Daftarkan Atlet ke BPJS, Kemenpora Bisa Hemat Anggaran

Selasa, 10 Maret 2015 - 01:41 WIB
Daftarkan Atlet ke BPJS,...
Daftarkan Atlet ke BPJS, Kemenpora Bisa Hemat Anggaran
A A A
JAKARTA - Seluruh atlet dan pelatih nasional yang menghuni Program Indonesia Emas (Prima) Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melalui Satlak Prima disarankan untuk didaftarkan sebagai peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan guna melindungi kesehatan mereka.

Di samping lebih efektif karena jaminan kesehatan atlet nasional ditanggung pemerintah, mengasuransikan kesehatan mereka kepada BPJS juga bisa mengefisienkan anggaran.

"Jika terdapat seribu atlet nasional didaftarkan ke BPJS dengan mengambil layanan kelas 1, maka anggaran tidak sampai satu milyar dalam setahun. Dengan demikian keikutsertaan atlet melalui BPJS lebih menghemat anggaran," papar pakar kesehatan DR. dr. Zainal Abidin di Jakarta, Senin (9/3).

Zainal, yang juga Ketua Bidang Sport Science dan Iptek Olahraga KONI Pusat, mengungkapkan bahwa asuransi terhadap kesehatan atlet memang sangat khusus karena mereka rentan mengalami cedera parah baik saat latihan maupun bertanding. Ini berbeda dengan warga masyarakat lain.

Oleh karena itu, Kemenpora diharapkan bisa membuat nota kesepahaman dan kerjsama dengan Kementerian Kesehatan terkait perlindungan atlet ini. Dan bisa dipilih program BPJS dengan COB (Coordination of Benefit). "Atlet kan berjuang demi negara, maka kesehatan dan keamanannya pun harus ditanggung negara. BPJS juga tentu saja harus memahami dan bekerja cepat dan profesional dalam penanganan kesehatan bagi kalangan olahragawan," tukasnya.

Yang pasti, lanjutnya, dengan adanya efsiensi jika asuransi kesehatan melalui BPJS, maka anggaran yang tersedia di Kemenpora bisa direlokasi untuk pembinaan olahraga dan optimalisasi penerapan sport science yang masih minim di kalangan olahraga nasional. Sehingga pada gilirannya bisa meningkatkan prestasi olahraga Tanah Air yang tengah mempersiapkan diri menghadapi SEA Games 2015 dan terutama tuan rumah Asian Games 2018.

Kegagalan Indonesia bersaing pada berbagai ajang multi event dalam dua tahun terakhir, lanjut Zainal, seharusnya menjadi pendorong Indonesia untuk secepatnya memaksimalkan penerapan sport science. "Ini karena apa penerapan Iptek olahraganya masih minim dan belum optimal," pungkas Zainal.
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7123 seconds (0.1#10.140)