Dianggap Mirip Klub Parma dan Hilangkan Nilai Sejarah
A
A
A
Launching Arema Cronus, Minggu (15/2), masih menyisakan perdebatan di kalangan Aremania. Salah satunya persoalan corak jersey dan perubahan tulisan pada logo Arema Cronus. Selain ada yang memaklumi, tak sedikit merasa kecewa.
Soal jersey, Aremaniabanyak yang kecewa karena motifnya hampir sama dengan klub Italia, Parma FC. Kombinasi kotak biru dan kuning dianggap terlalu meniru jersey tim Serie A tersebut. Tak hanya itu, warna biru yang seimbang dengan warna kuning, juga dikeluhkan. Sebagian Aremania menganggap warna biru adalah warna dominan sejak zaman Arema. Walau dulunya disebut-sebut ada warna kuning di era awal Arema berdiri, faktanya warna biru tetap menjadi warna dominan dan menjadi kebanggaan Singo Edan.
“Sekarang warna biru porsinya sama dengan warna kuning. Padahal ini jerseyhome. Sedangkan jersey away dan jersey ketiga juga minim sekali warna biru. Jujur saya kecewa dengan desain jersey sekarang ini. Karakter Aremanya sudah mulai luntur,” cetus Freddy Iswanto anggota Aremania Kota Lama. Manajemen Arema melalui Media Officer Sudarmaji sebelumnya sudah menjawab keluhan Aremania.
Menurutnya desain jersey tersebut untuk meminimalisir pembajakan, karena akan sulit ditiru dengan hasil yang sama persis. Tapi tetap saja itu menyisakan perdebatan panjang, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Malah ada yang kritis dengan menyebut keberadaan warna kuning tersebut mengandung unsur politis. Walau pun sejak musim sebelumnya warna kuning sudah terlihat.
Satu hal lain yang juga menjadi perbincangan adalah logo klub yang juga mengalami perubahan. Di logo berbentuk perisai tersebut, tulisan ‘11 Agustus 1987’ yang merupakan lahirnya Arema Malang, berubah menjadi tulisan ‘Salam Satu Jiwa’. Tak sedikit Aremania yang kecewa dengan perubahan tersebut, karena tulisan ‘11 Agustus 1987’ dianggap sakral dan memiliki nilai historis yang tak ternilai. Keluhan juga disampaikan di jejarin social.
“Seharusnya sisi sejarah tidak dihilangkan begitu saja. Tulisan tanggal, bulan dan tahun itu menyangkut sejarah dan harusnya dipertahankan,” tulis seorang Aremaniadi media sosial Twitter. Walau banyak yang mengeluh, tidak sedikit yang berupaya bijak dalam menyikapi desain jerseydan perubahan tulisan di logo. Perubahan dalam sebuah klub sepakbola, termasuk corak jersey dan perubahan dalam logo dianggap wajar.
“Sebuah perubahan di logo klub atau jerseymasih wajar di klub sepak bola, demi membawa semangat baru. Yang terpenting adalah Aremania tetap mendukung total dan musim ini Arema bisa mendapat prestasi lebih baik. Menurut saya itu hal kecil, karena ada tujuan yang jauh lebih besar, yakni menjadi juara,” ujar Andre, Aremania Rajajowas.
Kukuh Setyawan
Soal jersey, Aremaniabanyak yang kecewa karena motifnya hampir sama dengan klub Italia, Parma FC. Kombinasi kotak biru dan kuning dianggap terlalu meniru jersey tim Serie A tersebut. Tak hanya itu, warna biru yang seimbang dengan warna kuning, juga dikeluhkan. Sebagian Aremania menganggap warna biru adalah warna dominan sejak zaman Arema. Walau dulunya disebut-sebut ada warna kuning di era awal Arema berdiri, faktanya warna biru tetap menjadi warna dominan dan menjadi kebanggaan Singo Edan.
“Sekarang warna biru porsinya sama dengan warna kuning. Padahal ini jerseyhome. Sedangkan jersey away dan jersey ketiga juga minim sekali warna biru. Jujur saya kecewa dengan desain jersey sekarang ini. Karakter Aremanya sudah mulai luntur,” cetus Freddy Iswanto anggota Aremania Kota Lama. Manajemen Arema melalui Media Officer Sudarmaji sebelumnya sudah menjawab keluhan Aremania.
Menurutnya desain jersey tersebut untuk meminimalisir pembajakan, karena akan sulit ditiru dengan hasil yang sama persis. Tapi tetap saja itu menyisakan perdebatan panjang, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Malah ada yang kritis dengan menyebut keberadaan warna kuning tersebut mengandung unsur politis. Walau pun sejak musim sebelumnya warna kuning sudah terlihat.
Satu hal lain yang juga menjadi perbincangan adalah logo klub yang juga mengalami perubahan. Di logo berbentuk perisai tersebut, tulisan ‘11 Agustus 1987’ yang merupakan lahirnya Arema Malang, berubah menjadi tulisan ‘Salam Satu Jiwa’. Tak sedikit Aremania yang kecewa dengan perubahan tersebut, karena tulisan ‘11 Agustus 1987’ dianggap sakral dan memiliki nilai historis yang tak ternilai. Keluhan juga disampaikan di jejarin social.
“Seharusnya sisi sejarah tidak dihilangkan begitu saja. Tulisan tanggal, bulan dan tahun itu menyangkut sejarah dan harusnya dipertahankan,” tulis seorang Aremaniadi media sosial Twitter. Walau banyak yang mengeluh, tidak sedikit yang berupaya bijak dalam menyikapi desain jerseydan perubahan tulisan di logo. Perubahan dalam sebuah klub sepakbola, termasuk corak jersey dan perubahan dalam logo dianggap wajar.
“Sebuah perubahan di logo klub atau jerseymasih wajar di klub sepak bola, demi membawa semangat baru. Yang terpenting adalah Aremania tetap mendukung total dan musim ini Arema bisa mendapat prestasi lebih baik. Menurut saya itu hal kecil, karena ada tujuan yang jauh lebih besar, yakni menjadi juara,” ujar Andre, Aremania Rajajowas.
Kukuh Setyawan
(ars)