Allegri Kembali Tersandera
A
A
A
TURIN - Pelatih Juventus Massimiliano Allegri kembali tersandera. Gagal memberikan kado indah pada akhir tahun untuk Juventini, pelatih berusia 47 tahun itu kembali dibanding-bandingkan dengan kesuksesan pendahulunya, Antonio Conte.
Bayang-bayang suksesnya Conte bersama Juventus memang sulit dihilangkan Allegri. Conte yang juga sukses bersama Juventus saat masih aktif bermain memang begitu dicintai fans Juventus. Tidak hanya memberikan banyak prestasi saat aktif bermain, Conte pun sukses saat dipercaya sebagai arsitek Juventus.
Lima musim menukangi Gianluigi Buffon dkk, tiga gelar Seri A secara beruntun (2011/2012, 2012/2013, dan 2013/2014) dipersembahkan Conte. Sementara masuknya Allegri yang kala itu baru saja dipecat AC Milan memancing perdebatan hebat. Dia dipandang tidak tepat sebagai pengatur strategi Juventus selanjutnya.
“Tujuan saya adalah memberikan bukti lewat hasil yang diraih dengan kerja keras, rasa hormat, dan profesionalisme,” ujar Allegri, dilansir Football Italia. Namun, kritik atas kinerja Allegri tetap kembali hadir, tepatnya setelah Juventus ditundukkan Napoli lewat babak adu penalti di ajang Super Coppa Italia di Al-Sadd Stadium, Doha, Qatar, Selasa (23/12). Kekalahan itu membuat Allegri harus kembali bekerja keras untuk meyakinkan para pencinta Juventus, terutama membuktikan dirinya masih pantas memimpin tim pengoleksi 30 gelar scudetto tersebut.
“Penampilan Juventus kini kurang ganas dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Mereka memainkan gaya yang agak berbeda dengan lebih banyak menguasai bola. Pendekatan mereka dalam menekan lawan juga cenderung lambat. Itulah yang terjadi dengan tim itu saat ini,” tutur Marcelo Lippi, mantan pelatih Juventus.
Walau berbagai kritik menghujani perjalanan Allegri pada musim perdananya bersama Juventus, tidak sedikit juga yang memberikan dukungan kepadanya. Banyak pihak yang menyatakan jika Allegri tetap terbilang sukses pada musim pembukanya bersama I Bianconeri, julukan Juventus. Seperti keberhasilan Allegri membawa Juventus tetap duduk di posisi puncak klasemen sementara Seri A. Dari 16 laga, Juventus baru sekali tumbang, sedangkan sisanya berakhir dengan 12 kemenangan dan 3 kali imbang.
Catatan itu membuat Juventus mengumpulkan 39 angka dan berjarak tiga angka dari AS Roma di posisi runner-up. Sementara di ajang Liga Champions kinerja Allegri tidak terlalu buruk. Walau terseok-seok setelah mengalami 2 kekalahan, 3 kali menang, dan sekali imbang, Juventus tetap melaju ke babak 16 besar dengan status runner-up Grup A di bawah Atletico Madrid.
“Jika Anda bertanya apa saja yang sudah berubah dengan hadirnya Allegri? Semuanya. Mulai taktik dan semuanya mengalami perubahan,” tutur penyerang Juventus Carlos Tevez. Dukungan kepada Allegri tidak hanya hadir dari dalam tim, tapi juga datang dari pihak di luar Juventus. Pelatih tim nasional Brasil Carlos Dunga, misalnya. Dia tidak sungkan menyebut bahwa Allegri sosok pelatih cerdas.
“Apa yang sudah dilakukannya bersama Milan sebelumnya bukan hanya sekadar memberikan gelar scudetto, tapi juga memberikan perubahan besar,” tutur Dunga.
Decky irawan jasri
Bayang-bayang suksesnya Conte bersama Juventus memang sulit dihilangkan Allegri. Conte yang juga sukses bersama Juventus saat masih aktif bermain memang begitu dicintai fans Juventus. Tidak hanya memberikan banyak prestasi saat aktif bermain, Conte pun sukses saat dipercaya sebagai arsitek Juventus.
Lima musim menukangi Gianluigi Buffon dkk, tiga gelar Seri A secara beruntun (2011/2012, 2012/2013, dan 2013/2014) dipersembahkan Conte. Sementara masuknya Allegri yang kala itu baru saja dipecat AC Milan memancing perdebatan hebat. Dia dipandang tidak tepat sebagai pengatur strategi Juventus selanjutnya.
“Tujuan saya adalah memberikan bukti lewat hasil yang diraih dengan kerja keras, rasa hormat, dan profesionalisme,” ujar Allegri, dilansir Football Italia. Namun, kritik atas kinerja Allegri tetap kembali hadir, tepatnya setelah Juventus ditundukkan Napoli lewat babak adu penalti di ajang Super Coppa Italia di Al-Sadd Stadium, Doha, Qatar, Selasa (23/12). Kekalahan itu membuat Allegri harus kembali bekerja keras untuk meyakinkan para pencinta Juventus, terutama membuktikan dirinya masih pantas memimpin tim pengoleksi 30 gelar scudetto tersebut.
“Penampilan Juventus kini kurang ganas dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Mereka memainkan gaya yang agak berbeda dengan lebih banyak menguasai bola. Pendekatan mereka dalam menekan lawan juga cenderung lambat. Itulah yang terjadi dengan tim itu saat ini,” tutur Marcelo Lippi, mantan pelatih Juventus.
Walau berbagai kritik menghujani perjalanan Allegri pada musim perdananya bersama Juventus, tidak sedikit juga yang memberikan dukungan kepadanya. Banyak pihak yang menyatakan jika Allegri tetap terbilang sukses pada musim pembukanya bersama I Bianconeri, julukan Juventus. Seperti keberhasilan Allegri membawa Juventus tetap duduk di posisi puncak klasemen sementara Seri A. Dari 16 laga, Juventus baru sekali tumbang, sedangkan sisanya berakhir dengan 12 kemenangan dan 3 kali imbang.
Catatan itu membuat Juventus mengumpulkan 39 angka dan berjarak tiga angka dari AS Roma di posisi runner-up. Sementara di ajang Liga Champions kinerja Allegri tidak terlalu buruk. Walau terseok-seok setelah mengalami 2 kekalahan, 3 kali menang, dan sekali imbang, Juventus tetap melaju ke babak 16 besar dengan status runner-up Grup A di bawah Atletico Madrid.
“Jika Anda bertanya apa saja yang sudah berubah dengan hadirnya Allegri? Semuanya. Mulai taktik dan semuanya mengalami perubahan,” tutur penyerang Juventus Carlos Tevez. Dukungan kepada Allegri tidak hanya hadir dari dalam tim, tapi juga datang dari pihak di luar Juventus. Pelatih tim nasional Brasil Carlos Dunga, misalnya. Dia tidak sungkan menyebut bahwa Allegri sosok pelatih cerdas.
“Apa yang sudah dilakukannya bersama Milan sebelumnya bukan hanya sekadar memberikan gelar scudetto, tapi juga memberikan perubahan besar,” tutur Dunga.
Decky irawan jasri
(ars)