Laga perang bintang
A
A
A
Sindonews.com - Pertarungan taktik level tinggi dan perang bintang antara kedua tim bakal tersaji di Donbass Arena, Donetsk, dini hari nanti kala dua jawara Eropa Spanyol dan Prancis bertemu di perempat final Piala Eropa 2012 Polandia dan Ukraina.
Spanyol yang diperkuat bintang mereka seperti Xavi, Silva, dan Iniesta pada pertandingan nanti diprediksi akan tetap menampilkan ciri khas permainan mereka yang dikenal dengan nama tiki-taka. Sedangkan Prancis sepertinya akan tetap mengandalkan trio Franck Ribery, Samir Nasri, dan Karim Benzema untuk menggempur pertahanan Spanyol yang digalang duet Gerard Pique dan Sergio Ramos.
Benzema yang sedikit banyak mengetahui kualitas para pemain Spanyol dengan statusnya sebagai penyerang Real Madrid menilai Spanyol adalah tim terkuat di Piala Eropa kali ini. Tapi, bagi penyerang berusia 24 tahun itu, sekuat-kuatnya La Furia Roja pasti tetap ada celah yang bisa dimanfaatkan barisan depan Prancis.
“Spanyol menjadi favorit karena mereka memang menjadi salah satu tim terbaik di dunia. Akan tetapi tetap saja mereka tentu masih bisa dikalahkan. Itulah yang akan coba kami manfaatkan dalam pertandingan nanti,” jelas Benzema.
Pada pertandingan nanti, tim berjuluk Les Blues masih memiliki masalah dengan absennya Philippe Mexes. Hal ini yang masih membuat Pelatih Prancis Laurent Blanc pusing. Lantaran Laurent Koscielny yang dipersiapkan masih minim jam terbang internasional. Meski berhasil menunjukkan performa memukau bersama Arsenal, Konscielny belum membuktikan kapasitasnya sebagai pemain bertahan saat berkostum Les Bleus.
Pemuda berusia 26 tahun ini baru tiga kali membela tim Ayam Jantan, julukan lain bagi timnas Prancis itu pun hanya pada partai persahabatan. Pada ajang Piala Eropa 2012, Konscienly belum menjalani debut turnamen. Untuk alternatif lain, Blanc hanya punya Gael Clichy dan Anthony Reveillere. Meski kedua pemain punya jam terbang lebih baik atas Konscienly, Clichy dan Reveillere tak terbiasa bermain sebagai bek tengah. Mereka cenderung menempati posisi bek sayap.
Meski ada rasa khawatir dan ketakutan pada diri Koscielny jika benar-benar diturunkan sejak awal pertandingan, pemilik nomor punggung 21 itu mengaku telah siap berlaga. Latihan dan obrolan yang dilakukannya bersama sang pelatih dan rekan-rekan seniornya sedikit demi sedikit telah membangun mentalnya.
“Banyak pemain bermimpi melakoni debutnya di Piala Eropa melawan juara bertahan (Spanyol). Saya siap mengawal Torres. Saya tahu Torres dengan baik setelah bermain melawan dia (di Liga Primer Inggris),” ujar Koscielny.
Menghadapi Spanyol, muncul juga spekulasi yang mengatakan Prancis akan tampil superdefensif. Wacana ini memunculkan polemik. Selain mendapat pertentangan dari pemain,s ejumlah mantan bintang timnas Prancis menganggap taktik bertahan akan membuat Spanyol semakin nyaman menyerang. Yang pertama mengungkapkan kegelisahannya adalah punggawa Prancis era 1990-an David Ginola.
Mantan pilar Newcastle United itu beranggapan, strategi bertahan seperti yang dilakukan Chelsea saat menumbangkan dominasi Barcelona adalah taktik konservatif yang tak mungkin untuk diadopsi Les Blues. “Itu karena Prancis tidak memiliki pemain yang mampu melakukan itu. Prancis memiliki kualitas untuk mengangkat diri sendiri saat melawan Spanyol. Saya mungkin akan memilih bermain dengan dua sayap seperti Franck Ribery dan Jeremy Menez seperti yang kami lakukan melawan Ukraina,” ungkap Ginola.
Selain Ginola, Emanuel Petit, bintang Prancis saat merengkuh gelar juara dunia 1998 dan juara eropa 2000 juga memberikan kritik dan saran kepada Blanc. Menurut Petit, kekuatan Prancis sudah terbangun dengan baik dan hanya terbebani saat menelan kekalahan dari Swedia di laga terakhir fase grup. “Kekalahan dari Swedia adalah sebuah sinyal untuk menghilangkan beban. Rekor tak terkalahkan dalam 23 pertandingan terakhir telah memberikan tekanan dan membuat pemain tak lepas saat menguasai bola,” ungkapnya.
Sedangkan penyerang Spanyol, Fernando Torres berharap Prancis tidak mampu menunjukkan permainan terbaik di pertandingan nanti. Les Bleus memang berpotensi untuk membuat gebrakan yang luar biasa dalam pertemuannya dengan Spanyol kali ini. Spanyol memang berharap memperpanjang kemenangan mereka di lima pertemuan terakhir yang sudah dijalani.
Dari lima laga yang terakhir kali dimainkan, La Furia Roja berhasil mengantongi tiga kemenangan. Sementara dua laga lainnya berakhir dengan kemenangan Prancis. “Kami sangat berharap untuk pertandingan kali ini Prancis tidak menemukan permainan terbaiknya.Tapi jika mereka mampu bermain apik, kami juga siap untuk menantang mereka. Saya yakin Spanyol sangat tangguh jika bertemu dengan tim yang bagus,” terang Torres.
Antisipasi atas pergerakan Torres secara spesifik disampaikan rekan satu timnya di Chelsea, Florent Malouda. Walau penampilan El Nino (Torres) sempat anjlok di awal musimnya bersama Chelsea, bagi winger Prancis itu, rekan satu klubnya tersebut sebagai ancaman buat pertahanan Les Bleus.
“Torres mengakhiri musim dengan sangat baik dan dia akan menunjukkan bahwa dirinya adalah salah satu penyerang terbaik di dunia. Dia adalah ancaman.Dia bisa mencetak dua atau tiga gol dan memorak-porandakan pertahanan lawan,” tandas Malouda.
Pertandingan pada dini hari nanti juga tidak bisa mengesampingkan mereka sebagai dua tim besar tersukses di benua biru, baik Spanyol maupun Prancis mempunyai sejarah manis di ajang tertinggi antar negara Eropa ini. Piala Eropa 1964 dan 2008 adalah masa-masa keindahan La Furia Roja, julukan bagi Spanyol. Misi untuk menorehkan gelar ketiga pun menjadi target utama mereka.
Serupa dengan pencapaian Spanyol, Prancis pun memiliki prestasi setara dengan lawannya tersebut. Piala Eropa 1984 dan 2000 menjadi momen yang tidak akan pernah bisa dilupakan masyarakat sepak bola Prancis. Les Bleus pun memiliki ambisi besar untuk memperpanjang tinta emas di ajang Piala Eropa kali ini.
Dibandingkan Prancis, langkah Spanyol lebih siap jika dilihat dari perjalanan mereka selama fase grup. La Furia Roja berhasil keluar sebagai juara Grup C dengan koleksi tujuh poin. Spanyol mampu mencapai hasil imbang saat menghadapi Italia serta melibas Kroasia dan Republik Irlandia dalam fase tersebut.
“Kami sangat berharap pengalaman kami selama Piala Eropa akan berujung pada keseimbangan yang mendukung perjalanan Spanyol. Kami selalu berharap bisa melewati hal-hal negatif dan di timnas kami akan mencoba memecahkan rekor dan menentang prediksi,” ungkap bomber Spanyol Fernando Torres.
Sementara Prancis tertatih sampai akhirnya melaju ke perempat final dengan status runner up Grup D. Itu lantaran Les Bleus secara mengejutkan dikandaskan Swedia 0-2 di laga terakhir penyisihan grup setelah sebelumnya imbang 1-1 kontra Inggris dan menang 2-0 atas tuan rumah Ukraina.
Prediksi susunan pemain:
Spanyol (4-3-3): 1-Casillas, 17-Arbeola, 15-Ramos, 3-Pique, 18-Jordi Alba, 16-Busquets, 14-Xabi Alonso, 8-Xavi,21-Silva, 9-Torres, 6-Iniesta.
Prancis (4-1-4-1): 1-Lioris, 2-Debuchy, 4-Rami, 21-Koscielny, 22-Clichy, 18-Diarra, 11-Nasri, 6-Cabaye, 14-Menez, 7-Ribery, 10-Benzema.
Spanyol yang diperkuat bintang mereka seperti Xavi, Silva, dan Iniesta pada pertandingan nanti diprediksi akan tetap menampilkan ciri khas permainan mereka yang dikenal dengan nama tiki-taka. Sedangkan Prancis sepertinya akan tetap mengandalkan trio Franck Ribery, Samir Nasri, dan Karim Benzema untuk menggempur pertahanan Spanyol yang digalang duet Gerard Pique dan Sergio Ramos.
Benzema yang sedikit banyak mengetahui kualitas para pemain Spanyol dengan statusnya sebagai penyerang Real Madrid menilai Spanyol adalah tim terkuat di Piala Eropa kali ini. Tapi, bagi penyerang berusia 24 tahun itu, sekuat-kuatnya La Furia Roja pasti tetap ada celah yang bisa dimanfaatkan barisan depan Prancis.
“Spanyol menjadi favorit karena mereka memang menjadi salah satu tim terbaik di dunia. Akan tetapi tetap saja mereka tentu masih bisa dikalahkan. Itulah yang akan coba kami manfaatkan dalam pertandingan nanti,” jelas Benzema.
Pada pertandingan nanti, tim berjuluk Les Blues masih memiliki masalah dengan absennya Philippe Mexes. Hal ini yang masih membuat Pelatih Prancis Laurent Blanc pusing. Lantaran Laurent Koscielny yang dipersiapkan masih minim jam terbang internasional. Meski berhasil menunjukkan performa memukau bersama Arsenal, Konscielny belum membuktikan kapasitasnya sebagai pemain bertahan saat berkostum Les Bleus.
Pemuda berusia 26 tahun ini baru tiga kali membela tim Ayam Jantan, julukan lain bagi timnas Prancis itu pun hanya pada partai persahabatan. Pada ajang Piala Eropa 2012, Konscienly belum menjalani debut turnamen. Untuk alternatif lain, Blanc hanya punya Gael Clichy dan Anthony Reveillere. Meski kedua pemain punya jam terbang lebih baik atas Konscienly, Clichy dan Reveillere tak terbiasa bermain sebagai bek tengah. Mereka cenderung menempati posisi bek sayap.
Meski ada rasa khawatir dan ketakutan pada diri Koscielny jika benar-benar diturunkan sejak awal pertandingan, pemilik nomor punggung 21 itu mengaku telah siap berlaga. Latihan dan obrolan yang dilakukannya bersama sang pelatih dan rekan-rekan seniornya sedikit demi sedikit telah membangun mentalnya.
“Banyak pemain bermimpi melakoni debutnya di Piala Eropa melawan juara bertahan (Spanyol). Saya siap mengawal Torres. Saya tahu Torres dengan baik setelah bermain melawan dia (di Liga Primer Inggris),” ujar Koscielny.
Menghadapi Spanyol, muncul juga spekulasi yang mengatakan Prancis akan tampil superdefensif. Wacana ini memunculkan polemik. Selain mendapat pertentangan dari pemain,s ejumlah mantan bintang timnas Prancis menganggap taktik bertahan akan membuat Spanyol semakin nyaman menyerang. Yang pertama mengungkapkan kegelisahannya adalah punggawa Prancis era 1990-an David Ginola.
Mantan pilar Newcastle United itu beranggapan, strategi bertahan seperti yang dilakukan Chelsea saat menumbangkan dominasi Barcelona adalah taktik konservatif yang tak mungkin untuk diadopsi Les Blues. “Itu karena Prancis tidak memiliki pemain yang mampu melakukan itu. Prancis memiliki kualitas untuk mengangkat diri sendiri saat melawan Spanyol. Saya mungkin akan memilih bermain dengan dua sayap seperti Franck Ribery dan Jeremy Menez seperti yang kami lakukan melawan Ukraina,” ungkap Ginola.
Selain Ginola, Emanuel Petit, bintang Prancis saat merengkuh gelar juara dunia 1998 dan juara eropa 2000 juga memberikan kritik dan saran kepada Blanc. Menurut Petit, kekuatan Prancis sudah terbangun dengan baik dan hanya terbebani saat menelan kekalahan dari Swedia di laga terakhir fase grup. “Kekalahan dari Swedia adalah sebuah sinyal untuk menghilangkan beban. Rekor tak terkalahkan dalam 23 pertandingan terakhir telah memberikan tekanan dan membuat pemain tak lepas saat menguasai bola,” ungkapnya.
Sedangkan penyerang Spanyol, Fernando Torres berharap Prancis tidak mampu menunjukkan permainan terbaik di pertandingan nanti. Les Bleus memang berpotensi untuk membuat gebrakan yang luar biasa dalam pertemuannya dengan Spanyol kali ini. Spanyol memang berharap memperpanjang kemenangan mereka di lima pertemuan terakhir yang sudah dijalani.
Dari lima laga yang terakhir kali dimainkan, La Furia Roja berhasil mengantongi tiga kemenangan. Sementara dua laga lainnya berakhir dengan kemenangan Prancis. “Kami sangat berharap untuk pertandingan kali ini Prancis tidak menemukan permainan terbaiknya.Tapi jika mereka mampu bermain apik, kami juga siap untuk menantang mereka. Saya yakin Spanyol sangat tangguh jika bertemu dengan tim yang bagus,” terang Torres.
Antisipasi atas pergerakan Torres secara spesifik disampaikan rekan satu timnya di Chelsea, Florent Malouda. Walau penampilan El Nino (Torres) sempat anjlok di awal musimnya bersama Chelsea, bagi winger Prancis itu, rekan satu klubnya tersebut sebagai ancaman buat pertahanan Les Bleus.
“Torres mengakhiri musim dengan sangat baik dan dia akan menunjukkan bahwa dirinya adalah salah satu penyerang terbaik di dunia. Dia adalah ancaman.Dia bisa mencetak dua atau tiga gol dan memorak-porandakan pertahanan lawan,” tandas Malouda.
Pertandingan pada dini hari nanti juga tidak bisa mengesampingkan mereka sebagai dua tim besar tersukses di benua biru, baik Spanyol maupun Prancis mempunyai sejarah manis di ajang tertinggi antar negara Eropa ini. Piala Eropa 1964 dan 2008 adalah masa-masa keindahan La Furia Roja, julukan bagi Spanyol. Misi untuk menorehkan gelar ketiga pun menjadi target utama mereka.
Serupa dengan pencapaian Spanyol, Prancis pun memiliki prestasi setara dengan lawannya tersebut. Piala Eropa 1984 dan 2000 menjadi momen yang tidak akan pernah bisa dilupakan masyarakat sepak bola Prancis. Les Bleus pun memiliki ambisi besar untuk memperpanjang tinta emas di ajang Piala Eropa kali ini.
Dibandingkan Prancis, langkah Spanyol lebih siap jika dilihat dari perjalanan mereka selama fase grup. La Furia Roja berhasil keluar sebagai juara Grup C dengan koleksi tujuh poin. Spanyol mampu mencapai hasil imbang saat menghadapi Italia serta melibas Kroasia dan Republik Irlandia dalam fase tersebut.
“Kami sangat berharap pengalaman kami selama Piala Eropa akan berujung pada keseimbangan yang mendukung perjalanan Spanyol. Kami selalu berharap bisa melewati hal-hal negatif dan di timnas kami akan mencoba memecahkan rekor dan menentang prediksi,” ungkap bomber Spanyol Fernando Torres.
Sementara Prancis tertatih sampai akhirnya melaju ke perempat final dengan status runner up Grup D. Itu lantaran Les Bleus secara mengejutkan dikandaskan Swedia 0-2 di laga terakhir penyisihan grup setelah sebelumnya imbang 1-1 kontra Inggris dan menang 2-0 atas tuan rumah Ukraina.
Prediksi susunan pemain:
Spanyol (4-3-3): 1-Casillas, 17-Arbeola, 15-Ramos, 3-Pique, 18-Jordi Alba, 16-Busquets, 14-Xabi Alonso, 8-Xavi,21-Silva, 9-Torres, 6-Iniesta.
Prancis (4-1-4-1): 1-Lioris, 2-Debuchy, 4-Rami, 21-Koscielny, 22-Clichy, 18-Diarra, 11-Nasri, 6-Cabaye, 14-Menez, 7-Ribery, 10-Benzema.
(akr)