya (PBR), dan ditahan imbang musuh bebuyutannya, Persija Jakarta.

Memasuki putaran kedua Wilayah Barat, performa impresif Persib pun terpecahkan setelah kembali mengalami kekalahan dari Semen Padang dan PBR yang dengan mudah mencuri poin. Bahkan, melawan Arema Cronus hanya menghasilkan skor imbang. Persib pun menutup fase Wilayah Barat dengan menempati peringkat 2 dengan torehan 41 poin.

Di babak 8 besar, perjalanan Persib cukup mulus dengan menjadi pemuncak klasemen Grup L. Namun, di laga pamungkas menghadapi PBR, Persib mengalami kekalahan dengan skor 1- 2. Meski mengalami kekalahan, tak mengubah posisi puncak Persib lantaran jumlah 13 poin yang didapat tak mampu dikejar ketiga pesaingnya.

Di babak semifinal, Persib dihadapkan dengan Arema Cronus sebagai penghuni runner- upGrup K. Stadion Sriwijaya Jakabaring, Palembang, menjadi tempat pilihan babak 4 besar digelar. Menghadapi Arema Cronus, Persib menang cukup dramatis, setelah melewati waktu pertandingan 120 menit.

Isak tangis para punggawa tumpah seketika saat timnya melaju ke babak final. Di babak final, Persib bermain penuh tekanan setelah ribuan suporter fanatiknya menyaksikan langsung pertandingan. Di babak adu penalti, lima gol Persib berhasil dicetak masing-masing oleh Makan Konate, Ferdinand Sinaga, Tony Sucipto, Supardi, dan Ahmad Jufriyanto.

Gol Persipura di babak adu penalti diciptakan Boaz, Ferinando Pahabol, dan Robertino Pugliara. Tangis haru pecah ketika penendang keempat Persipura Nelson Alom gagal melakukan tendangan penalti. Dengan begitu, Persib berhasil memutus dahaga gelar sejak tahun 1994 silam.

Muhammad ginanjar
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7108 seconds (0.1#10.140)