Kerugian Klub Terus Membengkak

Rabu, 29 April 2015 - 08:45 WIB
Kerugian Klub Terus...
Kerugian Klub Terus Membengkak
A A A
LAMONGAN - Kerugian klub-klub kontestan QNB League 2015 dipastikan terus akan membengkak dengan tidak jelasnya nasib kompetisi.

Setelah pertemuan Menpora dengan klub menemui jalan buntu, kemungkinan kompetisi baru dilanjutkan akhir Mei atau Juni. Jika benar begitu, klub dipastikan menanggung kerugian dan bahkan mungkin harus berutang. Bukan rahasia lagi bahwa beberapa klub membayar gaji pemain yang salah satunya dicomot dari hasil penjualan tiket pertandingan.

“Kalau bicara kerugian, pasti membengkak dengan belum jelasnya kompetisi. Pada akhir April saja Persela melewatkan dua pertandingan home. Seharusnya hasil pertandingan itu bisa dimanfaatkan klub, salah satunya gaji pemain,” ungkap Muji Santoso, sekretaris Persela. Klub juga harus membayar pemain tanpa banyak bertanding di kompetisi resmi. Pada Maret-April, tim baru bertanding dua kali, tapi manajemen tetap harus membayar gaji mereka dengan rutin. Padahal, seharusnya pada akhir Mei nanti QNB League sudah menyelesaikan separuh putaran pertama.

“Di belakangnya, durasi kontrak juga dipastikan molor kalau tertundanya terlalu lama. Itu akan butuh biaya lagi,” kata Muji. Selain Persela, klub dengan domain suporter lebih besar seperti Arema Cronus juga mengeluh jika kompetisi tak kunjung digelar. Arema yang bisa meraup pendapatan tiket mencapai Rp1 miliar untuk pertandingan besar, juga merasa kesulitan kalau lama tak ada pertandingan.

“Arema tentu punya proyeksi berapa pendapatan tiket dan dimanfaatkan untuk apa. Itu akan menjadi kacau kalau liga tertunda terus,” ucap Ruddy Widodo, General Manager Arema. Akan menjadi persoalan jika pendapatan tiket tersebut untuk menopang kebutuhan rutin, misalnya, operasional klub serta gaji pemain. Maka, klub harus mengubah strategi operasional dan tentunya itu akan menyulitkan berbagai pihak.

“Semoga kondisi ini cukup sekali ini saja dan tidak pernah terulang di masa depan. Sangat menguras tenaga, biaya, dan pikiran. Lihat saja Arema, semua pihak ikut terlibat dalam persoalan kompetisi, mulai pemain, pelatih, manajemen, suporter, bahkan pedagang,” tutur Ruddy. Kendati potensi kerugian akan terus menggembung, semua belum bisa memperkirakan berapa kerugian total dari karut-marut sepak bola Indonesia saat ini.

Padahal, masih ada kerugian lain seperti faktor psikis yang dihadapi semua elemen dalam tim. “Saya sulit memastikan apakah tim ini masih sama seperti musim ini. Ujian mental bertubi-tubi datang dan bahkan bukan karena pertandingan, tapi hal di luar lapangan. Saya akhirnya tidak yakin situasinya sama seperti pramusim lalu,” kata Pelatih Arema Suharno.

Selain harus merasakan tiga kali penundaan kompetisi, Arema juga sempat dikhawatirkan eksistensi klub. Untuk masalah eksistensi tampaknya sudah agak lega setelah Menpora mengundang Arema dan memastikan harus tetap mengikuti kompetisi.

Kukuh setyawan
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0530 seconds (0.1#10.140)