Gomis dan Bahaya Stres dalam Sepak Bola

Kamis, 05 Maret 2015 - 14:25 WIB
Gomis dan Bahaya Stres dalam Sepak Bola
Gomis dan Bahaya Stres dalam Sepak Bola
A A A
LONDON - Kekalahan Swansea City 2-3 atas Tottenham Hotspurs dalam lanjutan Liga Inggris pekan ke-28, Kamis (5/3/2015) dini hari WIB diwarnai kejadian menegangkan. Penyerang Swansea, Bafetimbi Gomis secara mendadak pingsan di lapangan White Hart Lane. Kenapa bisa begitu ?

Dilansir Daily Mail, penyerang asal Prancis yang musim ini baru hijrah ke Liga Premier Inggris seusai pertandingan menulis sebuah status di Twitternya. Pemain berusia 29 tahun itu mengaku dirinya sedang stres dan kelelahan akibat mengurus sang ayah yang sedang sakit.

"Saya ingin meyakinkan Anda tentang Kesehatan saya, ini sangat menakutkan ketimbang bahaya secara fisik dan saya merasa lebih baik sekarang. Saya berada di bawah tekanan stres dan kelelahan akibat kesehatan ayah saya yang mengharuskan saya pergi bolak-balik ke Prancis," tulisnya.

"Saya kecewa tidak bisa membantu tim malam ini, tapi sekarang semuanya kembali seperti biasanya. Saya juga ingin berterima kasih kepada semua orang atas dukungannya dan pesan cepat sembuhnya," ungkap Gomis.

Untuk pertandingan olah raga seperti sepak bola, mustahil bisa bermain cemerlang dengan hanya mengandalkan fisik yang mumpuni. Jika banyak pikiran yang menggelayuti, terutama yang negatif, jangan harap bisa bermain indah di lapangan.

Terlebih bermain di kompetisi sekelas Liga Premier Inggris yang dituntut setiap pemain mengerahkan 200 persen penampilannya di setiap pertandingan. Mempunyai pikiran buruk sebelum pertandingan alangkah lebih baiknya jika tak memaksakan bermain.

Hal lain yang membuktikan stres sangat berbahaya bagi sepak bola adalah penampilan Timnas Brazil di ajang Piala Dunia 2014 kemarin. Bermain di hadapan pendukung sendiri, tekanan malah membuat psikolog mesti dipanggil pelatih Luis Felipe Scolari guna mengobati tekanan yang menyelimuti skuatnya.

Lolos dari Grup A dengan menang dua kali dan sekali imbang, di fase knock out, Selecao mulai kehilangan arah permainan. Seusai pertandingan kontra Chile yang dimenangi lewat babak tos-tosan, surat kabar Folha de Brasil mengatakan psikolog olah raga Regina Brandao langsung mengunjungi kamp pelatihan tim sehari setelahnya.

Hal tersebut diperkuat dengan laporan New York Post yang menyebut Neymar Jr mengaku belum pernah merasakan tekanan yang begitu besar hingga membuatnya cukup trauma. "Saya belum pernah melakukan sesuatu seperti itu sebelumnya dan saya hanya cukup menikmatinya," ucap Neymar saat itu.

"Hal ini tidak hanya terjadi kami dalam sepak bola yang selalu dikelilingi emosi setiap hari dan membutuhkan psikolog. Saya pikir itu bisa dilakukan oleh setiap orang yang baik agar membantu lebih santai," jelasnya.

Penampilan Brazil pasca pertandingan kontra Chile semakin menurun. Puncaknya adalah ketika di semifinal saat diluluhlantahkan Jerman dengan skor 1-7. Pesta Brazil yang sempat direncanakan berubah jadi ratapan tangis pendukung di Stadion Mineirao, Belo Horizonte.

Apa yang dialami Gomis adalah bukti sepak bola adalah olah raga dengan tingkat tekanan yang tinggi. Jika dipaksakan, bukan hanya pemain yang sial, melainkan merugikan tim sendiri.
(bbk)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8347 seconds (0.1#10.140)